Chereads / AndroMega / Chapter 22 - Chapie 21 : Setia Kawan

Chapter 22 - Chapie 21 : Setia Kawan

"Ya, aku keluar dari tim dan organisasi."

Rekan-rekan Regan seketika terkejut mendengar keputusannya, sama sekali tidak tahu sebab mengapa Regan nekat ingin keluar dari organisasi, dari tim mereka. Padahal sebelumnya, pria ini dalam keadaan baik-baik saja.

"Re-Regan mau keluar dari tim dan organisasi, Pyo…?" ucap Xeno terdengar kecewa, bahkan Piyo si anak ayam juga turut kecewa, mengikuti penggambaran ekspresi dari Xeno saat berada di bahu.

"Regan, apa maksudmu?"

Rick menghampiri Regan, wajahnya nampak garang tidak terima dan bingung dengan perubahan sikap Regan yang jauh lebih dingin.

"Kau mengambil keputusan begitu saja. Tim kita baru terbentuk dua minggu. Dan kau seenaknya memutuskan untuk keluar dari tim, dari organisasi juga?"

Tak ada jawaban dari Regan, ia masih menunduk enggan bersitatap langsung dengan mata biru Rick.

"Regan, jelaskan! Kau itu kena—."

Tangan Rick hendak menyentuh bahu Regan, tapi segera ditepis kasar. Rick terkejut akan tindakan Regan. Sejengkel-jengkelnya Regan pada Rick, ia tidak akan sedingin ini.

"Aku buru-buru."

Mengabaikan mereka semua, Regan melangkah cepat dengan kaki sedikit dihentakan menuju kamarnya. Di sana, ia membereskan semua barang-barang miliknya, buru-buru memasukannya ke dalam koper. Dalam pikiran Regan sekarang, dia hanya ingin kembali ke kotanya setelah mendengar semua penjelasan dari Xeriel.

Setelah dirasa semua barang sudah dibereskan, Regan membawa kopernya keluar kamar. Tanpa peduli teriakan teman-teman memanggilnya, ia terus melangkah cepat hingga keluar dari ruang asrama.

Regan pergi tanpa mengucapkan apa-apa, tanpa sebab pula. Membuat rekan-rekan satu tim bingung, mencemaskan keadaannya yang memprihatinkan.

"Regan, tunggu!"

Rick hendak menyusul, namun gerakannya ditahan oleh pegangan tangan pada bahu kirinya. Sosok Golden menghalangi Rick untuk menyusul Regan, hanya menggelengkan kepala, berisyarat bahwa Regan tidak perlu disusul.

"Apa maksudmu, Golden?!"

Rick menepis kasar tangan Golden di bahunya, berdiri berhadapan, menatap langsung menuntut jawaban lebih jelas pada sang kapten yang kelihatannya tahu betul akan masalah ini.

"Kenapa Regan tiba-tiba saja memutuskan untuk keluar dari tim dan organisasi? Jelaskan!"

Kalau Rick sudah seemosi ini, Golden haruslah menjelaskan segala hal berhubungan dengan Regan dan misi yang hendak mereka emban tadi.

Golden melangkahkan kakinya pergi mendahului Rick, "Kalian segera ikut ke kantorku."

~*~*~*~

Rick, Horu, Xeno, dan Kobra dipersilakan Golden duduk di sofa yang tersedia di ruang kantornya. Keempatnya dibuat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada rekan mereka, Regan. Golden sendiri bingung harus menjelaskannya seperti apa, ia juga agak terkejut dengan keputusan Regan.

"Baiklah, Golden…." Rick terdengar menuntut, duduk bersedekap dengan kaki disilangkan di hadapan sang ketua, bahkan dia tidak memanggil Golden dengan sebutan 'Pak Tua' atau 'Kapten' lagi. "Jelaskan, apa yang sebenarnya terjadi pada Regan dan apa hubungannya Regan dengan tugas yang hendak kau cabut dari kami."

Sempat sebuah robot pelayan menyajikan beberapa cangkir minuman dan camilan di atas meja mereka. Hal itu dilakukan agar suasana jadi tidak begitu tegang, walau Golden akui Rick 'lah yang membuat suasana di sini benar-benar lebih tegang dengan tatapan menusuk bak belati.

Golden mendesah menenangkan diri, sampai ia mulai menjelaskan, "Sebelumnya, aku ingin menjelaskan bahwa kelompok kalian diminta klien baru untuk mengatasi suatu masalah. Masalah ini berkaitan dengan hilangnya sejumlah besar uang dan kebocoran data pada sebuah perusahaan cabang. Dia meminta kalian untuk menyelidikinya, tapi… alasan dia meminta tim kalian karena adanya Regan."

"Karena… Regan…?" ucap Rick, menaikan sebelah alisnya.

Sesaat Golden membetulkan posisi duduk di sofa tunggal, mengambil sebuah tab dari atas meja, membuka salah satu dokumen yang ada di sana, lalu menggeser tab itu ke arah Rick dan rekan-rekannya.

Di sana, mereka berempat membaca sebuah berita tentang hilangnya sejumlah uang beserta kebocoran data-data penting perusahaan yang dimaksud. Yang membuat mereka semakin tercengang adalah nama dari perusahaan tersebut, nama salah satu grup keluarga konglomerat di negera ini.

"Kalian ingat marga Regan, bukan?" tanya Golden, menopang rahangnya dengan punggung tangan. "Graciell…. Regan Graciell. Cabang perusahaan yang mengalami masalah tersebut adalah perusahaan milik Graciell Group."

Mereka semua terdiam, tercengang mengetahui fakta bahwa Regan adalah anggota dari suatu keluarga konglomerat di negara ini. Dan mengejutkannya lagi, perusahaan yang mengalami masalah tersebut adalah cabang perusahaan milik keluarga Regan.

"Jadi…, perusahaan yang mengalami masalah itu adalah perusahaan milik keluarga Regan?" tanya Horu penasaran. "Enggak heran juga kalau sikapnya jadi dingin seperti tadi."

"Sialan tuh bocah." Rick mendesah frustasi sambil mendongak, mengacak rambut pirangnya hingga berantakan. "Enggak nyangka kalau dia anak orang tajir. Kenapa dia enggak cerita?"

"Kau tidak sadar gelagat Regan selama ini, Rick?" Kobra bertanya pada Rick. "Dia orangnya sopan, angkuh, sangat menjunjung harga diri, dan suka kebersihan."

"Soal kebersihan itu, aku kira dia pengidap OCD."

"Setengahnya begitu, mungkin…," canda Horu sambil cengengesan.

Rick memutar bola mata memaklumi Horu. Di saat-saat seperti ini, Horu masih sempat bercanda tentang satu rekan mereka yang sedang mengalami masalah.

Golden pun melanjutkan, "Graciell Group adalah salah satu perusahaan konglomerat terbesar di negara ini. Walau terbilang perusahaan besar, tapi nama mereka tidak begitu dikenal banyak orang. Perusahaan ini sering kali berfokus pada usaha properti dan beberapa barang elektronik, namun siapa sangka kalau Graciell Group juga membuka usaha dalam bidang persenjataan militer pula."

"Sepertinya, memang jarang sekali nama Graciell Group didengar publik sebagai perusahaan terbesar," pikir Horu. "Apa mungkin karena usaha mereka dalam memproduksi senjata?"

"Kalau aku sendiri beberapa kali mendengar perusahaan itu," kata Kobra, "Hanya saja, aku tidak peduli. Itu sebabnya, aku juga tidak peduli juga dengan marga Regan. Tak mustahil 'kan kalau ada orang yang memiliki nama atau marga yang sama."

"Mereka memang tertutup dalam memproduksi senjata walau senjata-senjata yang mereka produksi terbilang legal dan atas kerjasama dengan pemerintah pula. Cabang organisasi kita di Kota Galeno juga memiliki beberapa persenjataan dan perlengkapan Sains keluaran Graciell Group. Aku jadi heran, kenapa orang-orang sama sekali tidak menyadari kalau Regan anak konglomerat. Padahal, dia masih memakai marganya dengan jelas saat mendaftar sebagai Agent."

"Mungkin karena seperti yang Kapten bilang bahwa perusahaannya tidak begitu dikenal walau terbilang besar, Pyo," sahut Xeno setelah lama diam karena tidak mengerti dengan topik pembicaraan mengenai perusahaan.

"Argh! Aku tidak peduli! Mau Regan anak konglomerat 'kek, anak hakim 'kek, anak jalanan 'kek, bahkan anak setan sekalipun. Aku tak peduli!" kata Rick terdengar semakin frustasi. Entah mengapa pria ini emosinya jadi semakin labil semenjak Regan memutuskan keluar dari tim. "Sudah jelas bahwa Regan adalah anak dari keluarga konglomerat yang memiliki hubungan dengan klien yang dimaksud, kan? Kejelasan yang ingin kutahu sekarang adalah misi ini. Kenapa klien memilih tim kami hanya karena ada Regan? Kenapa misi ini langsung diserahkan ke tim lain setelah Regan keluar? Dan apa rincian lengkap dari misi ini pula?"

"Tolong, biarkan aku menjelaskan baik-baik tanpa terburu-buru," minta Golden tenang, "Aku sudah cukup stress menghadapi perilaku labil istriku yang sedang hamil. Sekarang, malah ditambah mengahadapi kelakuan labilmu, Rick."

"Jadi, emosi Rick sama labilnya dengan ibu-ibu hamil?" goda Horu kembali.

Rick merengut jengkel pada pria bersyal itu, "Bisa tidak jangan bikin aku tambah emosi?! Kita lagi serius, nih!"

Horu hanya diam sambil mengangguk paham. Walau sudah dibentak Rick, dia masih tetap cengengesan sendiri. Entah mengapa, pria ini tahan banting kalau sudah berhadapan dengan emosi Rick, malah Horu semakin ingin melihat Rick lebih emosi lagi.

"Awalnya, memang klien ingin tim kalian yang menangani tugas ini, karena dia sendiri ingin bertemu langsung dengan Regan. Tapi karena Regan sendiri sudah keluar dari tim, tim kalian cuma tinggal empat anggota, sudah jadi kebijakan organisasi untuk menahan tim kalian dalam bertugas sampai menemukan anggota baru."

"Ya mana bisa begitu, dong?!"

Semuanya terlonjak kaget ketika Rick berdiri dari sofa sambil menggebrak meja. Rick mendekat ke hadapan Golden, menunjuk-nunjuknya tanpa peduli bahwa Golden adalah atasan tim mereka, atasan Rick juga.

"Kau tidak mengerti, Golden." Rick berkata dengan penuh penekanan, "Walau kami baru bekerja di sini sebagai satu tim selama dua minggu, kami sudah bisa membangun kerja sama baik sebagai tim. Regan orangnya menyebalkan. Tapi aku akui dia adalah Agent yang hebat, bisa diandalkan, dan telah banyak berperan dalam tim kami. Regan adalah anggota tim kami, sahabat kami! Dia saat ini dalam kesulitan! Kami tidak akan membiarkannya dalam kesulitannya sendiri! Kami akan mengambil misi ini demi membantunya. Terserah akan keputusannya nanti, dia mau kembali atau tidak!"

Golden dibuat tak berkutik di tempat. Ia pikir, mungkin ini yang dinamakan kekuatan persahabatan. Rick dan rekan-rekannya memang tidak terima Regan keluar dari tim begitu saja, tapi mereka akan membantu Regan sebisa mungkin karena Regan adalah bagian dari diri mereka, sahabat mereka.

Kalau bisa, Golden ingin sekali menangis terharu. Dia tak menyangka memiliki Agent-Agent didikan yang setia kawan. Golden bangga! Sangat bangga!

"Lagipula, mubazir sama misi yang seharusnya dipercayakan pada tim kami harus diserahkan pada tim lain. Kan lumayan penghasilannya buat tim kami."

Runtuh sudah kebanggaan Golden pada Rick. Kalau bisa digambarkan, perasaan jengkel Golden bagaikan tembok pemersatu yang sudah dibangun dengan kokoh hancur seketika akibat gelombang tsunami disertai badai dahsyat.

Golden berusaha memaklumi, Rick matrenya sampai ke DNA.

Keempat teman-temannya yang sempat terlihat begitu menganggumi pidato dadakan penuh rasa patriotisme dari Rick langsung mendesah sebal setelah mengetahui alasan Rick sebenarnya.

"Tuh 'kan, Kapten…." Horu tersenyum, menunjuk-nunjuk Rick di sampingnya menggunakan jempol. "Matrenya kumat."

"DIAM KAU, BADAK EMPANG!!!"

Lagi-lagi Horu dibentak Rick. Tapi tak apa, kesabaran Horu tiada batas bagaikan sang surya menyinari dunia.

Lah…?

"Haaah…. Baiklah." Golden memijit batang hidungnya. Lelah dengan kegoblokan Agent-nya yang satu itu. "Kalian yakin ingin mengambil misi ini dengan kekurangan satu anggota? Misi ini terbilang susah, lho."

"Kami sangat yakin, Pak Tua!" ucap Rick penuh semangat. Sepertinya, mood-nya berubah drastis ketika mulai memikirkan hasil gaji yang mereka dapat. Semakin sulit misinya, maka akan semakin besar pula penghasilannya.

Horu menaikan bahu. "Terserah. Menurutku, kekurangan satu anggota tak akan berpengaruh apapun dalam kinerja kami menyelesaikan misi."

"Saya akan mengikuti apapun keputusan ketua," ucap Kobra bijak.

"Xeno bakal ikut, Pyo!" ucap Xeno penuh semangat seperti biasa.

"Piyo!" Dan tak lupa Piyo si anak ayam menyahut di bahu Xeno.

Golden hanya mengangguk memahami. Kekeraskepalaan Rick tidak bisa dilawan lagi. Kalau sudah begini, tak ada pilihan lagi selain menyerahkan misi pada mereka. Toh kebijakan untuk menahan tim yang kekurangan anggota dalam bertugas tidak begitu berlaku selama tim tersebut menyanggupinya.

"Baiklah, kalau itu keputusan kalian. Akan kujelaskan rincian dari misi ini." Golden mulai membacakan laporan misi dari dalam tab. "Kasus dari misi ini adalah tentang kebocoran data dan kehilangan uang dari cabang perusahaan milik Graciell Group. Perusahaan ini sendiri dikenal sebagai Grace Orps, berfokus pada produksi barang-barang elektronik khusus untuk pemerintahan dan organisasi kita."

"Hilangnya sejumlah uang dan data-data produksi ini baru diketahui dua hari yang lalu. Belum pernah terjadi hal seperti ini sebelumnya karena perusahaan Grace Orps memiliki tingkat keamanan yang tinggi. Kerugian yang didapat pun kisarannya kurang lebih 56 juta Dian. Memang besar, tapi tak seberapa dengan kebocoran data-data tentang produk yang mereka produksi. Kemungkinan besar data-data produk mereka bisa disalahgunakan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab."

"Pihak perusahaan dan anggota Graciell Group sudah melaporkannya ke pihak berwajib. Selain pada organisasi kita, mereka juga telah meminta bantuan pada Badan Intelegen AURAX untuk melakukan pemeriksaan secara khusus dan lebih rinci."

"Wah…. Kedengarannya masalah ini sangat besar," komentar Horu tak menyangka. Ia kemudian bicara pada Rick, "Jujur saja, Rick. Apa tak masalah kita mengambil misi ini? Misi ini lebih pantas diambil oleh tim Agent tingkat menengah."

"Aku tahu! Tapi, di sini Regan juga pasti berusaha untuk menangani masalah perusahaan keluarganya sendiri. Kita akan turut ikut membantunya. Kali ini bukan karena gaji misi, tapi memang karena dia juga teman kita."

Sudah Horu duga, sebenarnya Rick memang tipikal sosok setia kawan kalau sudah akrab dengan seseorang. Horu hanya tersenyum memaklumi. Ia sudah mengenal Rick sejak SMA, jadi ia sudah tahu kepribadian sejati sahabatnya itu.

"Kalian yakin? Aku bisa—."

Ucapan Golden terpotong saat bunyi dangdut koplo terdengar dari ponselnya, menandakan bahwa ada telepon masuk. Beberapa dari mereka berusaha menahan tawa saat mendengar lagu dangdut koplo dengan lirik nyeleneh menjadi penanda panggilan ponsel Golden.

Golden menjawab panggilan tersebut dan mulai beranjak dari sofa.

"Koplo, Kapten?" bisik Horu, cekikikan.

Golden hanya mengacungkan telunjuk di mulutnya, menandakan untuk diam sebentar selagi ia menjawab panggilan di luar ruangan.

Sepeninggalnya Golden, tawa Rick pecah menertawakan bunyi ponsel Golden. Tak menyangka kalau sang kapten suka lagu koplo.

"Ahahaha…. Koplo. Plesetan lagi," ucap Rick sambil berusaha menghapus air mata tawanya.

"Baiklah. Baiklah…." Horu berusaha untuk mengalihkan topik dari ponsel koplo Golden. "Jadi, kita akan mengemban misi tanpa Regan. Ironisnya, misi ini merupakan masalah dari perusahaan milik keluarga Regan."

"Ya…, begitulah." Rick menyenderkan tubuhnya dengan kedua tangan menumpu belakang kepala. "Sekarang, aku mengerti. Regan bersikap sedingin itu pada kita karena masalah sebesar ini. Aku memang baru mengenalnya dua minggu, dan perkenalan kami terkesan jelek. Tapi, tetap saja… dia sahabat kita."

Mendengar perkataan Rick membuat Horu tak tahan untuk tidak tersenyum. Kawannya ini memang baik. Sejengkel-jengkelnya Rick pada Regan, tapi rasa jengkelnya hanyalah pertanda bahwa persahabatan mereka akan semakin dekat.

"Owh…. Ricky…~" Horu mendekat, menggandeng bahu Rick. "Sudah kubilang, kan? Biasanya dua orang yang saling benci bakal bisa lebih akrab sebagai sahabat."

"Apaan, sih…?!"

Walau tangannya ditepis kasar, Horu hanya menanggapi sifat Rick yang agak Tsundere itu dengan tertawa kecil. Kobra dan Xeno juga ikut senang melihatnya. Itu berarti, profesi mereka sebagai Agent satu tim telah membawa mereka berlima dalam lingkaran persahabatan yang baik.

Semoga saja bisa bertahan selama mungkin.

"Oke, semuanya! Sudah diputuskan."

Mereka menoleh ke belakang sofa ketika melihat Golden memasuki ruang kantor kembali, baru selesai menjawab panggilan telepon tadi. Wajahnya yang tadi agak cemas kini terlihat lebih tenang. Hal itu membuat mereka semua bertanya-tanya, ada apa gerangan yang terjadi pada Golden?

"Ada apa?" tanya singkat Kobra memulai.

Golden menjawab, "Tadi klien meminta untuk menambah satu tim junior lagi untuk membantu. Ada beberapa hal yang harus diperiksa kembali, terutama di bagian sistem keamanan perusahaan. Dia ingin satu tim lagi khusus berperan sebagai teknisi."

"Lho, mana bisa begitu?!"

Sekali lagi, Rick tidak terima akan keputusan itu. Si pirang ini berjalan dengan kaki dihentakan menghampiri Golden. Lagi-lagi ia berani menunjuk Golden begitu saja, menunjuknya tepat di bagian hidung.

"Kenapa?" tanya Golden bingung.

"Ini satu misi, kan? Setiap satu tim pasti menerima satu misi. Kalau ada dua tim dalam satu misi, entar gajinya kebagi, dong!"

Wajah Golden mendatar, rasa jengkelnya melewati puncak ubun-ubun. Sungguh, sifat matre Rick sudah memasuki tingkat kronis.

Golden sempat menghela nafas, "Haaah…. Rick, kau pasti tidak akan menolak kalau bekerja sama dengan tim ini."

~*~*~*~