Chereads / AndroMega / Chapter 11 - Chapie 10 : Tanker Giganotosaurus

Chapter 11 - Chapie 10 : Tanker Giganotosaurus

Rick, Kobra, dan Xeno melesat mendekati robot. Sedangkan Regan sendiri mulai mengotak-atik layar hologram dari gelang AndroMega, memasukan program perintah untuk mengaktifkan Kemampuan Utama.

"Aku butuh sekitar 30% energi pengisian dan waktu sekitar 140 detik untuk memaksimalkan serangan Kemampuan Utama."

"Dimengerti." Horu juga mengotak-atik layar hologramnya.

Pria bersyal kotak-kotak itu mentransfer energi dari tongkat Elekra-Volt ke pedang Ekstensa. Setelah pengisian selesai, Regan bersiap-siap dengan posisi kuda-kuda memegang pedang yang masih tersembunyi di dalam sarung pedang sambil menunggu memaksimalkan daya serang Kemampuan Utama.

'[Meningkatkan Serangan Ekstensa dalam waktu 140 detik. Memulai hitung mundur….]'

"Semoga bisa," gumam Regan sambil berusaha berkonsentrasi, mempersiapkan diri dengan serangan mematikan senjatanya.

Ketiga rekan mereka melancarkan serangan untuk melumpuhkan robot Giganotosaurus. Dimulai dari Xeno, terus menembak sisi samping Giganotosaurus. Salah satu Machine Gun robot ditembakan ke arah Xeno, dia dengan cepat menangkisnya menggunakan tembakan Blaster. Saat Machine Gun melakukan pengisan ulang otomatis, Xeno menyarungkan kedua Blaster-nya di balik mantel putih yang ia kenakan, lalu segera melesat ke bahu Giganotosaurus.

Xeno menabrak dengan keras sepasang Machine Gun dan Laser Launcher di bahu Giganotosaurus hingga lepas, membawa senjata-senjata besar itu sampai ia mendarat di tanah, melemparkannya kembali ke arah Giganotosaurus, lalu menembak inti tenaga semua senjata itu sampai meledak di udara.

"GRRRRRRAAAAA!!!" sang robot meraung marah saat ledakan-ledakan tersebut menganggu di atasnya.

Dari arah depan, Rick berlari sambil mengubah transformasi tombaknya menjadi Flamethrower. Sambil melompat ke kepala Giganotosaurus, Rick menyemburkan api dari Flamethrower untuk mengganggu penglihatannya.

"Kobra, sekarang!" perintah Rick terus menyemburkan apinya ketika sampai di atas kepala Giganotosaurus.

Tanpa menjawab, Kobra bergerak cepat menuju Giganotosaurus. "Aktifkan teleportasi ganda," perintah Kobra pada gelangnya sambil terus berlari.

'[Bayangan Ganda Teleportasi : Diciptakan.]'

Dari garis hologram hitam yang muncul di gelangnya, Kobra menembakan garis lurus itu hingga mencapai belakang Giganotosaurus, menciptakan sebuah bayangan berupa hologram hitam menyerupai dirinya.

Sambil terus berlari, Kobra memutar memutar pedang kunainya sampai bertransformasi menjadi shuriken besar. Secara otomatis empat cabang shuriken berputar di tangan. Ia lemparkan ke arah robot itu, membuat putaran shuriken jadi semakin cepat di udara. Shuriken Fantarakora melesat terbang ke bawah leher Giganotosaurus, berputar otomatis membelah bagian bawah robot mencapai perut, menyebabkan kerusakan cukup fatal hingga mesin-mesinnya rusak menyemburkan percikan-percikan listrik.

Kobra langsung berteleportasi ke arah bayangannya di belakang Giganotosaurus, menukar posisi asli dengan posisi hologram dan dengan sigap menangkap kembali shurikennya.

"GRRRRAAAAAAA!!!"

Robot Giganotosaurus meraung semakin keras saat dirasakan titik kelemahannya telah diserang. Tiba-tiba saja beberapa bagian tubuhnya mengeluarkan uap panas.

"Cih! Uap?!" ucap Rick, merasa terganggu akan uap-uap itu di atas kepala Giganotosaurus.

"Wow! Sepertinya kalian telah berhasil menyerang titik kelemahannya," terdengar suara Desy dari salah satu audio drone, "Bersiaplah, Kawan-kawan! Tahap Kritis akan segera diaktifkan!"

Tubuh robot Giganotosaurus membunyikan suara alarm yang begitu memekankan telinga, kedua lensanya kini berubah warna menjadi merah menyala. Menandakan kalau robot Tanker itu sudah memasuki Tahap Kritis dimana serangan dan pertahanannya mulai ditingkatkan.

'[Tahap Kritis : Diaktifkan.]'

Berbagai macam senjata keluar dari seluruh tubuh Giganotosaurus, mulai dari Machine Gun, Laser Launcher, Rocket Launcher, Flamethrower, hingga tembakan-tembakan peluru dan laser lainnya.

"Jadi, itu semua senjata rahasia saat Tahap Kritis diaktifkan?" gumam Horu memperhatikan perubahan robot tersebut.

Tiba-tiba Giganotosaurus melancarkan serangan semua senjata secara membabi-buta, tepat ke arah Regan yang berada di depannya, karena robot itu merasakan energi yang kuat mengancam dirinya.

"Lindungi Regan!" perintah Rick sambil melompat dari kepala Giganotosaurus.

Saat api Flamethrower sang robot disemburkan, Rick menahannya dengan menyemburkan api dari Flamethrower-nya pula. Ketika peluru-peluru ditembakan, Xeno segera menangkisnya dengan peluru-peluru Blaster-nya. Dua buah rudal dilesatkan, Kobra sigap menebasnya di udara dengan melemparkan shuriken besarnya. Dan ketika tembakan laser dalam skala besar ditembakan, Horu menghadang dan melindungi Regan menggunakan aliran listrik dari tongkatnya.

"Minggir!" perintah Regan setelah dirasa sudah siap melancarkan serangan.

Rick dan rekan-rekannya langsung menjauh dari Regan maupun robot Giganotosaurus. Sarung pedang mekanik yang masih melindungi pedangnya menyala biru sesuai motif sirkuit elektrik menghias sarung pedang. Perlahan Regan mencabut sebagian dari pedang katananya yang telah berwarna biru terang dengan butiran-butiran hologram samar-samar terlihat di sekitar.

'[Kemampuan Utama : Aktif.]'

"AndroMega Ultimate : Ekstensa!"

Secara mengejutkan, ratusan garis hologram berwarna biru menyala bermunculan secara tidak beraturan di sekitar Giganotosaurus menyerupai penjara garis-garis transparan tak beraturan, mengurung robot itu sampai tak mampu bergerak lagi. Dengan gerakan secepat cahaya, Regan melesat sambil menebas robot Giganotosaurus mengikuti arah garis-garis hologram tadi. Dan untuk gerakan serta serangan terakhir, Regan melancarkan gelombangan tebasan sabit biru dari belakang robot.

Setelah semua tebasan telah dilancarkan, efek-efek dramatis kaca pecah muncul, menghancurkan seluruh tubuh Giganotosaurus berkeping-keping sampai tak berbentuk lagi. Serpihan-serpihannya berjatuhan, beberapa di antaranya menyebabkan ledakan-ledakan kecil di udara.

Pedang katana Ekstensa seketika redup kehabisan energi, lenyap menjadi hologram, dan kembali ke penyimpanannya pada bentuk virtual di dalam gelang AndroMega. Regan sangat kelelahan dengan nafas tak teratur, keseimbangan hampir hilang karena memakan banyak tenaga untuk melancarkan serangan secepat dan setajam tadi.

Ketika tubuhnya limbung, Rick segera menagkapnya sambil berusaha membantu Regan berdiri. Ia menyunggingkan senyum bersahabat kala mata perak itu menatap wajahnya.

"Kerja bagus, Bung. Kau lebih luar biasa ketimbang di Bandar Antariksa kemarin," puji Rick.

Regan menyunggingkan seringai walau di saat kelelahan seperti ini. "Ck, berusaha memujiku, ya, makhluk dekil?"

Seketika wajah Rick cemberut. Ia mendorong tubuh Regan menjauh karena sudah terlanjur jengkel, untung Horu dengan sigap menangkapnya dan membantunya berdiri. Sungguh, sifat Regan yang kelewat sombong itu benar-benar membuat Rick jengkel.

"Hmm…. Kerja sama yang bagus, Kawan-kawan…!"

Empat drone kini kembali membentuk sebuah layar audio hologram besar di udara. Terdengar suara Desy dari seberang sana berbicara dengan nada santai dan ceria seperti biasanya.

"Kurasa organisasi mendapat kerugian cukup besar atas serangan rekan kalian ini. Tapi tak apa, memang robot ini didesain untuk dihancurkan."

"Salah sendiri! Ngasih Boss robot Tanker militer!" omel Rick tidak suka sambil bersedekap.

"Sabar, Tupai bersemangat! Dengan ini, kalian dinyatakan lolos dari perlombaan."

Beberapa drone lain terbang mendekati mereka berlima, mengeluarkan sinar di bawah drone, membentuk sebuah tempat teleportasi hologram.

"Lewat drone-drone yang telah disediakan, kalian dipersilakan untuk segera kembali ke Taman Coritious Dinosaur sampai pemberitahuan selanjutnya. Mulai sekarang, kalian akan bersama dengan menjadi rekan-rekan satu tim. Selamat untuk kalian semua, semoga mendapatkan kapten pembimbing yang pengertian, yaaa…! Haha…! Sampai jumpa lagi di Taman Coritious."

Layar audio pun menghilang dan empat drone itu terbang berpencar. Tanpa banyak bicara lagi, karena kelelahan juga, Rick dan rekan-rekannya segera pergi meninggalkan padang rumput di Taman Dinosaurus menggunakan teleportasi hologram yang telah disediakan masing-masing drone.

Hari ini cukup melelahkan bagi mereka berlima, dan mulai sekarang mereka akan bekerja sama sebagai satu tim, suka ataupun tidak suka.

~*~*~*~

Di salah satu ruang pengamatan, Golden bersama empat kapten dari golongan delapan dan para panitia tengah mengamati jalannya perlombaan lewat beberapa layar monitor. Berbagai macam perjalanan dari para Agent mereka lihat, beberapa Agent juga ada yang sudah mengalahkan Boss.

Mata emas Golden terus memperhatikan jalannya pertarungan dari Rick dan teman-teman satu timnya. Rupanya, mereka telah berhasil mengalahkan Boss dengan kerja sama yang lumayan bagus menurut Golden.

Ia mengambil kesimpulan sendiri tentang anggota-anggota tim Rick. Rata-rata data dari para Agent golongan delapan telah Golden ketahui. Entah mengapa, dia lebih fokus pada dua anggota tersebut, Rick dan Regan. Selain mereka, ada beberapa Agent lagi yang sempat menjadi fokus perhatian. Entah tim mana yang bakal menjadi tim bimbingannya, setelah perlombaan selesai, Golden akan tahu hasilnya.

"Agent-Agent yang memegang pita biru adalah tim yang baru saja terbentuk, sisanya telah menyelesaikan Boss dengan baik sesuai rencana," jelas Desy pada para kapten yang masih mengawasi.

"Kerahkan saja Boss terakhir," perintah salah satu kapten wanita, Amber, pada Desy, "Setelah selesai, istirahat sepuluh menit, lalu kumpulkan seluruh Agent di taman Coritious."

"Baik, Kapten," angguk Desy paham, kembali mengotak-atik salah satu monitor komputer.

Golden kembali menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi sambil menghela nafas. Pekerjaan ini begitu membuatnya lelah, bahkan setelah semua tim terbentuk ia akan kesulitan mendapat waktu luang.

"Memikirkan Refalyn, Myo?" tanya Silver, duduk di sampingnya sambil memainkan boneka kucing kesayangan.

Kepalanya ia pijit sesaat ketika mengingat nama yang disebutkan Silver. Seingat Golden, istrinya itu tengah hamil empat bulan saat ditinggalkan. Dia cukup mengkhawatirkan keadaan sang istri di saat-saat sibuk begini. Kadang ketika menyempatkan diri untuk menghubunginya, Refalyn langsung saja menyerang sang suami dengan ribuan umpatan dan omelan yang sempat membuat pusing Golden.

Tapi, itulah yang membuat Golden merasa lega. Setidaknya jika istrinya mengomel, itu berarti Refalyn dalam keadaan baik-baik saja.

"Begitulah," tanggap Golden, "Aku meninggalkan Refalyn saat dia hamil anak pertama kami empat bulan. Aku merasa tak yakin kalau setelah ini memiliki waktu luang."

"Jika ada misi untuk timmu, kau bisa menggunakan penyusunan tim acak dengan anggota tim lain agar kau bisa ambil cuti, bukan, Myo?" saran Silver, "Aku tak masalah kalau kau menyerahkan sebagian anggotamu untuk kuurus nanti."

Golden menggeleng tak enak, "Aku tak mau merepotkan kapten lain, Silver. Pekerjaan ini mutlak kewajibanku, mimpiku, dan harapan mendiang ayahku dulu."

"Oke, Myo. Tapi, kalau kau ada masalah, kau bisa minta bantuanku."

"Terima kasih, Silver," ucap Golden sambil menyunggingkan senyum berarti. "Omong-omong, bagaimana kabar tentang pencarian adikmu?"

Pertanyaan Golden membuat Silver mendadak kehilangan niat mengobrol. Pandangan mata beriris ungu dengan gradasi hijau itu menerawang ke sembarang arah seakan-akan mencari jawaban. Sudah sangat lama Silver kehilangan adiknya karena suatu insiden, dan sampai saat ini masih belum ada kabar.

"Masih belum ada kabar. Kurasa sekarang dia sudah besar. Mungkin aku akan sulit mengenalinya nanti."

~*~*~*~

Di taman Coritious, seluruh Agent dari golongan delapan telah berkumpul di sana untuk beristirahat sambil menunggu pemberitahuan lanjutan. Rick sendiri sedang duduk di bangku dekat Vending Machine. Mata birunya menerawang ke segala penjuru taman, mencari-cari sosok gadis yang sempat ia temui di padang rumput tadi. Dia penasaran, apakah Annelyn mendapat kelompok yang pas atau bagaimana…, gitu.

"Mencari sesuatu?"

"Aduh!"

Pikirannya buyar saat sebotol isotonik berhasil mengenai kepala pirangnya. Rick menatap kesal pada sosok Regan yang tentunya merupakan pelaku pelempar botol tadi. Pria berambut panjang itu baru mulai duduk di samping Rick sambil meminum isotonik, melepaskan beberapa kancing kemeja bagian atasnya karena gerah.

"Kau sengaja mau membalasku, ya?" tanya Rick dengan nada menekan sambil mengambil istoniknya yang jatuh.

"Tidak. Aku melempar minumannya karena kukira kau bakal menangkapnya. Ternyata, reflekmu jelek juga," remeh Regan lalu kembali minum.

Rick menyungging senyum kesal sambil membuka tutup botol dan ikut meminum istonik tersebut. Kini tenggorokannya yang kering terasa lebih segar dan cairan tubuhnya pun terisi kembali setelah terbuang lewat keringat.

"Melamun atau kenapa, tadi?" tanya Regan kembali.

"Mau tahu aja urusan orang." Iseng-iseng Rick menglambung-lambungkan botolnya. "Lagi cari cewek. Penasaran aku dia masuk tim mana. Padahal, aku berharap bisa satu tim sama dia. Ternyata, eh… malah satu tim sama laki semua. Enggak ada obyek buat cuci mata, deh."

Cara bicara Rick memang sejak awal membuat Regan tidak suka. Rupanya si pirang ini tengah mencari pujaan hatinya, pikir Regan. Regan hanya diam memaklumi sambil kembali minum.

Saat Rick kembali menegak isotoniknya, tiba-tiba sebuah layar ponsel ditunjukan di hadapannya, mempelihatkan suatu adegan laknat yang hampir membuat Rick menyemburkan minumannya ke arah pemilik ponsel.

"Kalau mau cuci mata, lihatin ini, dong," kata yang punya ponsel dengan santai sambil menjauhkannya ketika Rick menyemburkan minuman.

Rick menyeka air yang ia sembur dari mulut. "Kau ini masih belum berubah ya, Horu…! Masih demen nonton video 'begituan'!"

"Yeee…. Cowok 'mah nonton video 'beginian' wajar," tanggap santai Horu.

Sekarang, giliran Regan memperlihatkan layar ponselnya yang berisi tulisan ayat-ayat suci dari kepecayaannya pada Horu.

"Tobatlah kau, makhluk berdosa."

"Kau kira aku setan?" ucap Horu datar pada Regan.

"Bwahahahaha!!!" Rick langsung tertawa sekeras mungkin sambil memegangi perutnya yang mulai keram. Baru kali ini dia melihat sosok bencong mesum yang selalu menggentayangi masa remajanya disuruh tobat oleh siluman albino.

Di panggung yang terletak di tengah-tengah taman, sosok Desy dengan beberapa panitia mulai terlihat. Dia sedang mengetes pengeras suara, mulai memberi perintah pada Agent-Agent yang ada.

"Untuk para Agent golongan delapan dipersilakan berkumpul di depan panggung."

Para Agent segera berkumpul sesuai perintah Desy, begitu juga dengan Rick, Horu, Regan, dan juga Kobra serta Xeno yang baru saja bergabung bersama mereka.

"Sekarang apa, Pyo?" tanya Xeno penasaran.

"Katanya bakal penentuan kapten untuk setiap kelompok secara acak," jawab Horu.

Regan bersedekap santai. "Aku jadi penasaran, tim kita bakal dapat kapten siapa."

"Semoga saja bukan kapten yang ribut," kata Rick, berjongkok di antara mereka karena terlalu malas berdiri.

Kobra sendiri hanya diam mengangguk sambil memakan es krim nangka yang sempat ia beli.

Desy kini tengah mengetes suara mic yang tersedia ketika empat kapten golongan delapan baru saja menaiki panggung. Dengan cerianya, Virtozous wanita itu kembali bersuara.

"Bagi kalian semua, Agent-Agent terbaik golongan delapan, selamat karena kalian telah lulus perlombaan dengan skor bagus. Kini sudah saatnya menentukan siapa kapten dari setiap tim yang telah dibentuk."

Salah satu panitia membawakan sebuah wadah kaca penuh sterofoam. Ia serahkan wadah itu pada Desy dan disambut baik olehnya disertai ucapan terima kasih.

"Baiklah. Di dalam wadah ini, ada empat pipa kecil yang masing-masing berisi empat pita berbeda warna. Setiap kapten harus mengambil satu pita. Kapten mana yang mendapat warna sama dengan warna pita kelompok tertentu, maka dia akan menjadi kapten pembimbing kelompok tersebut," jelas Desy, "Para kapten, dipersilakan maju dan mengambil pipanya."

Keempat kapten segera maju. Satu-persatu dari mereka mengambil pipa kecil yang dimaksud dari dalam wadah secara bergantian, dimulai dari Amber, Crystal, Golden, lalu Silver.

"Baiklah! Sekarang, dipersilakan untuk mengeluarkan masing-masing pita dari dalam pipa."

Sesuai arahan Desy, secara bersamaan keempat kapten mulai membuka pipa dan meraih pita mereka masing-masing. Para Agent yang melihatnya begitu gugup karena di antara mereka bakal menjadi kapten pembimbing setiap kelompok. Mereka berharap mendapatkan kapten pembimbing yang sesuai untuk mereka.

"Semoga saja tidak dapat Kapten Amber," gumam Horu berdoa.

"Memangnya kenapa kalau Kapten Amber?" tanya Regan sambil menaikan sebelah alisnya.

Horu menjawab, "Dia terlihat terlalu tegas dan kurang ramah. Mungkin dia bakal jadi kapten yang sangat keras untuk kelompoknya nanti."

Regan hanya mengangguk memaklumi jawaban Horu. Ia sendiri juga berharap tidak mendapatkan wanita tegas itu sebagai kapten pembimbing kelompok mereka.

Kini saatnya pita yang didapat diperlihatkan. Seluruh Agent terlihat sangat terkejut kala mengetahuinya. Dimulai dari Amber mendapat pita warna kuning, Crystal dengan warna biru, Golden dengan warna merah, dan Silver dengan warna hijau.

"Oke! Jadi, masing-masing kelompok telah mengetahui kapten pembimbingnya," kata Desy ceria, "Sekali lagi, selamat untuk para Agent dan kapten. Tidak perlu basa-basi lagi. Kalian pastinya sangat kelelahan setelah perlombaan usai. Beristiahatlah. Sore nanti, kalian akan dipersilakan untuk kembali ke Planet Artenia. Terima kasih atas partisipasi kalian. Sampai jumpa nanti di Organisasi NEBULA! Dadah!"

Dengan ini berakhirlah perlombaan penentuan kelompok. Semua Agent kini telah mendapat kelompok masing-masing serta kapten pembimbing mereka. Sudah saatnya untuk kembali ke Planet Artenia, siap untuk menjalankan pelatihan serta misi.

~*~*~*~