Chereads / AndroMega / Chapter 20 - Chapie 19 : Malware

Chapter 20 - Chapie 19 : Malware

"Jadi, semua ini yang kalian dapat?" tanya Golden sambil meletakan kembali tab yang baru ia baca.

Tim Rick saat ini berada di ruang Golden setelah menyelesaikan tugas mereka. Berdiri di hadapan Golden tanpa sosok Horu bersama mereka yang saat ini dirawat di ruang kesehatan. Kejadian pada misi tadi sempat membuat mereka kewalahan dan diminta untuk berobat sebelum bertemu Golden.

"Data-data yang sempat dianalisa Horu pada mesin-mesin di kota itu hilang akibat peralatan yang ia bawa kena retas. Namun, dari hasil rangkuman yang sempat saya lihat dari data-data milik Horu, seluruh infrastruktur, jaringan internet, sistem keamanan, dan segala macam teknologi yang ada di kota itu diretas oleh Malware," jelas Regan panjang lebar.

"Kami juga meneliti sedikit hasil dari jenis apa Malware yang digunakan," jelas Rick pula, "Data-data programnya susah kami pecahkan tanpa adanya Horu untuk saat ini. Tapi, Regan sempat menyimpulkan bahwa kemampuan tambahan dari Malware tersebut adalah dapat mempengaruhi tarikan magnet yang awalnya berwujud program virtual menjadi nyata."

"Jadi, Malware itu menggunakan sistem AndroMega?" tanya Golden, menumpu dagunya menggunakan punggung tangan di atas meja.

Sempat Rick dan Regan saling adu pandang hingga pria berambut perak panjang itu memberi aba-aba pada Rick untuk menjelaskan apa yang sempat mereka rundingkan perihal hasil analisa misi mereka yang terbatas.

Rick menghela nafas sebelum menjawab, "Malware ini memiliki program perintah acak, fungsinya sama seperti beberapa jenis Malware yang bertugas untuk merusak Hardware secara tidak langsung dengan menimpa semua sistem agar mampu berjalan secara bersamaan. Bedanya, mereka mengubah beberapa baris program, membuat Malware ini dapat mengendalikan daya tarik magnet disertai aliran listrik dari berbagai jenis Hardware yang mereka rusak sebelumnya."

"Belum tentu Malware ini menggunakan sistem AndroMega, karena kebanyakan Malware zaman sekarang memang dapat merusak mesin-mesinnya secara tidak langsung dengan cara sesederhana itu," tambah Regan, "Karena keterbatasan data yang kami dapat, kami belum tahu secara rinci cara kerja Malware itu sebenarnya, apa jenisnya, dan apakah benar menggunakan sistem AndroMega."

"Tapi…, mengingat yang mengendalikannya adalah dua Virtozous, kemungkinan besar 'kan Malware itu menggunakan AndroMega," komentar Kobra.

Regan pun menolak komentar Kobra dengan sopan, "Tidak juga. Selain yang aku jelaskan tadi, ada beberapa hal lagi yang membuat kita penasaran, seperti benarkah mereka berdua yang melakukannya, apakah ada sistem lain sejenis AndroMega yang mereka gunakan karena program-programnya ada yang asing untuk dibaca, dan bagaimana caranya mereka membuat Malware dapat mengendalikan sistem tarikan magnet yang awalnya bersifat virtual dapat direalisasikan."

"Kurasa masalah ini akan kuserahkan pada tim pemprograman," usul Golden pada akhirnya. "Dan soal misi tadi…, kalian bilang bahwa kalian bertarung dengan dua Virtozous?"

"Virtozous kembar, Pyo," kata Xeno bersama Piyo yang masih setia bertengger di bahunya, "Mereka punya kemampuan hebat. Kami benar-benar kewalahan melawannya, Pyo."

"Cara bertarung mereka pun unik," kata Regan pula, "Mereka dapat mengendalikan puluhan robot dengan mengubah sistem kendali programnya seperti video game. Hmm…. Unik juga, sih." Bola mata peraknya sedikit melirik ke atas seakan-akan tengah berpikir.

"Dan biadabnya lagi, robot-robot yang mereka gunakan adalah hasil modifikasi dari mayat-mayat penduduk dan polisi yang dikabarkan hilang." Rick menahan marah untuk mengatakan hal ini. Dia sungguh tidak suka dengan Virtozous kembar yang secara tidak manusiawi memanfaatkan tubuh-tubuh orang mati dalam medan pertarungan. Menurutnya, itu tindakan pengecut. "Cih! Aku jadi benci anak kembar."

Ada jeda singkat sebelum Golden bertanya, "…. Jadi, tidak ada siapapun yang bisa diselamatkan di sana, termasuk para polisi?"

"Kami sudah menelusuri seluruh kota. Hasilnya, tidak ada siapapun yang hidup di kota itu," jawab Kobra, "Tubuh kami juga mulai tidak bisa mentoleransi radiasi kecil yang kami terima di kota tersebut. Kami baru menyadari ada sedikit jenis radiasi yang kami terima di kota Wiise saat kami diobati tadi. Mungkin itu disebabkan dari beberapa pabrik atau tempat-tempat yang menyimpan bahan kimia di kota tersebut yang telah hancur."

Golden pun mengibaskan tangannya, memberi isyarat agar mereka segera pergi. "Kurasa cukup sampai di sini dulu. Jangan khawatir. Kali ini aku akan langsung mencairkan gaji kalian. Dan soal Horu, aku titip salam jika kalian menjenguknya. Kuharap dia segera sembuh agar tim kalian mampu menerima misi selanjutnya."

"Baik, Kapten."

Mereka berempat segera meninggalkan ruang Golden. Golden sendiri memijit pelipisnya sambil membaca data-data tab yang ia dapatkan, memikirkan jika benar bawah tugas yang tim mereka emban memang cukup berat saat mengetahui bahwa ada dua Virtozous berbahaya yang mereka lawan. Sebelumnya, Rick juga menjelaskan tentang Virtozous lain yang sempat muncul menjemput dua Virtozous kembar.

"Virtozous, ya…?"

~*~*~*~

Setelah sempat beristirahat sejenak, Rick, Regan, Kobra, dan Xeno memutuskan untuk menjenguk Horu. Selama melangkah bersama rekan-rekannya, pikiran Rick terus dibayang-bayangi oleh sosok Virtozous wanita yang mengetahui marganya.

"Kau memang kuat seperti yang diduga, Tuan Dattora."

Dari kata-katanya, wanita itu tidak hanya tahu soal marganya, mungkin juga tahu segala hal yang menyangkut tentang dirinya. Rick juga bingung sekaligus penasaran.

Apa mungkin hal ini ada hubungannya dengan urusan ayahnya dulu semasa ia hidup? Bahkan sampai saat ini Rick tidak tahu profesi seperti apa yang dikerjakan oleh ayahnya. Dia hanya tahu bahwa sang ayah memiliki kewajiban di medan pertempuran. Rick kira ayahnya bekerja sebagai pihak keamanan atau Agent seperti dirinya.

"Rick?"

Sebuah tepukan di bahu mengejutkan Rick, membuat pria pirang itu spontan menoleh ke arah Regan yang tengah menatapnya heran.

"Kau sedang memikirkan sesuatu?"

Rick menggeleng sambil menundukan kepalanya. "Bukan begitu…. Hanya kelelahan saja."

Selain itu, Rick juga kepikiran tentang Horu. Dia masih tak percaya Horu yang ia kenal semenjak masa sekolah dulu bisa menjadi seorang Cyborg. Tangan dan satu kaki itu, nampak terbuat dari metal dan rangkaian mesin rusak akibat kena retas Positif. Rick tentu harus meminta kejelasan itu pada Horu.

Mereka akhirnya sampai di salah satu kamar perawatan khusus di area kesehatan asrama setelah tadi diantar oleh salah satu robot perawat. Di dalam sana, mereka melihat Horu yang memakai pakaian pasien tengah duduk sambil dirawat oleh dua robot perawat. Bisa mereka lihat tubuh Horu tidak memiliki dua tangan, hanya menyisakan dua lengan kokoh, dan satu kaki kiri.

Saat kehadiran mereka berempat disadari, Horu menyunggingkan senyum bersahabat dan menyapa ramah mereka seperti tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Hal itu membuat Rick bergeming, merasa iba dengan keadaan Horu yang begitu mengenaskan. Setelah kelulusan mereka dari SMA, Rick bahkan Xeno tidak tahu lagi kabar tentang Horu.

Rick penasaran, sebenarnya apa yang terjadi pada Horu selama perpisahan mereka?

"Senang rasanya bisa dijenguk teman-teman satu tim," ucap Horu dengan senyuman pada teman-temannya saat mereka menghampiri.

"Bagaimana keadaanmu, hm?" tanya Regan sambil bersedekap di samping Horu.

"Agak mendingan, lah. Okta saat ini sedang menyiapkan tangan dan kaki baru. Jadi…." Horu menggoyang-goyangan dua tangan buntungnya. "Aku harus menunggu dalam keadaan begini."

"Okta?" Kobra heran dengan nama asing tersebut.

"Okta. Salah seorang Virtozous di Organisasi NEBULA," jawab Horu mengetahui keheranan Kobra dan hanya dibalas dengan 'Oh' disertai anggukan.

"Horu…."

Rick mulai duduk di samping Horu. Dia ingin membicarakan hal tentang kawannya itu lebih serius. Pasalnya, keadaan Horu yang cacat parah begini membuat ia dan yang lainnya khawatir. Mereka baru tahu bahwa selama ini Horu mengalami kecacatan.

"Sebenarnya, apa yang terjadi padamu setelah kelulusan sekolah kita dulu?" tanya Rick terdengar serius. "Seingatku, kau baik-baik saja. Tangan dan kakimu… semuanya masih utuh."

Xeno mengangguk menyetujui ucapan Rick, diikuti anak ayamnya di atas kepala. "Benar, Pyo. Horu 'kan dulu baik-baik saja. Belajar dan main bareng sama Xeno dan Rick, Pyo. Ke-kenapa jadi begini…?"

Regan dan Kobra yang baru mengenal Horu saat menjadi Agent hanya diam karena tidak tahu Horu seperti apa sebelumnya. Mereka lebih memilih diam menyimak pembicaraan ketiganya.

Menanggapi keheranan Rick dan Xeno, Horu hanya menyunggingkan senyum. Senyuman yang menampakan antara dia baik-baik saja atau senyuman miris mengenang masa lalu.

"Setelah kelulusan itu, aku ikut bersama ayahku pergi ke luar negeri, Rick." Horu mulai menjelaskan dengan kepala tertunduk. "Dia ingin aku ikut dalam proyek besarnya, karena ayahku adalah seorang ilmuan. Proyek ini sebenarnya ilegal, tapi Ayah tetap nekat melakukannya. Dia menjadikanku sebagai obyek percobaan, penelitian tentang menguji dan menanamkan ketahanan tubuh terhadap aliran listrik dari berbagai tegangan."

Rick dan Xeno terkejut mendengarnya. Regan dan Kobra sendiri sempat kepikiran jika melakukan penelitian terhadap manusia seperti itu memanglah ilegal.

"Setiap hari aku disengat oleh listrik dan dimodifikasi agar sesuai keinginan mereka. Berbagai listrik dari bermacam-macam tegangan disengatkan padaku. Tentu saja aku kesakitan, hal itu juga mempengaruhi sarafku dan membuat tingkat sel-sel, serta yang lainnya mengalami mutasi sebagai penyesuaian terhadap sengatan. Aku memang tahan terhadap listrik, tapi hal itu membuatku harus mengorbankan kedua tangan dan kaki kiriku. Tiga anggota tubuhku itu hancur akibat terlalu sering disengat listrik. Itupun bisa dibilang sebagai keajaiban karena aku masih sanggup hidup."

Rick semakin iba dengan nasib Horu. Biarpun Horu sangat menyebalkan, Rick sudah menganggap Horu sendiri sebagai sahabat terbaiknya. Selain Xeno, Horu 'lah yang menjadi sosok terbaik dalam hidupnya yang terpuruk setelah ditinggal mati sang ayah, Gerald.

"Jadi…, itu semua karena proyek ayahmu…?" tanya Rick terlihat mencemaskannya.

Horu berusaha tersenyum walau terasa sakit untuk menceritakan lebih rinci masa lalunya. "Begitulah. Aku juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Ayah. Bagaimanapun juga, dia ayahku. Hanya saja, ambisinya yang membutakan dirinya. Aku berusaha untuk mengerti. Selain tangan dan kakiku, beberapa bagian tubuh sampai wajahku juga mengalami luka-luka. Bahkan pipi dan hidungku sempat sobek, rahangnya juga lepas hingga membuatku harus melakukan operasi plastik beberapa kali. Jangan salah paham dulu. Aku operasi plastik hanya untuk memperbaiki wajahku, bukan membuatnya terlihat lebih tampan. Aku lebih suka tampilan asliku dari lahir."

"Heh! Kukira kau memang ingin terlihat lebih tampan," canda Regan, "Tapi, memang fungsi operasi plastik sebagai alternatif untuk memperbaiki wajah yang rusak parah, bukan?"

"Aku tak habis pikir, kau mengalami hal yang berat selama ini," kata Rick menanggapi dengan cemas, "Yaa…. Semenyebalkan apapun kau, kau tetap temanku, Horu. Teman kami semua. Seharusnya, kau cerita dari awal soal keadaanmu."

"Menurutku, hal seperti ini wajar terjadi di era serba canggih," komentar Horu santai, "Lagipula, aku tidak terlalu bersedih kehilangan beberapa anggota tubuh. Toh masih bisa diganti dengan anggota tubuh Cyborg, kan?"

Saat perbincangan mereka, pintu kamar terbuka otomatis menampakan sosok pria tinggi berambut panjang hijau dengan memakai kacamata khusus dan beberapa guratan sirkuit elektrik di wajah sampai anggota tubuh lain. Bisa ditebak pria tersebut adalah seorang Virtozous. Pria itu sempat terkejut menyadari ada beberapa orang berada di kamar. Ia hanya menyunggingkan senyum tipis di wajah tegasnya.

"Aku tak tahu kalau teman-temanmu menjengukmu, Avera. Apa aku mengganggu?"

Horu menggeleng dan tersenyum padanya. "Sama sekali tidak."

Pria itu melangkah menghampiri Horu sambil membawa serangkaian metal yang merupakan anggota tubuh baru. "Boleh aku memasangkan dua tangan dan kaki Horu?" tanyanya pada Rick dan yang lain.

"O-Oh, tentu saja," jawab Rick. "Apa kami juga perlu keluar agar tidak mengganggu kerjamu?"

"Tidak perlu." Pria itu duduk di samping Horu, mulai menyiapkan segala peralatan yang dia butuhkan untuk memasang anggota tubuh tersebut. "Kalau masih ada perlu dengan Horu, di sini saja. Aku sama sekali tidak terganggu. Cuma memasang ini saja, kok."

Sempat sunyi melanda saat sang pria menggantikan perban putih di lengan buntung Horu dengan perban baru berwarna hitam metal. Teman-teman Horu memperhatikan sang pria dengan telaten melilitkan perban khusus itu.

Merasa tak enak dengan suasana sunyi ini, Horu mulai bicara, "Omong-omong, teman-teman…. Dia ini Okta. Okta yang bertanggung jawab menyiapkan tangan dan kaki Cyborg-ku."

"Virtozous yang sempat kau sebut tadi, ya?" Rick mulai memperkenalkan diri dan rekan-rekannya. "Senang bisa bertemu denganmu, Okt. Aku Rick, di sampingku Xeno, Kobra, dan Regan. Kami rekan satu tim Horu."

"Xeno senang bisa bertemu dengan Okta, Pyo!" salam Xeno ceria.

"Piyo!" Piyo pun juga bercicit ceria mengikuti gelagat Xeno di atas kepalanya.

Regan hanya menyunggingkan senyum sopan pada Okta, sedangkan Kobra hanya mengangguk diam sebagai sapaan.

"Senang bisa bertemu dengan kalian juga," sapa Okta tanpa mengalihkan perhatian pada pekerjaannya memasang tangan Horu.

Dengan hati-hati, Okta memasangkan kedua tangan Horu disusul dengan bagian kaki. Dia juga mengetikan beberapa program lewat layar hologram yang terhubung pada tiga anggota tubuh itu agar mengoktimalkan fungsinya. Setelah diberi aba-aba oleh Okta untuk mencoba menggerakan anggota tubuh tersebut, Horu pun mulai menggerakan kedua tangan dan kaki kirinya. Syukurlah, ketiganya berfungsi dengan baik.

"Dua tangan dan kaki kirimu yang sebelumnya tidak bisa diperbaiki, jadi kami menggantinya dengan yang baru. Malware itu menyerangmu terlalu parah. Syukurlah, kau cepat dibawa kemari dan segera ditangani sebelum Malware-nya berubah menjadi virus sungguhan. Itu akan merusak organ serta anggota tubuh lainnya jika tidak segera ditangani," jelas Okta pada Horu setelah ia menggeser layar hologram hijaunya hingga hilang di udara.

"Begini, Okta." Regan yang duduk di ujung ranjang bersama Kobra di sampingnya mulai bertanya, "Apakah kau tahu tentang jenis Malware yang bisa berubah menjadi virus sungguhan?"

"Berubah menjadi Bio-Virus?" Setelah selesai memasang anggota tubuh Horu, Okta berdiri sambil bersedekap, terlihat berpikir sejenak. "Itu bisa jika mampu direalisasikan menggunakan sistem AndroMega. Proyek seperti itu sebenarnya masih dikembangkan Serikat Galaksi agar bisa digunakan dalam bidang militer. Tak kusangka kalau dua Virtozous yang kalian lawan sesuai cerita Horu benar-benar menciptakan jenis Malware seperti itu."

"Apa ada antivirus yang dapat melenyapkannya?" tanya Kobra pula.

"Sama sekali tidak. Tapi ketika tahu akan kasus ini, kami akan mengusahakan untuk mencoba membuat antivirus-nya. Hanya saja, perlu waktu bagi kami untuk memeriksa sisa-sisa Malware yang masih aktif menyerang anggota tubuh Cyborg Horu."

"Jadi, biarpun sudah dilepas, tetap masih aktif, ya?" Rick memijit pelipisnya sesaat dengan kepala agak ditundukan. "Tugas seperti ini makin lama makin berat saja."

"Itulah risiko menjadi bagian dari organisasi," tanggap Okta, "Banyak pihak yang bertujuan untuk menjatuhkan pemerintahan Serikat Galaksi. Organisasi NEBULA bertujuan untuk memberantas orang-orang seperti itu. Jadi, tetaplah optimis menjalankan tugas kalian. Pekerjaan ini juga berhubungan dengan medan perang."

Rick dan kawan-kawan mengangguk mantap. Ucapan Okta memang ada benarnya. Mereka di sini bekerja sebagai Agent, mengemban kewajiban melindungi pemerintahan Serikat Galaksi serta memberantas mereka yang bertujuan buruk mengacaukan seluruh galaksi. Walau domisili mereka hanya dalam satu planet, mereka tetap akan optimis menjalankan kewajiban sebagai Agent.

~*~*~*~

Di tengah lorong didominasi warna metal, dua sosok berjubah merah dan berjubah putih mengobrol satu sama lain. Satunya seorang wanita yang terlihat antusias menceritakan segala hal yang ia alami, satunya lagi seorang pria yang senantiasa mendengarkan sambil sesekali mengecek data-data dari tab yang ia bawa.

"Jadi, saat ini Positif dan Negatif sedang istirahat, Ver?"

Wanita itu, Veronica, menghela nafas sambil bersedekap santai. "Iyaaa…. Mereka memang cukup antusias dengan tugas mengacau Kota Wiise, dan senang juga ketika melawan lima Agent dari organisasi. Aku tak menyangka jika salah satunya adalah Rickolous Dattora, Profesor."

Satan menyunggingkan seringainya singkat. "Kurasa bocah itu berperan aktif pada organisasi."

Tak mereka sangka ada seorang lagi yang kebetulan lewat menghampiri mereka. Sosok pria berpakaian serba hitam dan berkulit pucat. Wajah dan perwakannya mirip dengan Master mereka, tapi dia tentunya bukanlah Master yang sering memberi mereka tugas selama ini.

"Sedang membicarakan sesuatu?" tanyanya dengan suara serak ringan khasnya. Wajah itu terlihat datar, tak nampak memperlihatkan ekspresi apapun.

Sejenak Satan dan Veronica membungkuk hormat padanya. Bagaimanapun juga, mereka tetap harus menghormatinya karena pria ini adalah bagian dari sosok terpenting di sisi Master Obsidian.

"Salam, Tuan Onyx," sapa Satan sopan seperti biasa. "Kami hanya membicarakan tentang tugas sebelumnya dari anak-anak angkatku, para Virtozous."

Onyx mengangguk paham, terlihat tidak begitu tertarik dengan topik seperti ini. "Apa ada hal lain yang ditugaskan oleh Ayah pada kalian?"

Satan mengingat-ngingat sebentar. "Hmm…. Master hanya memberi tugas ringan pada Sharon dan Venezea. Selain itu, saya kurang tahu. Saya sendiri sedang disibukan untuk mengawasi satu Virtozous yang masih dalam tahap pengembangan tim saya."

"Lalu, bagaimana soal pemasukan Sindikat Gigas?"

"Sudah ditangani tim Mafia."

Karena menurutnya sudah tidak ada lagi hal yang musti ditanyakan, Onyx segera pergi meninggalkan keduanya tanpa berucap apa-apa. Hanya mengangkat sebelah tangan ke samping sebagai tanda perpisahan.

Pria itu memang dikenal sebagai sosok yang dingin dan datar. Pikirannya sulit untuk ditebak, bahkan ayahnya sendiri, Obsidian, sulit membaca perilaku putranya itu. Namun, Onyx tetap menjadi kebanggaan dalam sindikat karena dia juga memiliki banyak peran penting membantu Obsidian.

Setelah kepergian Onyx, Veronica menaikan sebelah alisnya. Wajahnya terlihat tidak begitu suka dengan sikap Onyx pada mereka.

"Dia sinis sekali," komentar Veronica.

Satan menoleh pada Veronica dengan senyum geli terukir di wajah rupawannya. "Biarpun sinis, dia yang paling dibanggakan, lho. Diam-diam begitu juga… menghayutkan." Ia pun mulai melangkahkan kakinya menelusuri lorong, meninggalkan Veronica yang terlihat bingung dengan maksud ucapannya.

"Maksudmu, apa?"

"Nanti juga kau akan tahu."

Entah mengapa, bulu kuduk Veronica meremang dengan sendirinya. Rasanya seperti digentayangi oleh makhluk-makhluk tak kasat mata.

"Diam-diam menghayutkan?" Veronica geleng-geleng kepala, lalu melangkah juga ke arah berlawanan dari Satan. "Heh. Yang benar saja…?"

~*~*~*~