Chereads / AndroMega / Chapter 15 - Chapie 14 : Cyber Genderuwo

Chapter 15 - Chapie 14 : Cyber Genderuwo

Kesunyian lorong semakin mendominasi di antara dua sosok yang saling adu tatapan tajam. Posisi sang polisi saat ini ditodongi sebuah pedang kunai oleh seorang Kobra Rezz, membuatnya terpojok. Sepasang mata emas menyala memberi tatapan menusuk setajam senjatanya itu sendiri. Sungguh, polisi itu benar-benar didesak oleh Kobra.

"Mau apa kau sekarang, huh?" Sekilas Kobra memandang tubuh Genderuwo yang telah ia bunuh tadi. "Kau dan rekan-rekanmu sudah kuketahui dari awal bahwa kalian adalah Cyber Genderuwo. Akui saja, siapa yang telah memberi perintah pada kalian? Dan, apa tujuan kalian sebenarnya?"

Gigi makhluk yang menyamar menjadi polisi itu bergemeretak kesal akan desakan Kobra. Perlahan penyamarannya luntur, berubah wujudnya menjadi Genderuwo dengan memakai armor mekanik canggih terpasang pas di tubuh besar hijaunya.

"GRRRRRAAAAWWW!!!"

Sang Genderuwo meraung marah sambil melemparkan mayat wanita yang ia bawa ke arah Kobra. Dengan sigap Kobra menangkapnya menggunakan satu tangan, dan satu tangannya langsung menangkis serangan dari pemukul besi yang mendadak dilancarkan sang Genderuwo ke arahnya.

"Kau berusaha mengalihkan perhatianku, huh?" ucap Kobra datar sambil berusaha menahan dorongan dari pemukul besi menggunakan pedang kunainya.

Keduanya saling memukul, menangkis menggunakan senjata masing-masing hingga tercipta percikan-percikan kecil di sela-sela pukulan senjata mereka. Kobra berusaha menangkis semua serangan Genderuwo dengan memutar-mutar pedang kunai. Setelah berhasil menyingkirkan pemukul besi itu dari tangan sang monster, Kobra segera melemparkan pedangnya lurus ke Genderuwo. Sayangnya, karena ia bertarung menggunakan tangan kiri dan tangan kanan masih mengangkat tubuh mayat wanita, lemparan pedangnya meleset dari sang Genderuwo.

Kobra mendecih saat Genderuwo itu tidak buang-buang waktu untuk kabur. Dengan hati-hati Kobra menaruh mayat wanita itu di pinggir lorong.

"Teleportasi Ganda!" perintah Kobra pada gelang AndroMega.

'[Bayangan Ganda Teleportasi : Diciptakan.]'

Gelangnya menembakan dua buah bayangan hologram hitam jauh ke depan, satunya ke dekat pedangnya yang menancap di tembok, dan satunya jauh di depan Genderuwo yang masih berlari menjauh. Segera ia berteleportasi ke bayangan pertama untuk mengambil senjatanya, lalu pindah lagi ke bayangan hologram di depan sang Genderuwo. Kobra berusaha menebas makhluk itu dengan pedang kunai, sontak Genderuwo itu menghindari tebasan itu dengan berlari ke samping, lalu terus kabur hingga Kobra mengejarnya di belakang.

Kobra segera menyambungkan hubungan komunikasi dengan rekan-rekannya menggunakan earpiece. Ini sudah mulai memasuki keadaan darurat.

Di dalam salah satu lantai mall, Rick, Horu, dan Regan masih merundingkan tentang hasil analisa yang mereka dapat tadi.

"Jadi, lokasinya ada di—."

Tiba-tiba, perkataan Rick terpotong saat sambungan earpiece yang terpasang di telinganya terhubung. Rick memberi aba-aba pada Horu dan Regan untuk mengaktifkan sambungan earpiece mereka juga.

"Ini Rick. Ada laporan?"

"Rick, ini aku, Kobra."

Melewati gang-gang yang terhimpit di antara banyak bangunan, Kobra terus mengejar satu Genderuwo itu sambil berbicara lewat earpiece. Beberapa kali ia berusaha menghindari segala lemparan benda yang dilemparkan Genderuwo agar memperlambat gerakannya.

"Aku menemukan makhluk itu. Rupanya benar dugaanku kalau mereka adalah Cyber Genderuwo."

"Apa? Cyber Genderuwo?" terdengar suara Regan terkejut.

Kaki-kaki Kobra berusaha semakin cepat mengejar Genderuwo yang terlihat semakin terdesak di depan sana. "Iya. Mereka memang menggunakan armor tingkat rendah dan hanya bersenjatakan pemukul besi. Saat ini, aku sedang mengejarnya."

Saat Kobra terus mengejar sang Genderuwo, tiba-tiba muncul beberapa portal di sekitar. Dari portal-portal itulah keluar banyak Cyber Genderuwo yang kini malah balik mengejarnya dari belakang.

"O'ow…," ucap singkat Kobra saat melihat rombongan Cyber Genderuwo mengejarnya.

"Ada apa, Kobra?" tanya Rick dari seberang, sesaat tak mendapat jawaban dari Kobra.

"Sekarang, rombongan Cyber Genderuwo tiba-tiba mengejarku dari belakang," jawab Kobra masih terus berlari, "Mereka datang dari berbagai portal yang bermunculan."

"Kau ingat posisi-posisi portal itu muncul?" Kini Horu yang bertanya.

"Aku tak yakin."

"Tolong, pakai kacamatamu dan atur ke bagian merekam," saran Horu pada Kobra. Mungkin dengan melihat hasil rekaman dari kacamata canggih Kobra, ia bakal mendapat informasi lagi tentang portal-portal itu.

"Bertahanlah! Tandai lokasimu, kami akan segera ke sana," ucap Rick pula.

Sesuai usul Horu, Kobra memasang kacamata canggih berlensa kuningnya dan mulai aktif merekam apa yang dia lihat sambil berusaha lolos dari kejaran para Cyber Genderuwo. Tak lupa ia mengaktifkan tanda lokasi keberadaannya saat ini lewat kacamatanya pula agar Rick dan yang lain mengetahui lokasinya.

Di lantai dasar, tepatnya di bagian belakang mall. Xeno yang kebingungan saat mengamati benda aneh tadi juga mulai dihubungi oleh rekan-rekannya lewat earpiece.

"Iya, Pyo?"

"Xeno, apa tadi kau sempat terhubung menggunakan earpiece?" tanya Rick di seberang.

"Tidak. Xeno baru saja mengaktifkannya, Pyo."

"Begini, Kobra baru saja menghubungi kami. Dia saat ini dikejar-kejar Cyber Genderuwo."

"Cyber Genderuwo, Pyo?" ucap Xeno bingung, ia sama sekali tidak mengerti makhluk macam apa yang dimaksud Rick.

"Nanti kau juga tahu. Pokoknya, pasang kacamatamu dan langsung pergi ke lokasi yang sudah ditandai Kobra. Kita akan menyusulnya."

Setelah saling bicara lewat earpiece, Xeno memasang kacamata lensa hijaunya, mengaktifkan bagian peta petunjuk lokasi terdekat dimana ia melihat ada titik hijau bergerak lurus ke depan. Ia yakin jika titik itu adalah pergerakan Kobra sekarang.

Segera Xeno mengambil benda analog itu, mungkin saja penting untuk dicari tahu rekan-rekannya, lalu melesat dengan cepat menyusul Kobra dan juga teman-temannya yang sudah mulai bergerak.

….

Kini Kobra benar-benar bingung sedang berada dimana. Gang-gang yang ia lewati terasa seperti labirin yang sulit untuk dicari jalan keluarnya, ditambah lagi bangunan-bangunan besar menjulang tinggi di sekitar benar-benar membuat pandangannya terbatas.

Mendadak langkah lari Kobra terhenti saat melihat rombongan Cyber Genderuwo menghadang di depannya, di belakangnya pun juga, begitu pula sisi kanan dan kiri. Dia benar-benar terkepung oleh sekitar ratusan Cyber Genderuwo, bahkan ia lupa Cyber Genderuwo mana yang ia kejar tadi.

"Ck! Malah berakhir begini," decih Kobra datar.

Pertarungan yang tak dapat ia hindari pun dimulai. Beberapa Cyber Genderuwo maju menyerangnya dengan berbagai senjata tumpul seperti pemukul besi dan gada. Kobra berusaha menangkis dan menghindari setiap serangan para Genderuwo, membuat ia agak sedikit kewalahan.

Tanpa ia duga, setengah dari rombongan Genderuwo mulai mengerubungi sambil hendak memukulkan senjata mereka ke tubuhnya. Segera Kobra memutar pedang kunai Fantarokora hingga bertransformasi menjadi shuriken besar, kemudian menahan semua serangan mereka menggunakan shuriken tersebut.

Kobra benar-benar tidak bisa apa-apa di tengah-tengah rombongan Genderuwo selain berusaha menahan serangan senjata mereka yang semakin ditekankan ke arahnya.

"GRRRAAAW! GRRRAAAW!!!"

Para Genderuwo sangat terkejut ketika sambaran listrik berhasil menyengat hangus beberapa Genderuwo yang berusaha menyerang Kobra. Saat Kobra telah bebas dari kerumunan Genderuwo, mata kuningnya melihat sosok Horu berdiri di atas puncak bangunan dengan tongkat Elektra-Volt yang dialiri listrik melayang di udara.

"Apa kami terlambat, Bung?" tanya Horu dengan senyuman khasnya.

Seseorang dengan gerakan secepat kilat juga menebas beberapa Cyber Genderuwo yang masih berusaha menyerang Kobra. Sosok itu adalah Regan, baru saja mengibas-ngibaskan pedangnya agar bersih dari sisa-sisa darah Genderuwo.

"Satu contoh dibutuhkan untuk introgasi dan penelitian," kata Regan tenang sambil menoleh ke arah Kobra.

Kobra mengangguk paham, "Aku mengerti. Tapi, jumlah mereka sangat banyak dan semakin bertambah."

Pandangan mata Horu melihat ke arah beberapa portal bermunculan di sekitar mereka, memuntahkan banyak sekali Cyber Genderuwo dari sana hingga mengepung Regan dan Kobra lagi.

Tiba-tiba terdengar sambungan terhubung dari masing-masing earpiece yang mereka pakai.

"Ada apa?" tanya Horu lewat earpiece-nya.

"Kampret! Ketua sendiri ditinggalin?!"

Horu mendesah memaklumi, "Kau sendiri yang lambat, Ketua…."

"Dasar! Aku sedang bersama Xeno, nih. Tapi kami dihalangi banyak sekali Cyber Genderuwo."

"Mereka sangar-sangar, Pyo…." Terdengar pula suara Xeno terkesan ketakutan.

Regan pun ikut menyahut, "Kami pun juga dikepung ratusan Cyber Genderuwo. Kita bakal kewalahan kalau musti menghadapinya."

"Dan pantang sekali kita kabur dari pertempuran!"

Ketiganya memutar bola mata masing-masing, mengerti sifat sok patriotisme Rick yang enggan mundur dari pertarungan. Mereka yakin, Rick menikmati momen-momen rusuh seperti ini.

"Mereka semakin banyak jumlahnya setelah keluar dari beberapa portal yang muncul," kata Horu sambil memperhatikan portal-portal yang semakin banyak mengeluarkan Cyber Genderuwo.

"Hah! Sekarang kau yang o'on! Bukannya tadi kau baru saja memecahkan rumusan pola portal… apalah tadi?! Males aku ngingetinya!"

"Hei, apa maksud— Tunggu!" Horu tidak jadi kesal saat ia menyadari sesuatu. "Jadi, menurutmu…."

"Kau sudah mengerti jenis pola mana yang digunakan portal-portal itu, Horu. Tinggal lakukan peretasan saja. Apa sulitnya bagimu?! Setelah semua portal dipastikan tidak mampu lagi mengirimkan Cyber Genderuwo, kita habisi saja mereka sekaligus."

"Sebenarnya, Rick, anak TK pun bisa menyusun rencana yang kau jelaskan itu," ledek Regan membuat sosok diseberang sana langsung melontarkan bahasa binatang padanya.

Horu menganguk mengerti, sekilas seulas senyum bangga tercipta di bibirnya. "Aku mengerti." Gelang AndroMega Horu diaktifkan hingga muncul layar hologram. "Kau tahu ada berapa portal di lokasimu, berapa jarak dari sini ke sana, dan di mana saja posisi portalnya?"

"Portalnya ada empat di sini. Jaraknya bisa kau lihat dari titik lokasi kami di peta kacamatamu. Malas aku mengira jaraknya! Dan posisi portal-portalnya sendiri bisa kau lihat dari titik pergerakan Xeno yang mengarah kemana saja. Aku sudah memintanya untuk bergerak mengarah ke setiap portal."

"Oke."

Kacamata ungu yang Horu kenakan kini memperlihatkan peta lokasi keberadaan Rick dan Xeno. Jaraknya tidak begitu jauh dari posisi mereka saat ini. Mungkin karena dihalangi banyak Cyber Genderuwo, keduanya jadi tidak bisa menyusul. Ia melihat satu titik dengan pergerakan yang lincah, Horu yakin jika titik itu adalah Xeno yang berusaha menunjukan dimana saja posisi keempat portal yang dimaksud.

Segera jari-jari Horu mengotak-atik layar hologram sentuh di hadapannya, membuat peta simulasi portal yang ada di sini maupun di lokasi Rick dan Xeno, mengatur beberapa program, dan mulai mengaktifkan senjatanya.

"Aktifkan kemampuan deteksi Elektra-Volt langsung ke tingkat menengah, dan bagikan dua bagiannya ke lokasi yang telah ditentukan," perintah Horu pada gelang AndroMega yang ia kenakan.

'[Kemampuan senjata : Diaktifkan.]'

Tongkat Elektra-Volt milik Horu terbagi menjadi empat bagian, duanya melayang di sekitar sini, sedangkan duanya lagi terbang menuju lokasi sang ketua.

'[Menganalisa Obyek.]'

Stik-stik tongkat itu segera mengalirkan aliran listrik bertegangan kecil ke arah setiap portal, mencoba mendapatkan komponen-komponen data yang ada.

'[Hasil analisa program : Didapatkan.]'

Data-data program yang didapat segera muncul di layar hologram. Segera Horu memanipulasi beberapa programnya, dan mulai mengaktifkan kemampuan senjatanya kembali.

"Retas program yang telah dimanipulasi."

'[Kemampuan meretas program : Diaktifkan.]'

Horu menggeser layarnya hingga menjadi tipis, ia remas layar hologram itu menjadi bola kecil bagai meremas-remas kertas, lalu ia lemparkan ke langit. Dari bola hologram itu, muncul sambaran petir bertegangan sedang yang menyambar ke arah stik-stik senjata Elektro-Volt di atas sana. Semua stik segera menyebarkan petir yang disalurkan Horu lewat bola tersebut ke setiap portal, membuat sistem portal rusak, mengalami glitch, sampai lenyap sekaligus.

Regan dan Kobra yang terus bertarung melawan para Cyber Genderuwo bisa sedikit bernafas lega ketika tahu portal-portal tersebut telah lenyap.

"Kini tinggal melenyapkan sisanya," ucap Regan, bersiap dengan pedang Ekstensa-nya.

Kobra sempat memutar-mutar shurikennya ke atas. "Aku punya ide." Lalu ia berkomunikasi dengan Xeno dan Rick di seberang sana menggunakan earpiece. "Kalian bisa mendengarku? Apa portal di sana sudah lenyap?"

"Sekali lagi, Horu melakukan pekerjaannya dengan baik," kata Rick hingga samar-samar terdengar suara raungan Cyber Genderuwo yang ia serang, "Hanya saja, jumlahnya masih banyak."

"Aku akan melenyapkan mereka sekaligus," usul Kobra mantap, "Kalian berdua segera pancing mereka kemari. Kalian tahu lokasi kami lewat peta kacamata, kan?"

"Tentu. Jaraknya tidak jauh dari sini. Kami akan segera ke sana."

"Oke."

Setelah sambungan berakhir, sebuah layar hologram tercipta di hadapan Kobra. Tangannya memasukan beberapa program perintah untuk mengaktifkan kemampuan senjatanya selagi Regan berusaha menahan para Cyber Genderuwo, serta menunggu kedatangan Rick dan Xeno.

"Horu, Regan, kalian bisa menahan mereka dulu?" tanya Kobra masih sibuk dengan layar hologramnya.

Horu yang baru saja turun dari atas bangunan menjawab, "Tentu. Kami juga bisa mengurangi jumlah mereka kalau kau tidak ingin repot." Kini, tongkat Horu telah tersambung keempat bagiannya dan dipatahkan kembali menjadi dua buah Nunchaku listrik.

Sekilas Kobra tersenyum tipis. "Tentu, jika kalian tidak merasa kerepotan."

Selagi menunggu Kobra berhasil mengaktifkan kemampuan senjatanya, Horu maupun Regan segera menyerang kembali para Cyber Genderuwo. Walau jumlahnya sudah tidak bertambah lagi, mereka akui tetap kewalahan menghadapinya.

"Teman-teman!!!"

Ketiganya melihat kedatangan Rick dan Xeno tengah berlari cepat menghampiri mereka dengan ratusan Cyber Genderuwo mengejar di belakang. Beberapa Genderuwo sempat berhasil menyusul, kemudian menerjang mereka berdua.

"Rick! Xeno! Awas!" teriak Regan memperingatkan saat ia menebas beberapa Genderuwo.

Terlambat, setengah dari rombongan Genderuwo berhasil mengerubungi Xeno dan Rick hingga saling tumpang-tindih, membuat keduanya terkurung di dalam kerumunan para Genderuwo. Regan dan Horu hendak menghampiri untuk menolong kedua rekan mereka, namun Regan memberi isyarat pada Horu untuk menjauh saat mendengar suara letupan beberapa kali.

Suara letupan itu terdengar samar-samar, semakin jelas dan semakin cepat saat dilihat beberapa Genderuwo terpental jauh akibat dorongan dari tembakan beruntun milik Xeno. Regan dan Horu berusaha menghindari setiap serangan peluru yang lolos ke segala arah karena Xeno terbilang liar menembakan Dual Blaster itu.

Terlihat sosok Xeno menyembul keluar di antara tumpukan mayat Cyber Genderuwo di sekitarnya bersama Rick.

"ARRRRRGGGHHH!!! DASAR MONSTER-MONSTER BANGSAT!!!"

Teriakan umpatan Xeno benar-benar membuat rekan-rekannya syok seketika saat mendengarnya, Rick buru-buru memojokan diri di tembok terdekat dengan mata melotot takut pada Xeno, Regan menganga tak percaya, dan Horu spontan naik ke atas tangan Kobra hingga pria Emo itu tanpa sadar membopongnya. Bagaimana mereka tidak syok? Pasalnya, mereka berempat sudah terbiasa mendengar suara melengking Xeno, tiba-tiba pria bertubuh tinggi-besar itu malah berteriak disertai umpatan dengan suara berat layaknya vokalis band metal.

Melihat teman-teman Xeno memperhatikannya aneh, ia memiringkan kepala heran. "Kalian kenapa, Pyo?" tanyanya dengan embel-embel khas seperti biasa.

Mereka berempat langsung bernafas lega karena Xeno kembali ke dirinya yang kekanak-kanakan, bahkan tanpa dosanya Kobra menjatuhkan tubuh Horu dari bopongannya. Awalnya mereka heran dengan perubahan suara dan sikap Xeno tadi. Tapi, mungkin sebaiknya mereka cari tahu tentang Xeno nanti.

"Oke, semuanya terkumpul, Kobra!" teriak Rick pada pria Emo itu.

"Senjataku sudah siap! Kalian minggirlah!"

Sesuai aba-aba dari Kobra, Rick, Regan, Xeno, dan Horu segera pergi menjauhi area gang dimana para Cyber Genderuwo telah berkumpul. Melihat hanya tinggal Kobra satu-satunya di sana, para Genderuwo segera berlari hendak menyerangnya. Sebuah masker mekanik Kobra pasangkan di mulut serta hidung demi persiapan melancarkan serangan utama.

"Kemampuan Utama : Aktif."

'[AndroMega Ultimate : Fantarakora.]'

Kobra menyebarkan beberapa bayangan hologram ke segala arah di sekitar Cyber Genderuwo lewat gelang AndroMega. Dengan shuriken besarnya yang berputar ganas di tangan, Kobra berpindah cepat dari bayangan satu ke bayangan lainnya sambil melemparkan shuriken besar ke arah para Cyber Genderuwo, pindah, lempar shuriken, pindah, tangkap dan lempar lagi shuriken, dan terus seperti itu hingga dirasa sudah semua bayangan ia gunakan.

Kini semua bayangan hologramnya yang masih berada di posisi masing-masing mulai mengikuti gerakan Kobra memegang shuriken besar. Secara bersamaan, Kobra dan semua bayangannya melemparkan shuriken masing-masing, mencincang semua Cyber Genderuwo.

Setelah Kemampuan Utama telah dilancarkan, semua bayangan hologramnya lenyap meninggalkan Kobra yang mulai membungkuk bertumpu pada lutut karena kelelahan, bahkan ia merasa bagian-bagian tubuhnya mengalami gangguan karena terlalu sering berteleportasi menggunakan bayangan hologram.

Kobra menghela nafas lega. Senang juga bisa menggunakan Kemampuan Utamanya dalam tugas penting seperti ini.

~*~*~*~

Dari semua Cyber Genderuwo yang telah dimusnahkan oleh Kemampuan Utama Kobra, tinggal satu-satunya Cyber Genderuwo yang tersisa terikat kuat oleh rantai besi dan juga bergol. Genderuwo itu meronta-ronta ingin lepas dari ikatan rantai karena tidak ingin berakhir ditangkap mereka.

Anggota tim Golden sedang berdiri mengawasi pergerakan Genderuwo itu, kecuali Kobra yang tengah bersender di pilar terdekat untuk mengistirahatkan tubuhnya sehabis menggunakan Kemampuan Utama AndroMega.

Rick baru saja selesai mengirimkan pesan lewat ponsel pintarnya. "Kata si Pak Tua, Genderuwo sialan ini bawa saja ke organisasi untuk diperiksa. Setelah itu, kita bisa langsung kembali."

"Tunggu apalagi? Kita pulang, Pyo…!" rengek Xeno, "Xeno capek berantem terus, Pyo."

"Ya, sabar, Domba! Tunggu mobil angkutan dari organisasi dulu buat bawa nih makhluk. Enggak mungkin 'kan kita bawa nih Genderuwo ikut sama kita pakai mobil pinjaman Pak Tua," omel Rick kesal dengan rengekan Xeno.

Xeno hanya bisa tertunduk diam, memilih duduk bersila di samping Kobra dengan bibir merengut jengkel. Kobra hanya bisa menatap rekan besarnya itu dengan raut datar seperti biasa sambil memeluk satu lutut.

Setelah belasan menit menunggu, akhirnya mobil angkutan yang dimaksud sampai juga. Para petugas dari organisasi segera membawa paksa Cyber Genderuwo masuk ke dalam mobil, bahkan mereka sempat menyuntikan obat penenang agar monster itu berhenti meronta.

"Nah, sekarang kita bisa pergi," kata Rick.

"Yey! Pyo!" teriak Xeno ceria sambil berdiri kembali.

Begitu mobil angkutan para petugas sudah pergi, mereka berlima segera pergi ke parkiran untuk mencari mobil mereka dan langsung kembali ke asrama.

~*~*~*~

"Hanya itu laporan polisi dan hasil pencarian kami tentang dari mana makhluk-makhluk itu dikirimkan," jelas Rick pada Golden, "Selebihnya, kita tahu sendiri bahwa para makhluk yang dimaksud adalah Cyber Genderuwo."

Di dalam kantor Golden, kelimanya berkumpul, berbaris di depan sang kapten untuk memberikan hasil tugas mereka. Terlihat Golden di meja kerjanya memeriksa laporan dan hasil tugas dari dalam tab yang diserahkan Rick padanya. Hasil laporan yang diserahkan polisi menurutnya masih belum memuaskan, tapi mungkin hanya itu yang bisa mereka dapatkan. Selain itu, perihal tentang berasal dari mana para Cyber Genderuwo dikirimkan sendiri masih belum pasti walau posisi portalnya telah diketahui.

"Kami telah mengetahui lokasi asal portal Cyber Genderuwo dikirimkan," jelas Regan pula, "Tapi saat kami datangi lokasinya, kami tidak menemukan apa-apa di sana untuk dijadikan petunjuk atau sebagainya."

Mata emas Golden menatap serius ke arah Horu yang ia ketahui memiliki peran penting dalam melacak keberadaan asal portal. "Kau yakin telah mencarinya dengan benar?"

Tak ada ekspresi kegugupan di wajah Horu, dia yakin kalau hasil pencariannya memang benar. "Saya yakin telah mencarinya dengan benar."

"Aku benci mengakuinya, Pak Tua." Rick menunjuk Horu yang berdiri di sampingnya dengan satu jempol. "Tapi akurasi perkiraan Horu selalu tepat."

"Oh…! Terima kasih telah memujiku, Ricky~," ucap Horu dengan suara mendayu khasnya, "Kau begitu pengertian."

Pria berjaket merah itu balas menatapnya jijik. Dia ingin sekali menarik kata-katanya tadi karena geli sendiri oleh perilaku Horu.

"Mungkin para pengirim Cyber Genderuwo telah mengantisipasi hal ini." Kobra ikut menjelaskan pemikirannya, "Lebih sederhananya, para pengirim Cyber Genderuwo pergi dari lokasi setelah sadar portal-portal mereka telah diretas Horu. Mereka memiliki cukup waktu untuk pergi selagi kami berusaha bebas dari kepungan Cyber Genderuwo. Maafkan kami akan hal itu, Kapten. Andai saja kami bisa bertindak lebih cepat lagi."

Golden mengibaskan tangannya di depan. "Tak apa. Kesalahan dalam misi itu hal yang wajar, apalagi kalian masih baru."

"Sebenarnya, yang menjadi pertanyaan adalah… apa yang diinginkan dari para wanita hingga para Genderuwo menculik mereka? Dan bagaimana caranya mereka memperbanyak jumlah Cyber Genderuwo?" tanya Regan heran, lalu ia bertanya pada Horu, "Apa jenis portal-portal itu memiliki fitur penggandaan?"

Horu menggelengkan kepalanya. "Soal alasan mereka menculik para wanita, mungkin karena ketertarikan seksual, mengingat para Genderuwo sangat bernafsu terhadap wanita. Kalau soal portal, aku kurang tahu jika ada portal yang memiliki fitur penggandaan obyek yang dikirim."

"Apa ada hubungannya dengan benda ini, Pyo?"

Sebuah benda kusam berukuran persegi yang Xeno temukan diperlihatkan pada mereka semua. Mereka kini terfokus pada benda tersebut, benda yang terlihat seperti benda bermesin analog yang sama sekali tidak terlihat seperti teknologi era sekarang.

"Coba kemarikan."

Sesuai permintaan Golden, Xeno menyerahkan benda itu pada sang kapten. Golden mengamati bentuk dari benda tersebut, memeriksa isi mesinnya, bahkan mencoba untuk mengaktifkannya, tapi tak bisa.

"Benda itu Xeno temukan di area belakang mall. Xeno kira itu hanya mainan bekas dijual di sana. Tapi, sesuatu terjadi pada Xeno, Pyo."

"Sesuatu terjadi padamu?" tanya Rick penasaran pada sang sahabat, "Sesuatu seperti apa?"

Xeno menggeleng bingung. "Entah, Pyo…. Saat benda itu tak sengaja menyentuh kalung Xeno, Xeno merasakan hal aneh terjadi di tubuh Xeno."

Mereka menyadari kalau Xeno tengah memakai kalung seperti kalung binatang dilengkapi rantai besi menjuntai ke bawah. Kalung itu memang tidak pernah ia lepaskan sama sekali, bahkan ketika mandi dan tidur. Golden teringat akan kalung serupa yang dikenakan Silver. Mungkin ia bisa menanyakan tentang benda itu pada Silver.

Ia pun menghela nafas, "Haaaah…. Soal benda ini, biar aku yang urus." Kemudian Golden mengantongi benda itu di saku mantel emasnya. "Tugas kalian cukup sampai di sini saja. Aku akan menyerahkan sisa misi ini pada tim lain. Pasalnya, aku tidak bisa menugaskan lebih lanjut tim kalian untuk sementara."

"Lho? Memangnya kenapa?" tanya Rick ingin tahu.

Sambil merapikan mantel yang ia kenakan, Golden beranjak dari kursi kebesarannya dan meraih tas dari atas meja. "Aku ambil cuti selama tiga hari karena ingin menemui istriku. Emosinya makin labil saja dengan semakin bertambahnya usia kandungan. Padahal, aku sudah mulai memasuki masa-masa sibuk."

Kelimanya hanya bisa ber-oh tanpa tertarik dengan topik pembicaraan Golden, mereka terlihat begitu datar menanggapinya, kecuali Xeno yang masih setia dengan senyum ceria.

Jangan ditanya! Makhluk yang satu itu memang menganggap sesuram apapun hidup, selalu dihiasi keceriaan.

Mengetahui raut datar beberapa anggota timnya, Golden pun tersenyum menggoda.

"Oooh…. Aku tahu. Kalian 'mah jomblo, mana ngerti soal kek begituan."

Kata-kata itu sungguh menohok di hati sanubari mereka, kecuali 'lagi' Xeno yang sungguh tidak tahu apa-apa tentang jomblo dan masalah percintaan. Pikiran mereka sungguh bermacam-macam ketika dikata begitu.

Rick meremas dada kirinya secara melankolis, mengingat dia jomblo seumur hidup karena banyak perempuan tidak suka pria kere seperti dirinya. Regan hanya berwajah datar, berpikiran bahwa biarpun ia paling tampan dalam tim, tapi susah baginya mencari perempuan yang memang menerima dia apa adanya. Horu sesegukan hendak menangis, dia ditolak banyak perempuan karena sifatnya yang terlalu mesum dan reputasi buruknya karena sering digosipkan sebagai Gay. Sedangkan Kobra hanya menunduk suram, dia dijauhi banyak perempuan karena tipikalnya yang membosankan.

Melihat berbagai macam reaksi mereka, membuat Golden terheran-heran. Tak menyangka jika kata-katanya begitu berefek bagi keempat jomblo na'as itu. Toh wajar kok di usia 20 tahunan seperti mereka masih lajang. Kenapa musti bersedih?

"Emm…. Kalau begitu…." Merasa suasana jadi canggung, Golden buru-buru berjalan menuju pintu kantor. "Aku langsung izin pergi. Jadi, mulai hari ini aku tidak ada di kantor. Oh, iya! Beritahu robot keamanan 0037 untuk mengunci kantorku. Dia tahu sandinya, kok. Semoga kalian dapat jodoh, yak!!!"

Karena tidak ingin kena damprat anggota-anggota timnya setelah ia ledek lagi, Golden terbirit-birit pergi meninggalkan kantornya, bahkan ia hampir menabrak salah satu pelayan robot yang tengah membawakan makanan.

Sepeninggal Golden dari ruang kantor, suasana jadi hening. Tiba-tiba keempatnya langsung bertingkah aneh, Rick merengek sambil memukul-mukul tembok, Regan tepar di tempat, Horu menangis sambil menggigiti jarinya, dan Kobra jongkok di pojokan sambil berbisik tak jelas.

Xeno begitu heran melihat tingkah rekan-rekannya jadi aneh begini. Ia hanya bisa menggaruk kepalanya bingung karena tidak tahu harus bagaimana.

"Mereka kenapa jadi begini, Pyo…?"

~*~*~*~

Benda persegi itu kini dipegang dalam genggaman tangan Silver. Sebelum benar-benar pergi dari kantor cabang organisasi, Golden sempat menemui Silver di koridor sepi untuk menanyai soal benda misterius yang ditemukan Xeno. Dengan seksama iris ungu bergradasi biru itu memperhatikan bentuk dari benda tersebut.

"Xeno bilang, benda itu berefek aneh pada kalung yang ia kenakan," kata Golden, "Dan kau tahu sendiri bahwa kalung yang dikenakan Xeno mirip dengan kalungmu. Apa… kau sama sekali tidak mencurigainya?"

Sempat Silver memperhatikan kalung besi yang ia kenakan, lalu beralih memandang Golden ramah seperti biasa. "Untuk apa aku mencurigai Xeno, Myo? Dia pria baik-baik."

Golden memutar bola matanya. Sebenarnya, bukan masalah buruk-tidaknya Xeno yang membuatnya musti dicurigai. Hanya saja, kemiripan antara Xeno dan Silver 'lah yang membuat Golden cukup penasaran.

Sekilas Silver menyunggingkan senyumnya kala memorinya mendapatkan sebuah jawaban dari benda tersebut.

"Sepertinya, aku tahu dalang di balik peristiwa itu, Myo."

~*~*~*~