Chereads / Kamu Seperti Kekasihku / Chapter 23 - mengapa dia terlihat sama? (1)

Chapter 23 - mengapa dia terlihat sama? (1)

Setelah pergi meninggalkan Ray sendiri. Nindya pun masuk ke dalam taksi.

dia menangis saat sudah berada didalam taksi itu.

Nindya menahan rasa sakit hatinya, karena dia tidak memiliki pilihan lain selain menikah dengan Ray, karena hanya dengan menikah dengannya. dia bisa menyelamatkan perusahaan ayahnya.

"sepertinya, aku memang ditakdirkan untuk bersamanya. hiks ... hiks ... hiks, Ar aku minta maaf, aku minta maaf!" ucap Nindya, dia terus terisak menahan rasa sakit dihatinya.

Nindya menatap kearah jendela dan tiba-tiba dia mengingat wajah pria yang tadi tidur dengannya.

wajahnya, suaranya dan sentuhannya terasa sangat tidak asing untuknya. dia seperti Arkana kekasihnya.

"pria itu? siapa pria itu? kenapa wajahnya mirip sekali dengan Ar? tadi dia mengatakan jika namanya adalah Axcel. Axcel dan Arkana? kenapa inisialnya juga sama? apakah mungkin Ar memiliki saudara kembar?" ucap Nindya, dia masih merasakan sentuhan hangat Axcel, sentuhan yang Nindya rindukan dari sosok Arkana.

"hanya tahi lalat saja yang membedakan kalian dan suara? ya suara kalian sedikit berbeda. mungkinkah dia adalah reinkarnasi dari Ar?" ucap Nindya, dia menggelengkan kepalanya berkali-kali dan meyakini tidak ada reinkarnasi di dunia ini dalam kepercayaannya.

"Tidak! itu tidak mungkin! aku yakin, jika dia bukan Ar. Dia adalah Axcel, orang yang berbeda. Tapi kenapa bisa sama? Ar tidak memiliki adik atau kakak, apalagi saudara kembar. Ar hanya anak tunggal dan Ardhan adalah adik tirinya. Jadi itu tidak mungkin, Tidka mungkin dia saudaranya Ar," ucap Nindya, dia meyakinkan dirinya jika Axcel hanyalah kebetulan saja dan itu tidak disengaja.

Tidak lama kemudian, Nindya pun sampai didepan rumahnya. dia membayar taksi dan berjalan masuk ke dalam rumahnya.

Tubuhnya terasa sakit semua dan dia menahan rasa sakitnya hingga masuk ke dalam rumahnya.

Saat Nindya baru saja masuk dan berdiri tepat didepan pintu masuk, ayah dan ibunya pun langsung datang dan menghampirinya.

"Dya, kamu kemana saja? tadi Rey datang kemari dan dia mencari kamu," ucap Nanny. dia melihat kondisi Nindya yang sangat aneh.

mendengar nama Rey, Nindya hanya mengangguk dan wajahnya terlihat sangat pucat.

"Aku sudah bertemu dengannya ma," ucap Nindya. Dia langsung berjalan kembali dan melewati kedua orang tuanya. tubuhnya terasa sangat sakit. Nindya memaksakan dirinya untuk berjalan dan tanpa dia sadari, kakinya terasa lemas dan hampir saja terjatuh.

Melihat itu semua. Wira langsung menangkap tubuh putrinya.

"Dya, kamu baik-baik saja kan?" teriak Wira dan dia langsung menangkap tubuh putrinya.

"A ... aku, aku baik-baik saja pa," jawab Nindya dengan suara lirih.

bibirnya terlihat pucat tapi sedikit bengkak dan Wira melihat samar-samar ada bekas tanda cinta di leher Nindya.

"dya, kamu kenapa? apakah Rey menyakiti kamu?" tanya Wira, perasaannya terasa sedih melihat putri satu-satunya harus menderita seperti ini dan dia merasa sudah gagal menjadi seorang ayah.

Nindya menggelengkan kepalanya, dia berusaha tersenyum dan menyembunyikan semuanya.

"tidak pa, dya baik-baik saja. dya hanya kelelahan saja, dibawa tidur juga besok pasti pulih kembali," ucap Nindya. dia langsung bangun dari pelukan ayahnya dan menyembunyikan bekas tanda cinta yang ada dilehernya.

"gawat! jika papa tahu tentang apa yang aku alami hari ini, mungkin papa akan lebih merasa bersalah lagi," gumam Nindya.

Wira menatap wajah putrinya. Dia tahu jika Nindya sedang menyembunyikan sesuatu tapi saat melihat kondisi Nindya yang tidak baik untuk diajak bicara untuk sementara ini, Wira pun mencoba menghentikan niatnya untuk bertanya.

"Dya, lebih baik kamu cepat pergi beristirahat, nanti mama akan mengantarkan makan malam kamu ke kamar ya?!" ucap Nanny, dia tersenyum kearah putrinya dan melirik kearah suaminya.

Wira hanya menghela nafas pendek dan menatap kearah keduanya.

"Benar apa kata mama kamu, ayo cepat masuk ke kamar kamu, bersihkan diri kamu dan beristirahat lah. besok kamu dan Rey harus pergi ke tempat fitting baju pengantin kalian. ini pengukuran terakhir kalian. karena tiga hari lagi kalian akan menikah kan?" ucap Wira, hatinya semakin sedih saat mengatakan itu semua. Dia merasakan perasaan putrinya yang pastinya jauh lebih menderita daripada dirinya.

Nindya mencoba tersenyum dan mengangguk.

"Baiklah pa, ma. aku pergi duluan ya! selamat malam!" ucap Nindya, dia tersenyum dan berjalan secara perlahan menuju kamarnya.

sebisa mungkin dia tidak mau mengatakan apapun yang terjadi pada dirinya dan hubungannya dengan pria asing yang mirip dengan Arkana. pria yang mengaku namanya adalah Axcel dan Nindya tidak tahu asal muasal dari pria ini.

Nindya pun tiba-tiba mengingat jika dia melakukannya tanpa sebuah pengaman. Dia takut jika dia hamil nanti, Rey pasti akan menyuruhnya untuk menggugurkannya.

Nindya langsung masuk ke dalan kamarnya dan dia langsung menguncinya.

Nindya pun duduk dipinggir kasur dan bayangan wajah Rey yang kejam menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya terus melintas dikepalanya.

Nindya mengambil ponselnya dan mencari obat yang ampuh untuk mencegah kehamilannya.

sepuluh menit kemudian Nindya pun menemukan obat itu. karena waktu masih pukul tujuh malam. Nindya pun mencari di toko obat online dan meminta untuk mengirim obat itu secepatnya.

Ting ...

pesanan pun terkonfirmasi dan Nindya tinggal menunggu kedatangan obat itu.

"mudah-mudahan bisa datang secepatnya," ucap Nindya. dia melemparkan tubuhnya diatas tempat tidur, menatap langit-langit diatas kamarnya dan kembali membayangkan wajah Axcel yang sangat tampan dan tentunya sangat mirip dengan Arkana.