Chereads / Kamu Seperti Kekasihku / Chapter 15 - jebakan (part 1)

Chapter 15 - jebakan (part 1)

Axcel menangkap tatapan Nindya, dia merasa senang karena wanita yang selalu mengganggu tidurnya kini tepat ada didepan matanya, dia ingin sekali menyentuh dan juga ingin menciumnya.

Namun, Axcel langsung menggelengkan kepalanya dan berkata didalam hatinya "Ada, buang semua pikiran kotor kamu, dia wanita baik-baik dan juga dia akan segera menikah dengan pria lain, jangan memikirkan hal yang tidak mungkin kamu miliki!" ucap Axcel, dia mencoba menyadarkan dirinya agar tidak memiliki pikiran lain dalam otaknya.

Axcel tersenyum dan berkata "oh ya, tadi nama kamu Nindya kan ya? kamu mau minum apa?" ucap Axcel dengan perasaan canggung.

Nindya langsung tersadar, dia sadar jika pria didepannya bukanlah Arkana tapi pria asing yang bernama Axcel.

Nindya mengangguk dan berkata "ice lemon tea,"

Axcel mengangguk dan segera memanggil pelayan untuk memesan.

dari jauh, Fera yang baru keluar dari hotel dengan suasana hati yang sangat buruk, dia turun dari taksi dan hendak masuk ke cafe itu.

namun dia terkejut saat melihat Nindya sedang bersama pria lain, Fera merasa penasaran pada pria itu karena hanya terlihat punggungnya saja karena posisi pria itu terlihat membelakanginya.

tiba-tiba Fera memiliki niat buruk, dia benar-benar ingin menghancurkan pernikahan Nindya dengan Ray.

Fera tertawa jahat dan berkata "Nindya, kamu tidak akan bisa mengambil Ray dari ku, Ray itu hanya milik aku, kamu bersama pria lain, kenapa tidak sekalian saja kamu menikah dengan pria itu!" ucap Fera, dia memanggil pelayan disana dan berkata "maaf, aku mau tanya bolehkah?"

pelayan itu mengangguk.

Fera tersenyum ramah "pesanan orang itu, apakah sudah diantar?" ucap Fera sambil menunjuk kearah meja Nindya.

"belum Nona, memangnya ada apa?" ucap pelayan itu.

Fera mengeluarkan sejumlah uang dan obat.

Fera membawa obat afrodisk itu, untuk dia berikan pada Ray, karena dia selalu memberikan obat itu untuk Ray agar mau bercinta dengannya.

pelayan itu merasa bingung dan bertanya "ini, untuk apa?"

Fera memberikan uang lembaran merah dan berkata "berikan obat ini pada minuman mereka berdua, mereka sudah menikah dan suaminya tidak mau menyentuh istrinya, jadi aku membantu mereka untuk bisa berbaikan, mbak bisakah anda membantu saya? ini untuk kebaikan mereka berdua," ucap Fera, dia sengaja berbohong agar pelayan itu mau membantunya.

pelayan itu merasa ragu tapi saat melihat uang yang banyak, dia merasa tertarik. Akhirnya dia mengambil uang dan obat itu dan berkata "baiklah, aku akan membantu anda nona, terima kasih untuk uangnya!" ucap pelayan itu, dia tersenyum senang saat mendapatkan uang yang begitu banyak.

Fera tertawa senang, dia langsung pergi meninggalkan tempat itu dan menyuruh seseorang untuk mengikuti mereka.

"hahahaha, Nindya kamu nikmati saja kehancuran kamu, kamu tidak akan pernah bisa menikah dengan Ray! kita memang sahabat tapi untuk urusan cinta, aku tidak bisa mengalah padamu Nindya. Karena hanya akulah yang boleh memiliki Ray," ucap Fera dengan sorot mata yang memancarkan aura kebencian untuk Nindya.

Fera pun pergi dengan taksinya dan kembali ke lokasi pemotretan, dia menyuruh seseorang untuk memata-matai Nindya dan mengumpulkan banyak bukti perselingkuhannya dengan pria yang sedang berada bersamanya saat ini.

di dalam cafe, pelayan yang disuruh Fera untuk menaruh afrodisk pun menaburkan di minuman keduanya.

Setelah selesai, dia pun langsung memberikannya pada Nindya dan juga Axcel.

Nindya dan axcel saling diam dan bingung harus bicara apa, karena suasananya benar-benar terasa canggung.

Axcel terbatuk kecil dan berkata "Dya, ayo silahkan diminum!"

"terima kasih, oh ya tadi nama kamu siapa? mohon maaf aku tadi memanggil kamu dengan nama orang lain," ucap Nindya dengan canggung, dia menyesap minumannya yang terasa segar saat melewati tenggorokannya saat ini.

Axcel pun menyesap minumannya dan menjawab " nama aku Axcel, panggil saja aku Ax, tidak jauh berbeda kan dengan Ar, hahahhaha ...," Axcel tertawa dan berusaha mencairkan suasana.

Nindya tersenyum malu, dia terus menerus menyebut Axcel adalah Arkana, untuk saja Axcel tidak marah padanya.

tiba-tiba Nindya merasakan tubuhnya terasa aneh, wajahnya sedikit memerah dan kepalanya terasa sakit.

bukan hanya Nindya tapi Axcel pun merasakannya.

melihat Nindya yang memerah, Axcel bertanya padanya "Dya, kamu kenapa?" ucap Axcel sambil memijat dahinya.

"aku merasa tidak enak badan, bisakah kamu mengantar aku pulang!" ucap Nindya dan tubuhnya mulai terasa panas.

"oke, tunggu sebentar, aku bayar dulu ya!"

Axcel memanggil pelayan dan membayarnya setelah selesai.

Axcel berdiri dan berkata "ayo, kita pulang sekarang!"

Nindya mengangguk dan dia pun ikut bangun, dia berjalan dibelakang Axcel dan suhu tubuh Nindya semakin panas, api hasrat didalam tubuhnya sudah mulai terbangun.

Axcel pun sama, namun dia masih bisa menahannya karena dia seorang pria, tapi Nindya sudah mulai sulit mengendalikannya.

Nindya menarik tangan Axcel dan menggenggamnya.

Axcel menoleh dan berkata "ada apa dya?"

Nindya menatap wajah Axcel yang mirip dengan Arkana dan berkata "Ar, aku cinta kamu!" ucap Nindya dan dia langsung memeluk Axcel dengan agresif.

Axcel terkejut karena itu adalah tempat umum.

Axcel langsung membawa masuk Nindya ke dalam mobil.

Nindya terus memeluk Axcel dan tidak ingin melepaskannya.

Axcel merasa tubuhnya juga sudah mulai terbakar hasrat.

dia menatap wajah cantik Nindya dan tanpa sadar dia langsung menyambar bibir Nindya dan menciumnya dengan agresif.

sang supir menunduk malu dan bertanya.

"bos, kita pergi kemana?"

mendengar perkataan supirnya, Axcel melepaskan bibirnya dan menjawab "ke hotel tempat saya menginap!" ucap Axcel dan dia meneruskan ciuman panasnya.

Nindya sudah kehilangan kendali dirinya, dia menikmati ciuman-ciuman panas yang Axcel berikan untuknya, karena dia merasa jika pria yang ada dihadapannya adalah Arkana kekasihnya yang paling dia cintai.

sepanjang jalan, Axcel terus menghujani Nindya dengan banyak ciuman disegala tempat dan pakaian mereka pun sudah mulai berantakan.

sang supir merasakan tubuhnya panas dingin dan ingin segera pergi meninggalkan pasangan yang sedang menggila dibelakangnya.

dengan kecepatan penuh, supir itu memacu mobilnya agar segera sampai di hotel yang dia tuju saat ini.