Chereads / AndroMega / Chapter 12 - Chapie 11 : Asrama

Chapter 12 - Chapie 11 : Asrama

Salah satu pesawat antariksa telah menampung ratusan Agent, kini berhasil menembus portal ruang dan waktu yang tersedia di sekitar stasiun luar angkasa, sebentar lagi pesawat akan diturunkan ke Bandar Antariksa yang telah ditentukan.

Kelima pria satu tim ini duduk satu baris dalam pesawat, tim yang baru saja terbentuk setelah lolos dari perlombaan di Planet Dinosaur. Sosok Rickolous sedang tertidur dengan jaket merah menutup kepalanya di tengah-tengah rekannya yang sibuk dengan kerjaan masing-masing.

"Akhirnya balik, Pyo!" teriak riang Xeno, duduk di dekat jendela seperti biasa.

"Katanya, kita bakal langsung dikirimkan ke asrama, kan?" tanya Kobra meyakinkan.

Regan menoleh pada pria Emo di sampingnya itu, "Iya…. Tapi, masih belum tahu cabang organisasi mana kita ditempatkan."

Horu menepukan tangannya santai. "Apapun itu, yang pasti kita tetap semangat sebagai Agent baru."

"Semangat, Pyo!" teriak riang Xeno lagi.

Kobra yang terlihat mulai pucat memberi isyarat pada Xeno. "Xen, bisa ambilkan kantung muntah di sampingmu?"

"Pyo?"

Xeno segera mengambil kantung muntah di dekat jendela, menyerahkanya pada Horu, disambut Regan setelah melewati Rick yang masih tidur dengan ngorok keras, lalu buru-buru disambar Kobra hingga terdengar suara mulut yang mengerikan saat kantung muntah itu di dekatkan pada mulut Kobra. Mereka bertiga hanya menatap jijik dengan apa yang terjadi pada Kobra sekarang sekaligus cemas.

"Kau tak tahan naik pesawat?" tanya Regan cemas di sampingnya.

Tangan Kobra hanya dilambaikan sesaat ketika ia sibuk memuntahkan isi perutnya di kantung muntah. "Hanya tak tahan dengan efek teleportasi ruang dan waktunya."

Memang jenis teleportasi ini dapat menyebabkan efek pusing dan mual saat dalam perjalanan secara tidak langsung bagi orang-orang tertentu seperti Kobra, sama seperti saat seseorang berada dalam pesawat terbang, kapal, maupun bus dan mobil.

~*~*~*~

"Selamat Datang di Bandar Antariksa NEBULA Galeno…."

"HAH?!"

Mereka berlima kini telah berada di Bandar Antariksa NEBULA. Suasana di sana sama dengan suasana yang ada di bandar penerbangan pada umumnya, tapi yang membuat Rick terkejut adalah kota letak Bandar Antariksa tersebut berada.

"Ini Kota Galeno?" tanya Rick heran pada rekan-rekannya.

"Iya, ini Kota Galeno," jawab Regan tak kalah heran melihat reaksi Rick. "Memangnya, kenapa sekaget itu?"

"Kita enggak balik ke Kota Erlan? Bukannya kita berangkat awal dari Kota Erlan?!"

"Aku dari sini kok berangkatnya."

Semua langsung menatap Kobra. Satu-satunya anggota dari tim mereka yang berangkat dari Bandar Antariksa berbeda hanyalah Kobra, sedangkan mereka berempat berasal dari kota yang sama, yaitu Kota Erlan.

"Gini, Monyet," ucap Regan terkesan meledek pada Rick, "Semua Agent yang berangkat ke Planet Dinosaur berasal dari berbagai Bandar Antariksa di seluruh penjuru planet ini. Jadi, tidak heran jika kita bakal tiba random di sini."

"Tapi, kenapa kita tiba di sini?" tanya Horu bingung.

"Heh!"

Semua pasang mata satu tim langsung fokus pada sosok di hadapan mereka berlima. Sosok pria tinggi bermantel emas tengah berdiri dengan gaya satu kaki di atas bangku tunggu dan satu tangan menahan topi fedora yang ia kenakan. Gayanya sungguh menggelikan bagi mereka berlima.

Suasana sunyi di antara mereka, hanya terdengar suara hiruk-pikuk orang-orang sekitar yang lewat dan suara beberapa mesin serta robot. Sosok itu sama sekali tidak merubah posisinya sampai Rick melemparkan botol minumannya ke kepala sosok itu karena gemas.

Persimpangan imajiner segera muncul setelah pria itu mengaduh kesakitan. "Kenapa kau melempari kaptenmu sendiri, Bangsat?!" teriaknya pada Rick dengan tatapan nyalang.

"Kau sendiri yang banyak gaya! Buang-buang waktu aja, Nyet!" balas Rick tidak kalah keras.

"Memangnya napa?! Iri sama kegantenganku, hah?!"

"Ganteng ketekmu bau selokan kumuh! Najis lihat mukamu yang ancur lebur macam ketabrak pesawat alien!"

"Memangnya, muka situ kagak kalah hancur kayak kaos kaki digesek ke aspal?!"

"Setidaknya, mukaku lebih rapi daripada— ADOH!!!"

Tiba-tiba Rick langsung ambruk ditempat setelah kepalanya dipukul menggunakan koper oleh Regan. Regan cukup muak dengan pertengkaran antara rekannya dengan kapten pembimbing mereka. Entah sejak kapan Rick tidak suka dengan sang kapten, yang pasti Regan tidak suka akan pertengkaran mereka karena sempat menjadi perhatian orang-orang sekitar.

"Meh~ Syukurin…!" gumam sang kapten, gemes lihat Rick yang suka melawannya itu terkapar dengan wajah mencium lantai.

"Jadi, ada apa, Kapten Golden?" tanya Regan mengalihkan pembicaraan sambil sedikit mengibaskan rambut perak panjangnya yang kali ini sengaja digerai.

Golden membetulkan posisi topinya sesaat. "Kalian tadi bertanya-tanya mengapa kita tiba di sini, bukan? Bandar Antariksa NEBULA yang ini dekat dengan cabang organisasi dan asrama para Agent. Jadi, kalian akan dipekerjakan di sana."

"Jadi, kami akan ditempatkan di kota ini?" tanya Kobra meyakinkan.

Golden pun mengangguk. "Aku di sini bersama kalian untuk menunjukan ruang asrama yang akan kalian tempati selama bekerja sebagai Agent NEBULA sambil menjelaskan beberapa hal penting."

"Yey! Kita bakal satu asrama, Pyo!" riang Xeno seperti biasanya.

"Seperti saat kita bertemu, kau masih saja periang," komentar Golden ketika sekilas mengingat saat ia mengenal Xeno dan juga Rick. Sesaat ia memperhatikan jam pada arlojinya. "Kurasa kita tidak perlu buang-buang waktu lagi. Kalian pasti sangat lelah dan butuh banyak istiahat setelah perlombaan tadi, kan? Ayo, kita berangkat! Mobil kita sudah menunggu lama di depan Bandar Antariksa."

"Lalu, bagaimana dengan dia?" tanya Horu sambil menunjuk Rick yang masih terkapar tak sadarkan diri.

Sebelah alis Golden dinaikan, terlihat seakan-akan tidak begitu peduli dengan makhluk yang satu itu. "Seret saja dia, 'kan beres."

Mereka pun melangkah mengikuti Golden keluar dari Bandar Antariksa. Dari belakang, sambil terkekeh geli Xeno menyeret Rick dengan menarik kakinya tanpa peduli jika wajah pria pirang itu tergesek lantai.

~*~*~*~

Mobil hitam canggih itu melaju di jalan memasuki gerbang menuju daerah modern, semacam komplek yang dipenuhi oleh berbagai macam bangunan futuristik dan gedung-gedung pencakar langit. Jalanan terlihat tidak begitu ramai, karena dari penjelasan Golden, daerah sini adalah wilayah cabang Organisasi NEBULA yang ada di kota Galeno.

Selama perjalanan, Golden mengenalkan beberapa daerah dan bangunan-bangunan yang ada di sana. Beberapa dari mereka sempat mendengarkan setiap penjelasan Golden, namun tidak bagi Rick yang baru saja sadar dari pingsannya, lebih memilih untuk mendengarkan musik dari earphone, dan Xeno asik menyembulkan kepalanya keluar jendela mobil sambil menjulurkan lidah seperti anak kecil.

Itu salah satu kebiasaan kekanak-kanakan Xeno.

Sesampainya di salah satu gedung asrama terbaik, mereka sempat mendatangi resepsionis hingga mendapat izin untuk ke ruang asrama yang telah ditentukan. Keenam pria ini naik ke lantai menengah menggunakan elevator. Dan sesampainya di lantai tersebut, Golden mencarikan ruang asrama tim mereka sesuai nomor kartu kunci yang telah diserahkan oleh resepsionis.

"Nah! Di sini ruang asrama tim kalian…!"

"Hah?!"

Kelimanya langsung tercengang syok saat melihat ruang kosong yang kotor dan tidak memiliki barang-barang berarti di sana, gelap, serta mencekam. Mirip dengan isi bangunan yang ada di film-film horror.

"Kau tidak salah menempatkan tim kami di sini, Pak Tua?" tanya Rick kembali jengkel pada sang kapten.

Mendengar ucapan Rick membuat Golden otomatis menoleh. Ia terkekeh canggung sambil menggaruk kepala keemasaannya menyadari jika ruang yang ia tunjukan salah.

"Eh…? Salah ruangan ini, mah…." Golden kembali mencek nomor pada kartu kunci yang ia pegang. "Coba lewat sini."

Mereka kembali melangkah mengikuti Golden sampai pria dewasa itu berhenti di depan pintu ruangan. Golden menggesekan kunci kartunya hingga terbuka. Sempat ia tertawa sendiri saat baru sadar jika tadi ia membuka kamar yang salah tanpa kunci kartu. Mungkin kamar itu sengaja dikosongkan dan lupa dikunci oleh petugas asrama.

"Nah! Ini dia ruang yang bener."

Mereka langsung takjub dengan isi dari ruang asrama tim mereka. Ruangan itu sangat luas bak sebuah ruang apartemen modern. Mereka disuguhkan dengan pemandangan ruang kumpul yang sangat rapi, bersih dengan desain modern berwarna putih dan abu-abu terang mendominasi. Di sekitar, terlihat barisan jendela lebar serta pintu kaca yang terhubung dengan balkon. Mereka semua memasuki ruangan itu, tak hentinya memandang seisi ruang kumpul yang terlihat bagus.

"Ini… ini beneran ruang asrama?" tanya Rick tidak percaya. "Kayak rumah mewah orang kaya aja…."

"Aku tidak menyangka jika asrama Agent bakal sebagus ini," komentar Regan sambil menyentuh beberapa barang sekitar, "Aku suka desain dan suasana ruangannya."

"Wah!!! Ruangan ini bagus, Pyo!" Xeno melompat-lompat kegirangan. "Xeno suka! Xeno suka, Pyo!"

"Baguslah kalau kalian suka," ucap Golden dengan senyum bangganya, "Lewat sini. Aku akan memperlihatkan bagian ruangan lainnya."

Sang kapten memperlihatkan kamar mereka satu-satu, masing-masing anggota memiliki kamar sendiri-sendiri demi menjaga privasi. Menunjukan kamar mandi dan toilet yang masih bersih. Hingga ruang makan dan dapur modern yang hanya dipisah oleh sekat kaca bermotif futuristik. Semuanya sangat bagus, membuat mereka seketika betah tinggal di sini.

"Jadi, bagaimana?" tanya Golden saat mereka kembali ke ruang kumpul.

Keenamnya segera duduk santai di sofa, beberapa dari mereka mulai meregangkan tubuh yang terasa pegal sehabis perjalanan panjang. Rasanya sangat nyaman ketika tubuh pegal mereka menyentuh langsung tekstur lembut dan empuk sofa.

"Rasanya nyaman sekali, Kapten," jawab Horu ramah, "Ini lebih dari espektasi kami tentang seperti apa ruang asrama tim kami. Ini berlebihan."

Golden terkekeh santai, "Nyatanya, pihak organisasi memang berusaha memberikan kenyamanan yang terbaik bagi para Agent-nya yang akan menerima banyak pekerjaan berat nanti." Ia pun mulai beranjak dari sofa sambil membetulkan posisi topinya. "Oke! Mungkin sampai di sini dulu. Besok pagi-pagi sekali kalian harus kumpul di lapangan belakang asrama untuk melakukan latihan pertama kalian bersama…—."

Kata-kata Golden terhenti saat melihat tubuh Rick terbaring dengan posisi terbalik di atas salah satu sofa. Golden hanya menggelengkan kepala memaklumi. Mungkin pria berjaket merah itu terlalu lelah dan terlanjur nyaman tidur di sofa.

"Ya, sudah…! Aku pergi, anak-anak! Dan jangan lupa besok."

"Tentu, Kapten."

Setelah mengobrol singkat, Golden keluar dari ruang asrama, rencananya ia akan segera pergi ke kantor menyusul kapten lainnya. Golden hanya bisa menghela nafas ketika memasuki elevator. Jadwalnya sekarang terasa mulai padat, dan ia agak kurang yakin bakal bisa bekerja secara maksimal atau tidak.

….

Sepeninggalnya Golden, mereka masih saja bersantai di sofa, merasa enggan untuk beranjak dari sana. Sudah terlanjur nyaman untuk melepas penat sehabis melakukan aktivitas padat selama ini.

"Haaah…." Regan menghembuskan nafas panjang sambil merentangkan tangannya di atas sandaran sofa. "Gimana sekarang? Beres-beres dulu?"

"Apanya yang diberesin lagi?" Horu sedang mengeluarkan laptopnya dari dalam tas. "Udah rapi begini, buat apa beres-beres?"

"Maksudnya, beresin barang-barang angkutan kita. Masukin pakaian ke lemari atau pajang beberapa barang yang dibawa gitu buat penghias."

"Mungkin nanti saja." Kobra buru-buru beranjak dari sofa. "Aku kebelet, mau ke toilet dulu."

"Ya, elah~ Tanda pertama makai toilet nih, yee…," goda Horu ketika melihat Kobra buru-buru lari ke arah toilet.

Xeno pun terlihat beranjak dari sofa sambil menguap. "Hoaaam…! Xeno mau ke kamar dulu. Xeno ngantuk, mau tidur, Pyo…." Lalu ia masuk ke salah satu kamar dan tak lupa menutup pintunya.

Melihat kepergian kedua rekannya membuat Regan geleng-geleng kepala sambil memijit pelipisnya. Mungkin langsung beres-beres bukan pilihan yang bagus untuk mereka yang masih kelelahan berat.

"Istirahatlah saja dulu." Regan ikut beranjak dari sofa. "Aku mau simpan minuman dulu dalam kulkas."

Ucapan Regan hanya dibalas deheman Horu, karena mata ungunya lebih fokus pada layar laptop. Saat ini, berselancar di internet dengan Wi-fi gratis demi mencari 'hal-hal laknat' adalah pilihan terbaik Horu untuk melepas lelah. Sesaat ia melihat sosok Rick, masih saja tidur terbalik dengan suara ngorok semakin keras, bahkan kepalanya sudah menyentuh lantai.

Iseng-iseng Horu memukuli tubuh Rick dengan bantal. "Hei, Rick…! Tidak mau pindah ke kamar juga?"

Biar dipukul beberapa kali pun, pria berambut pirang itu tetap saja tidur dengan mulut menganga dan saliva mengalir keluar.

"Hilih~ Ileran…."

~*~*~*~