Satu hari kemudian, Setelah Larla resmi menjadi Murid Si Tua Pengelana, Di Rumah Larla di Desa Dark Elf di tengah Hutan yang besar dan Lebat.
Larla yang seperti biasa terbangun dari tidurnya di pagi hari yang tidak mengenakan sedikit pun pakaian yang menutupinya.
Larla membuka jendela lebar-lebar dan merasakan Mentari pagi dan udara yang segar menggunakan wajahnya yang coklat nan Indah itu.
Dia kemudian mengenakan pakaiannya dengan tenang dan dengan cepat melompat dari lantai 2 ke lantai 1 seperti biasanya.
"Larla ! Sudah Ibu bilang jangan melompat dari atas begitu saja dan juga kita memiliki tamu disini, Dia Gurumu ingat, Kau yang membawanya kesini"
"Giggle…Maaf aku hanya sudah tidak sabar lagi untuk berlatih dengan Si Tua Pengelana"
"Kau ini. A, Maaf kan perlakuan anak ku Larla yang seperti ini dia memang terkadang suka melompat dari lantai 2 dan mengejutkan yang di bawah"
Ibunya meminta maaf kepada Si Pengelana Tua akan perilaku Larla. Lalu Si Pengelana Tua mengangkat tangannya ke arah ibu Larla menandakan dia tidak keberatan.
"Tidak tidak, Anda tidak perlu meminta maaf, Justru aku yang harus meminta maaf atas kedatangan ku yang mendadak dan memenuhi rumah anda untuk beberapa hari kedepan"
"Tidak tidak, Itu tidak apa, Itu karena kau adalah Guru Larla dan kami membuka pintu kami untuk mereka yang di bawa oleh Larla"
"Kalau begitu Terima kasih banyak atas kebaikan anda"
"Tidak, Terima kasih juga untuk mengajar anak ku Larla"
Saat sedang berbicara dengan Ibu Larla, Si Pengelana Tua melihat ke arah Larla yang baru turun.
"Meski begitu, Anak anda benar-benar sangat cantik ya"
"Ya, Begitulah, Aku jadi tidak mau memberikannya kepada siapa-siapa"
"Ibu, Nenek…Kalian Ini"
Wajah Larla menjadi tersipu malu dan memerah karena di ledek oleh Si Pengelana Tua dan Ibunya.
"Kakak ku juga sangat Kuat"
Adiknya datang membawa sarapan dari dapur dan langsung masuk dalam percakapan mereka.
"Ya, Itu jelas sekali, Kakak mu sangat kuat"
"…Dia bisa menandingi ku loh"
"Benarkah. Kakak luar biasa"
Mata adiknya bersinar setelah mendengar pujian dari Si Pengelana Tua mengenai Kakak tercintanya.
"Nenek, Likhalri…Kau ini selalu saja"
"Ehehe, Kakak ku imut bukan jika sedang malu begitu"
"Ya, Tentu, Kakak mu semakin tambah cantik dan manis jika sedang malu"
"Benar kan"
"Omong-omong, Kenapa kakak mu Telanjang saat sedang tidur ?"
"Hmmm…Kalau itu"
"Likhalri, Sudah lah ! Nenek, Jangan tanya pertanyaan itu !"
Larla yang semakin merasa malu karena di ledek dan di puji habis-habis oleh Ibu, Adiknya, dan Si Pengelana tua membuat wajahnya semakin memerah dan dia akhirnya duduk di kursi yang kosong dan bergabung di meja makan.
"Aku mengucapkan terima kasih karena ingin mengajari Anak ku Larla untuk membuatnya tambah kuat, Si Pengelana Tua"
"Tidak, Aku justru yang berterima kasih karena telah mengizinkan ku untuk tinggal di rumah anda ini dan maaf jika merepotkan"
"Tidak, Anda tidak merepotkan sama sekali, Kami semua juga sangat senang setelah mendengar dari Larla kalau Anda adalah gurunya dan anda juga sangat Ramah kepada Larla"
"Terima kasih banyak telah menerima ku dan juga aku merasa senang karena warga desa ini mau menerima ku yang manusia asing ini untuk tinggal sementara di Desa kalian"
"Tentu, Itu karena Larla yang membawa anda dan kami semua percaya kepada anda karena Larla yang mengatakannya kepada kita semua kalau Anda adalah gurunya dan Orang yang ramah"
"Anak anda Larla juga sangat ramah dan baik, Larla juga sangat kuat, Dia memiliki kekuatan dan keahlian memanah yang lebih hebat dari Elf yang ku temui selama ini dan ahli pemanah kerajaan, Dan juga bakat memanahnya lebih hebat daripada teman lama ku"
"Begitukah. Aku sangat senang jika anda berkata demikian menganai kekuatan anak ku Larla, Terima kasih banyak"
"Sudah lah cukup hentikan kalian berdua, Ayah, Nenek"
Larla tidak bisa berhenti untuk tersipu malu karena banjir pujian dari Keluarganya dan Gurunya.
"Baiklah bagaimana kalau kita mulai makan saja"
Mereka berlima pun akhirnya mulai sarapan pagi dengan makanan yang di buat oleh Sang Ibu dan Likhalri.
Makanannya terdiri dari Sayuran, Sup, Roti, dan Daging, Minumannya juga jus dari buah yang segar.
"Ini sangat lezat. Siapa yang membuatnya ?"
"A, Itu aku, Aku yang membuatnya"
Dengan cepat, Likhalri mengangkat tangannya kegirangan setelah mendengar makanan buatannya sangat lezat.
"Benarkah. Kau sangat ahli dalam memasak, Kau pasti bisa menjadi Koki yang handal"
"Benarkah. Ehehe, Terima kasih banyak Pengelana Tua"
"A, Tapi kakak ku yang lebih hebat daripada aku. Masakannya lebih lezat dan lebih enak dari buatan ku"
"Benarkah begitu. Hmm, Kakak mu memang memiliki banyak sekali talenta ya"
"Tentu, Itu Karena dia Kakak kesayangan ku"
"Hmmmm, Ayolah sudah lah kalian"
Larla tidak di izin kan untuk tenang, Mereka semua masih memuji Larla terus menerus dan membuatnya tidak bisa berhenti tersipu malu. Alasannya karena mereka ingin melihat wajah Larla yang malu yang menjadi semakin Cantik, Lucu, dan manis.
"Benar, Larla itu sangat pandai dan bisa segalanya"
"Ya, Ayah setuju, Larla bahkan membuat iri banyak penduduk desa"
"Benar benar, Bahkan tetua juga ingin menjadikan Larla pimpinan baru Desa ini"
"Ya, Kakak memang yang terbaik"
"Ahaha, Larla ternyata begitu Special ya di desa ini"
"Tentu saja, Larla adalah segalanya untuk kami semua"
"Ya, Tepat sekali"
Mereka semua memanjiri Larla dengan banyak pujian.
Larla tidak bisa menahannya lagi, Wajahnya yang semakin memerah dan kelihatan sedikit lagi ingin meledak itu sangat lah manis.
Larla yang terkenal akan ke Eleganannya, Ke cantikannya, Ke ramahannya, dan kebaikannya sekarang seolah-olah gambaran itu hancur di hadapan keluarganya dan Si Pengelana Tua karena sifatnya yang mudah tersipu malu jika di puji secara berlebihan.
Saat Larla malu, Wajahnya menjadi sangat memerah dan dia tidak bisa menahannya, Larla yang elegan berubah menjadi manis saat malu dan sifatnya yang tenang dan santai bisa berubah begitu saja saat malu dan menjadi Gugup dan tidak dapat berpikir untuk tenang.
"Kalian ini…Sudah cukup hentikan !"
Dengan nada dan suara yang keras, Suaranya sampai menggelegar keluar rumah kediaman Keluarga Larla dan suaranya yang keras dapat di dengar oleh orang-orang di luar.
Setelah sarapan pagi, Larla dan si pengelana tua beranjak pergi ke dalam Hutan untuk berlatih.
Biasanya Larla berlatih dengan melawan monster-monster dalam hutan namun sekarang ini karena Larla sudah memiliki Guru, Larla pastinya lebih mementingkan perkataan dan arahan Gurunya.
Di tengah perjalanan, Larla dan gurunya berbincang kecil sebelum sampai di tempat latihan.
"Hmph, Nenek ini. Kenapa harus memulai percakapan seperti itu dengan keluarga ku ?"
Dengan wajah yang bergembung dan memerah sedikit, Larla membawa percakapan yang terjadi sebelumnya di rumahnya.
Gurunya tertawa sebelum menjawab Larla.
"Maaf ya, Aku kira keluarga mu tidak akan segitunya dalam memuji mu"
"Mereka selalu berlebihan terutama Likhalri dan juga penduduk Desa juga sama saja"
Larla membalasnya dengan tampang yang malu-malu dan melihat ke bawah kirinya.
"Kau sangat di sayangi ya. Bahkan seluruh penduduk desa juga begitu"
"Aku tidak tahu sejak kapan mereka menjadi seperti itu, Tapi yang pasti mereka sudah sedikit berlebihan"
"Apakah kau tidak senang untuk di puji oleh orang lain ?"
"Bukannya tidak suka. Hanya saja…"
Larla bingung untuk menjawab dan wajahnya masih tersipu malu. Larla melihat kebawah kakinya sambil menendang-nendang batu yang ada di bawah kakinya.
"Hanya saja ?"
Larla mengelengkan kepalanya dengan cepat dan memukul kedua pipinya untuk membuatnya kembali menjadi dirinya.
"Tidak. Bukan apa-apa"
Larla menutup matanya dan menaikan dagunya berusaha untuk keluar dari topik pembicaraan.
Larla kemudian melihat ke arah gurunya dan bertanya-
"Omong-omong, Apa yang akan kita pelajari hari ini ?"
Gurunya melihat ke atas dengan raut wajah berpikir.
"Benar juga. Bagaimana kalau Aku melihat keahlian fisik mu terlebih dahulu baru kekuatan sihir mu. Aku ingin menilainya"
"Tentu. Jika itu yang Nenek mau"
Dengan semangat, Larla menyetujui saran dari Gurunya.
Di tengah hutan, Larla berlatih mengikuti saran dan arahan gurunya tersebut. Mulai dari Memanah, Menggunakan Tombak, dan Berpedang. Larla mengeluarkan semuanya membuat gurunya takjub dan senang.
Gurunya juga mengetes kecepatan dan kelincahan Larla dengan Berlari, Melompat, dan tes Refleks lainnya, Di lihat dari tubuhnya yang langsing dapat di katakan kalau tubuh Larla sangat fleksibel dan dapat bergerak dengan mudah sesuai keinginannya.
Larla melatih kekuatan fisiknya dengan melawan Monster panggilan Level rendah milik Gurunya yang di panggil dengan Sihir Tingkat 3. Monster itu berlevel 35 dan bentuknya menyerupai seperti Singa yang besar di kelilingi oleh api.
Dengan mudahnya, Larla dapat mengalahkan Monster itu tapi latihannya tidak berhenti di situ, Larla masih harus menghadapi Monster yang di panggil dengan Sihir Tingkat 4 dan sekarang ada 3. Monster itu di kenal dengan sebutan Cerberus sebuah monster yang menyerupai anjing berwarna Hitam dan berkepala 3. Cerberus memisahkan dirinya dan sesuai perintah pemanggilnya, Mereka menyerang Larla.
Level mereka sekitar 40.
Walaupun sedikit ke walahan, Larla berhasil mengalahkan Cerberus dan ini membuat Gurunya sangat takjub akan ke ahlian Larla.
Nenek itu seperti melihat bayangan seorang pahlawan selanjutnya untuk dunia ini.
Gurunya melihat punggung Larla yang coklat dan indah membuatnya mengingat temannya yang lama dan sudah lama mati. Dia seperti melihat kembali sosoknya yang hampir sama seperti Larla yang sangat giat dalam berlatih.
Saat sedang terbayangkan oleh sosok temannya, Larla menengok kebelakang ke arah gurunya dan meminta lagi.
"Lagi. Aku masih bisa lanjut"
Tidak kenal lelah yang bahkan Larla sudah terlihat Ngosngosan masih meminta untuk lanjut.
Gurunya memandang Larla dan tersenyum.
"Setiap latihan tentu memiliki batasnya ya kan"
"Ehh ?"
Dengan bingung Larla membalas.
"Cukup di sini dulu. Kau sudah berlatih Non-Stop selama 3 jam lebih. Apa kau tidak sadar akan hal itu ?"
"Eeee, Tidak. Biasanya aku berlatih 6 jam tanpa henti"
Gurunya bergumam lirih terkejut mendengar pernyataan Larla yang di bawakan dengan sangat Tenang.
"Segitunya dan bahkan lebih lama lagi…Setengahnya…"
Gurunya kemudian memegang kepalanya dan menggelengkannya sedikit.
"Larla ku, Dengar lah…"
"…Kau boleh giat dalam berlatih tapi kau juga harus kenal dengan yang namanya istirahat. Jika kau terus berlatih seperti itu maka tubuh mu akan-"
Sebelum menyelesaikan perkataannya, Nenek itu melihat ke arah Tubuh Larla yang sangat indah yang dapat membuat iri seluruh Perempuan di dunia. Tubuhnya sangat indah dan sangat bagus tidak ada yang rusak sama sekali.
"-Ya...Aku ingin mengatakan Rusak tapi setelah melihatnya lagi sepertinya itu tidak pernah terjadi…"
"Ehh ? Apa maksud Nenek dari Rusak ?"
Dengan tenang dan wajah yang bingung Larla bertanya kepada Gurunya.
Gurunya kemudian memalsukan batuknya dan kembali berbicara.
"Yang paling penting…Lama kelamaan tubuh mu tidak dapat bertahan…"
Selanjutnya Nenek itu bergumam lirih yang tidak dapat di dengar Larla.
"Yak, Aku sendiri tidak tahu sudah berapa puluh tahun kamu berlatih dan tidak mengalami kerusakan sama sekali…"
Lalu Nenek itu mengeraskan suaranya kembali.
"Tapi ! Kau harus istirahat. Kita tidak tahu kapan dan apa penyebab dari tubuh mu jika suatu saat sedang berlatih dan terluka"
"Walaupun aku dapat menggunakan Sihir Penyembuh Tingkat 3 ?"
Larla menjawabnya dengan wajah yang bingung namun terlihat elegan.
"Semuanya tidak bisa dan tidak selalu di andalkan dengan Sihir Anak ku"
"Bahkan Sihir Tingkat 5 [Ressurected] tidak bisa membuat si yang di kembalikan untuk hidup langsung sehat seperti semula, Mereka yang di bangkitkan harus beristirahat dan harus kembali berlatih untuk mengembalikan kekuatan mereka"
Sihir Tingkat 5 Ressurected adalah salah satu sihir Pembangkit yang dapat menghidupkan kembali seseorang dari kematian. Namun Sihir ini terbilang yang paling lemah dari Sihir yang dapat menghidupkan kembali seseorang dari kematiannya ketimbang 2 sihir yang sama lainnya di tingkatan berbeda.
"Tapi…Aku tidak pernah-"
Belum menyelesaikan omongannya, Larla di potong dengan tangan si nenek yang di angkat.
"Anak ku, Aku tahu kalau kau sangat ingin berlatih dan aku juga sudah menjanjikan mu untuk membuat mu menjadi lebih kuat, Tapi kau juga harus istirahat. Istirahat itu penting untuk tubuh mu"
Tidak dapat melawannya kembali, Larla mengangguk mengerti dan mengikuti perintah Gurunya untuk beristirahat sejenak.
"Baiklah. Aku mengerti"
"Bagus. Kalau begitu kenapa kita tidak beristirahat di atas pohon sambil memakan bekal yang di buatkan Ibu mu"
"Boleh saja"
Keduanya pun memanjat pohon dan beristirahat di atas sana. Mereka memakan bekal yang di buat oleh Ibu Larla, Itu terlihat sama dengan sarapan pagi mereka.
Nenek itu memulai percakapan dengan bertanya kepada Larla.
"Omong-omong Larla"
Larla menoleh ke arah Gurunya sambil mengunyah makanan di mulutnya.
"Apa yang biasanya kau lakukan setelah berlatih ?"
Larla menelan makanannya dan menjawab pertanyaan gurunya.
"Setelah berlatih aku selalu berenang di danau di dekat Desa ku dan itu aman"
"Sudah sejak kapan kau melakukannya ? Berenang di danau"
"Emmm, Mungkin semenjak umur ku 76 tahun atau sekiranya segitu"
"Sejak kecil ya. Itu sudah menjadi kebiasaan mu"
"Tentu. Mungkin jika Nenek tidak datang kemarin aku akan berenang di danau sekarang"
"Begitu kah. Omong-omong juga"
"Ya ?"
"Apa kau berenang dengan Telanjang ?"
"Tentu. Kalau mengenakan pakaian pastinya akan terasa berat"
"Ah, Aku tahu itu…Maksud ku yang lain…"
"Hmmm ?"
Dengan santainya, Gurunya menanyakan suatu hal kepada Larla.
"Kenapa kau telanjang saat sedang tidur ?"
Terkejut dengan pertanyaan Gurunya, Wajah Larla memerah dan matanya melongo karena kaget dan dengan cepat Larla menjawab.
"Aia ya ya…Nenek tidak perlu menanyakan hal itu. Sungguh !"
"Lagi pula kenapa Nenek menanyakan hal itu ?"
"Yaa, Hanya saja kau sangat berani"
"B-Berani apanya ?"
"Segalanya"
"Hah ?"
Larla kebingungan dengan jawaban dari Gurunya.
"Maksdu ku, Kau sangat berani dalam…Tidur tanpa mengenakan pakaian, Membuka jendela dan meregangkan tubuh mu yang padahal di depannya adalah jalanan umum desa mu tanpa mengenakan pakaian, Berenang di danau umum di hutan ini tanpa mengenakan Pakaian dan-"
Merasa sangat malu, Wajah Larla memerah dan kesan Elegan dan tenangnya berubah dengan cepat membawa kesan kekanak-kanakan.
"B-Bagaimana N-Nenek bisa tahu sampai sejauh itu ?"
"Dari Adik mu"
Dengan santainya, Gurunya menjawab.
Merasa terkejut dengan jawaban Gurunya, Larla bergumam dengan nada yang yercampur dengan Malu dan kesal.
"L-Likhalri…Awas kau nanti…"
"-Oh dan kau juga sangat berani mengenakan pakaian yang mini dan terbuka"
"Mmm…Ini...Sudah biasa bukan. Bahkan juga ada banyak yang seperti itu di luar sana"
"Ya, Aku tahu itu. Tapi bagi ku, Kau yang paling cocok dari semuanya"
"B-Benarkah ?"
"Ya, Jika tidak untuk apa aku memuji mu"
Dengan wajah yang tersipu malu, Larla mengucapkan terima kasihnya kepada Gurunya.
"T-Terima kasih kalau begitu…"
"Tapi apa ini mengganggu banyak orang ?"
"…Apa berpakaian seperti ini sedikit mengganggu ?"
"Hmm, Larla sendiri apa merasa begitu ?"
"T-Tidak sama sekali. Hanya saja…Aku takutnya ini mengganggu orang lain"
"Kau sudah berpakaian seperti itu semenjak dulu bukan, Kalau begitu kau tidak perlu khawatir"
"…Kalau kenyataan akan ada banyak orang yang memandangi mu maka itu pasti, Tapi itu karena kau memikat banyak mata dan itu membuktikan kalau kau Percaya Diri"
"Percaya diri ?"
"Tentu, Percaya Diri"
"…Kepercayaan Diri itu sangat penting dan kau memiliki itu dan Kepercayaan Dirimu sangat lah besar. Bukan berarti kau sombong tapi kau terlihat sangat Percaya Diri dan itu membuat mu tidak menghiraukan orang lain di sekitar mu"
"Apa itu buruk ?"
"Yang mananya ?"
"Tidak menghiraukan orang lain. Apa itu Buruk ?"
"Aku tidak bisa mengatakannya baik dan buruk"
"…Itu tergantung dari Situasi dan Kondisi mu, Jika kau merasa harus menghiraukan mereka maka itu baik tapi jika kau yang seharusnya menghiraukan mereka tapi justru tidak melakukannya maka itu terdengar buruk"
"…Bagi ku kau penuh dengan Kepercaya dirian dan kau sangat yakin kalau kau pasti Bisa dan itu sudah terbukti sangat jelas"
Merasa perasaannya yang campur aduk bingung antara Senang atau Malu, Larla mengangguk dengan pelan dengan wajah yang memerah.
"Aku tidak bermaksud untuk meminta mu untuk melepaskan apa yang sudah sering kau lakukan sejak dulu, Hanya saja kau membuat ku teringat dengan teman lama ku"
"Teman lama mu…Seperti apa dia ?"
Kembali seperti semula dengan cepat, Larla menanyakan tentang teman lama gurunya.
"Dia hampir sama seperti dirimu"
"Memakai pakaian terbuka ?"
"Tidak, Namun sebaliknya"
"Sebaliknya ?"
"Dia tidak pernah melepas pakaian Full Armornya"
"Tidak pernah…Bukankah itu sedikit susah"
"Bagi beberapa orang pasti iya tapi baginya itu sudah seperi tubuhnya"
"…Dia tidak pernah melepasnya dimanapun baik saat sedang berkumpul bersama, Makan bersama, Berlatih, Berpetualang, dan juga saat tidur"
"…Dia bisa tertidur tanpa harus melepas pakaiannya"
"Bukan kah itu…Akan membuatnya kepanasan di dalam situ"
"Seharusnya iya, Tapi seperti yang kukatakan, Dia berbeda sama seperti mu"
"…Dia bahkan bisa tertidur sambil berdiri dan sambil duduk dengan tegap"
"H-Hebat…Aku heran kenapa dia bisa seperti itu"
"Aku juga sama, Terutama kepada mu. Bagaimana kau bisa seberani itu…Itu yang ku pikirkan setelah melihat mu untuk pertama kali kemarin"
"B-Begitukah…Padahal bagi ku ini biasa saja"
Gurunya melihat Larla dengan senyuman dan kembali berbicara.
"Apa kau merasa malu ? Tidak mungkin kau merasa malu baru sekarang bukan"
"T-Tentu saja tidak…Aku sudah terbiasa seperti ini"
"Maka dari itu kau tidak perlu khawatir bukan"
"…Teman ku tidak pernah menghawatirkan soal penampilannya dan juga kebiasaannya, Maka dari itu kau tidak perlu segitunya khawatir, Larla"
Merasa termotivasi, Larla tersenyum senang dan kemudian menarik Nafas lalu menghembuskannya.
"Kau benar, Guru Benar, Nenek benar. Kenapa aku harus khawatir sekarang, Lagi pula ini sudah kebiasaan ku dan gaya ku lalu kenapa aku harus khawatir sekarang"
Larla tertawa kecil sebelum melanjutkan bicaranya.
"Aku terdengar jadi sedikit pemalu kalau seperti ini"
"Tapi kau memang terkadang menjadi pemalu"
"Hmmmp, Nenek jangan mulai lagi"
"Hahaha, Maaf maaf. Tapi ya…"
"…Mengetahui kalau ada orang seperti mu membuat ku merasa lega"
"Kenapa begitu ?"
Gurunya tersenyum ke arah Larla sebelum menjawab pertanyaan Larla.
"Tidak…Bukan apa-apa"
"Hmm…Baik lah kalau begitu"
Tidak menekan Gurunya, Larla kembali memakan sarapannya yang hampir lupa untuk dimakan karena percakapan dengan Gurunya.
"Bagaimana kalau sehabis ini kita menguji kemampuan sihir mu"
"Ya, Tentu, Ayo kita lakukan"
"Sehabis ini ok, Aku ingin menilai kekuatan sihir mu"
"Siap. Aku akan bersungguh-sungguh"
"Bagus kalau begitu"
Setelah menyelesaikan sarapan mereka, Larla dan gurunya melanjutkan latihan mereka dan kali ini Larla di ukur kekuatan sihirnya.
Larla harus menghadapi berbagai perintah dan arahan dari Gurunya yang sangat ahli dalam bidang Sihir.
Tidak perlu banyak percobaan yang tidak berarti, Gurunya meminta Larla untuk mengeluarkan sihir tingkat 3 sampai 4 yang dia pelajari dan sihir yang merupakan keahlian dari Larla.
Mulai dari Sihir Serangan, Pertahanan, Support, Buff semuanya di keluarkan oleh Larla.
Sihir Favorit Larla adalah Sihir tingkat 4 yang merupakan kategori Buff yaitu [Piercing Arrow] dimana membuat Panah yang dia luncurkan dapat menembus Armor musuh dan tubuh musuh yang sangat kuat, Sihir ini juga dapat menembus Batu yang besar juga pohon-pohon yang besar dan berderetan.
Lalu ada Sihir Tingkat 4 yaitu [Rain Arrow] dimana dia menembakkan satu anak panah ke atas langit dan turun ketanah dengan jumlah yang cukup banyak.
Dia sering mengkombinasikan ini dengan [Piercing Arrow] yang membuat musuhnya akan langsung terluka sangat parah atau bahkan terbunuh.
Dia juga terkadang menembakan semua anak panahnya menggunakan [Rain Arrow] yang membuatnya lebih banyak lagi Anak Panah yang berjatuhan layaknya hujan yang deras menghujani orang-orang.
Kehebatan Larla dalam bidang memanah atau dalam kelas Archer tidak bisa di ragukan lagi. Bahkan Level Class Archernya sudah mencapai level tertinggi yaitu Level 15.
Sedangkan Rangernya Level 10, Lancer 10 dan Swordman 5.
Masih ada banyak lagi Sihir-sihir yang di pelajari oleh Larla dan juga kombinasi yang Larla gunakan.
Contohnya adalah [Reload] dimana secara otomatis di tempat untuk menaruh Anak panahnya akan penuh kembali di isi dengan Anak Panah yang sesuai sebarapa banyak yang Larla bawa. Sihir ini adalah sihir gabungan dari Sihir Tingkat 3 dan Tingkat 4 yaitu [Create Item] dan [Create More Item] juga [Copy Create Item] dimana dia membuat anak panah lalu membuatnya lebih banyak lagi di tambah menambahkannya 2 kali lipat lagi.
Larla juga mempelajari Sihir Buff tingkat 3 modifikasi dari Tingkat 2 yaitu [Eye Sight] yang di modifikasi menjadi [Snipe] yang membuatnya dapat mengeker musuhnya dari jarak jauh jika terbatasi oleh batas pengelihatannya.
Sebenarnya ini adalah skill pasif dari pemilik Kelas Ranger tapi Larla meningkatkannya. Milik Ranger yang asli adalah [Zoom] yang dapat memperbesar dan memperjelas pengelihatan.
Larla juga mempelajari Sihir Tingkat 2 yaitu [Night Vision] yang membuatnya dapat melihat di malam hari. Ini memperkuat Larla dalam bertarung di malam hari.
Skill Pasif milik Larla adalah [Deadly Shot] yang membuat semua tembakannya akan dangat mematikan. Bukan hanya dari Panah namun juga bisa dari Tombak, Pedang, dan benda mematikan apa saja yang dapat di lempar.
Skill Pasif lain milik Larla ada [Dark Vision] dimana dia bisa melihat di tempat yang gelap. Hampir mirip seperti [Night Vision] tapi [Dark Vision] adalah Skill Pasif yang dimiliki semua makhluk Non-Human.
Kombinasinya dengan [Dark Vision] dan [Night Vision] sangat mengunungkan Larla.
Larla juga membuat Sihir Tingkat 4 miliknya sendiri yaitu [Long Shot] dimana dia menembakan Satu anak panah lurus yang akan melesat sangat kencang dengan jarak yang dapat mencapai 500 Meter bahkan bisa lebih.
Sihir yang dia pelajari dan dia perkuat dan dia buat sangat membantunya dalam Bakat miliknya. Sebenarnya tanpa sihir pendukung ini, Larla sudah sangat hebat dalam memanah tapi sihir ini membantu Larla lebih dalam menggunakan Panah.
Seperti yang di ketahui, Larla adalah Dark Elf yang sangat sempurna dalam bidang memanah-Tidak. Bukan hanya Dark Elf yang ahli dalam memanah tapi juga yang paling ahli dari seluruh makhluk yang ada dalam Memanah.
Entah ini Bakat semenjak lahirnya yang membuatnya sangat ahli dalam memanah tapi keahliannya ini sudah di luar batas.
Menembak tanpa melihat target, Menembak dengan mata tertutup, Menembak jauh, Tembakan yang tidak pernah meleset, Tembakan yang selalu mematikan, dan lain sebagainya itu adalah Kemampuan yang sudah di luar batas.
Keahliannya mengalahkan Pemanah terbaik Dunia yaitu salah satu dari 8 Legendary Heroes. Bahkan Pemanah dari 8 Legendary Heroes tidak bisa seperti itu.
Menurut Si Tua Pengelana, Keahlian memanahnya sudah melebihi Pemanah terbaik kerajaan manapun. Larla sudah melebihi semua Pemanah yang ada di dunia.
Level Kelas memanahnya seharusnya melebihi Level Maksimal.
Masih ada banyak lagi Skill dan Sihir lain yang Larla miliki, Pelajari, dan ketahui tapi dia hanya menunjukkan beberapa saja kepada Gurunya.
Si Tua Pengelana mengangkat tangannya menandakan latihan hari di sudahi dulu.
Mereka sudah berlatih melebihi batas latihan Larla. Larla yang biasanya berlatih selama 6 jam kini berlatih selama 8 jam dan latihannya yang baru ini cukup intensif untuknya.
Larla kelelahan, Dia berbaring sambil menarik nafas yang sangat banyak. Bisa di bilang dia Ngos-ngosan.
Gurunya mendekatinya dan melemparkan botol yang berisi air putih ke arah Larla yang terbaring.
Larla menangkapnya dengan cekatan tanpa harus melihat ke arah botolnya.
Larla kemudian mengangkat badannya dan dalam posisi duduk siap untuk meminum air putih itu.
Walaupun lelah, Larla meminumnya dengan tenang dan tidak tergesa-gesa seperti orang yang kelelahan.
Air yang mengalir ke tenggorokkannya mengalir dengan deras, Air yang terjatuh dari mulutnya dan mengalir ke bagian lehernya menyegarkan bagian luar lehernya. Air yang keluar perlahan dari mulutnya dan mengalir kebawah lehernya lalu ketubuhnya membasahi Larla.
Larla yang kelelahan tubuhnya di basahi oleh keringat yang sangat banyak. Di semua sisi tubuhnya Larla basah dengan keringat hasil dari latihannya.
Selesai meminum air putih itu, Larla mengembalikan botolnya kepada Gurunya.
Gurunya yang menerima botol itu dengan tangan kanannya kemudian menaruhnya kembali di Tas kecil, Tapi ada yang aneh dari ta situ.
Saat gurunya membuka tasnya, Terdapat lingkaran sihir di dalamnya dan saat botol itu di masukan kedalam tas, Botol itu seperti terlahap masuk kedalam lingkaran sihir itu dan tangan dari Gurunya bisa lebih dalam dari yang terlihat dari luar tas itu.
Rasa penasaran Larla membuatnya ingin bertanya "Tas macam apa itu ?" tapi yang dia lihat dari tas itu hanya tas biasa yang di gunakan oleh kebanyakan petualang.
Larla kemudian mengganti pertanyaannya.
"Sihir macam apa itu ?"
Larla menanyakan gurunya tentang sihir yang ada di dalam tas milik gurunya.
Lebih tepat bertanya seperti ini jika Larla menanyakan pertanyaan yang pertama itu hanya akan membuatnya terlihat kampungan yang tidak pernah melihat dunia luar. Maka untuk membetulkan, Larla bertanya tentang sihir kepada Gurunya yang sangat ahli dengan sihir dan sebagai murid dari gurunya yang penasaran dengan Sihir dan ilmu lainnya.
Gurunya melihat ke arah Larla dan memberitahu sihirnya.
"[Expand Inventory] sihir tingkat 3 yang sangat bermanfaat bagi mereka yang berpetualang atau berpergian membawa barang yang banyak. Tapi sihir ini juga memiliki Kapasitas, Kau tidak bisa memasukkan pedang yang besar seperi Broadsword kedalamnya atau bahkan benda yang besar lainnya"
"Ehhh, Itu cukup menarik. Boleh kau ajarkan mantranya kepada ku ?"
"Tentu. Tapi tidak sekarang. Waktu latihan mu sudah melebihi batas mu sendiri dan aku yakin kau sudah sangat kelelahan"
"Ya, Baiklah"
Larla menundukkan tubuhnya melihat ke arah tubuhnya yang sedang dalam posisi duduk.
Dia berusaha untuk mengistirahatkan tubuhnya yang benar-benar kelelahan itu. Larla tidak pernah seletih ini dalam latihannya.
Dia kemudian mengingat perkataan Gurunya soal pentingnya istirahat dalam berlatih dan sekarang ini Larla merasakannya.
"Bagaimana rasanya ? Rasa lelah sehabis latihan yang intensif dari ku ?"
Larla yang berusaha untuk menarik nafas untuk menenangkan tubuhnya yang lelah dan jantungnya yang tidak bisa berhenti berdegup kencang karena rasa capeknya menjawab dengan tenang.
"Apa nenek sengaja ?"
"Apanya ?"
"Melatih ku seperti ini. Apa nenek sengaja ?"
"Tidak. Tapi ini memang latihan yang keras yang ku hadapi saat masih muda…Seperti mu"
Larla menutup matanya dan ketawa kecil.
"Tunggu sebentar. Muda dalam umur atau fisik ?"
"Tentu fisik yang artinya aku sudah berlatih seperti itu saat umur ku 18 tahun"
"Heee, Nenek menjalani latihan yang berat ya. Siapa yang mengajarkan nenek ?"
"Aku tidak tahu siapa dia"
"Heh ?"
Wajah Larla menjadi bingung.
"Aku tidak tahu dia siapa karena dia tidak pernah menyebutkan namanya, Tapi umurnya kelihatan sudah cukup tua. Mungkin sekitaran 60-70 atau saja lebih waktu itu"
"Jadi kau memanggilnya guru saja"
"Sama sepeerti mu saat ini Larla"
"Apa kau mempercayainya dulu ?"
"Bagaimana dengan mu Nak ?"
"…Kau tidak mengetahui namaku hanya mengetahui panggilan ku dan kau memanggil ku 'Nenek' dan aku menjadi Guru mu. Bagaimana kau bisa mempercayai ku ?"
Larla berpikir sejenak melihat kebawah kemudian mengangkat kepalanya lagi untuk menjawab.
Dengan nada yang sedikit bingung untuk menjawab, Larla mengeluarkan semua isi pikirannya.
"Karena…Kau kuat…Dan…Itu mengejutkan ku untuk pertama kalinya…Setidaknya begitu…"
"Itu yang terjadi persis dengan ku"
"Guru nenek menawarkan diri untuk melatih nenek (?) setelah memperlihatkan kekuatannya (?)"
Gurunya menggelengkan kepala lalu berkata.
"Tidak. Justru sebaliknya"
"Sebaliknya ?"
"Aku yang memintanya dengan sifat egois ku untuk di latih olehnya"
"Hmmm…?"
"Dulu aku masih sangat muda yang belum mengetahui banyak soal Dunia sihir. Namun Setelah melihatnya mengeluarkan sihir yang mengejutkan mata ku…Aku memintanya untuk melatih ku"
"…Dia selalu menolak setiap kali aku memintanya. Aku mengikutinya pergi saat dia pergi menjauh dari tempat tinggal ku dan sepertinya itu mengganggunya. Ahahaha"
"Giggle…Sifatnya nenek sekali"
"Lucu bukan. Dulu aku dengan egoisnya memaksanya untuk melatih ku dan sekarang aku memaksa mu untuk menjadi murid ku"
"Walaupun aku tidak merasa seperti di paksa"
"Tidak, Sebenarnya jika kau menolak kemarin maka aku akan memaksa mu terus sampai kau mau"
"Heh…Sungguh ?"
"Sungguh"
Larla mengembungkan pipinya dan wajahnya sedikit memerah tidak senang.
"Nenek ini…Untuk saja aku langsung menerimanya"
"Yup, Untung saja ya…Jika kau menolaknya mungkin aku akan memukul kepala mu untuk menuruti ku. Hahahaha"
"Segitunya kah ?"
"Dulu pernah lebih parah lagi"
"Nenek pernah mengajari orang lain ?"
"Hanya sebentar saat aku di sewa oleh Sekolah sihir untuk mengajar murid-muridnya. Jujur mereka semua payah"
"Heeehhhh…Lalu bagaimana dengan Guru nenek ?"
"Karena merasa jengkel…Mungkin…Dia akhirnya menerima untuk mengajari ku"
"Seperti apa dia ?"
"Sebelumnya aku sudah mengatakan kalau dia sudah tua…Kalau tidak salah, Rambutnya berwarna Putih dan jenggotnya yang lebat dan cukup panjang berwana putih juga, Matanya berwarna Biru, dia kelihatan sudah sangat tua dan mengenakan pakaian seperti seorang Perpustakawan berwarna Hitam dan wajahnya sangat keriput"
"Lebih keriput dari pada nenek ?"
"Ya, Tentu…Dan jangan bawa masalah keriput dengan ku…Aku tidak lebih muda darinya…Ya, Secara fisik"
"Giggle…Lalu apa yang terjadi selanjutnya ?"
"Selama 2 tahun berturut-turut saat dia sedang luang dengan pekerjaannya, Dia datang ketempat ku dan mengajari ku banyak ilmu sihir"
"…Mulai dari yang paling rendah yaitu 1 sampai 3 dan dia mengajari ku tanpa ada waktu istirahat selama 10 jam tanpa henti"
"Aku beruntung kau yang melatih ku Nek. Sekarang aku tahu bagaimana rasanya"
"Sebenarnya aku hanya memotong 2 jam dari jatah mu. 1 jam Istirahat pertama dan 1 jam istirahat kedua dan untung saja aku melakukannya dengan benar"
"Apa…Nenek mengikuti cara guru nenek melatih kepada ku dan murid-murid di sekolah sihir lainnya waktu itu (?)"
"Ya, Dan itu lah alasan Nenek di pecat"
Larla ketawa geli dan berusaja menutup mulutnya sedikit dengan jari telunjuknya yang di tekuk kedalam.
"Yaaa, Kalu pada sekolah sihir aku sengaja karena aku tidak melihat sedikit pun dari mereka yang memiliki Potensial…Tidak seperti mu, Larla"
"Terima kasih, Nek. Aku bersyukur"
"Lalu, Apa yang terjadi selanjutnya ?"
Larla terus meminta Gurunya untuk menceritakan masa lalunya yang kedengaran menarik untuknya.
"Aku berhasil…Melewati sihir tingkat 3 saat berumur 21 tahun"
Mata Larla terbuka lebar dan matanya bersinar merasa takjub.
"Selama 2 tahun saat berumur 18 sampai 20, Aku berhasil menguasai Sihir Tingkat 3, Lalu 1 tahun kemudian Guru ku meminta ku untuk menjadi petualang jika ingin meningkatkan teknik ku…Dan benar saja Anak ku, Tanpa di sadari aku berhasil melampaui batas sihir milikku"
"H-Hebat…"
Larla merasa merinding saat mendengar cerita gurunya.
"Setelah merasa latihan ku sudah cukup, Guru ku kembali ke tempat kerjanya dan tidak pernah kembali lagi. Aku belum sempat menanyakan namanya dan aku tidak pernah menyangka kalau dia tidak akan kembali melihat ku"
"Setelah itu…Apa yang terjadi dengan guru Nenek ?"
"Aku tidak tahu. Aku tidak tahu Namanya, Jati dirinya, Masa lalunya, dan pekerjaannya. Tapi di lihat dari pakaian dan terkadang dia membawa banyak buku, Sepertinya dia seorang pengurus Perpustakaan"
"Begitukah"
"Lalu aku melanjutkan hidup ku sebagai seorang Petualang dan bertemu 7 teman ku. Kami akhirnya berpetualang dan menjadi lebih kuat bersama…Dan akhirnya seperti ini lah Aku"
"Hebat…Apa dengan berpetualang akan meningkatkan kemampuan orang-orang ?"
"Tentu. Seperti Pengalaman dan yang lainnya. Banyak sekali yang kau dapatkan dari berpetualang. Melihat dunia yang baru, Dunia yang luas dan menemukan sesuatu yang baru juga akan mendapatkan koneksi yang luas mengenai dunia luar"
Mendengar cerita gurunya mengenai seorang petualang membuat Larla matanya bersinar cerah. Larla mulai penasaran dengan rasanya menjadi seorang petualang.
"Apa kah menjadi seorang petualang itu Asyik ?"
"Tentu. Hanya saja kami ber-8 adalah seorang petualang liar yang tidak terikat dengan Guild"
"Apa perbedaanya jika terikat dengan Guild ?"
"Jika kau terikat dengan Guild maka semua tindakan mu akan di tentukan dengan misi yang kau ambil dan kau akan mendapatkan upah sesuai harga yang di berikan dan kau tidak akan bisa berpetualang dengan bebas"
"…Tapi jika tidak terikat maka kau bisa berpetualang bebas seperti ku"
"…Jujur saja Anak ku Larla, Aku juga akan meminta mu untuk menjadi petualang setelah latihan mu cukup"
"Ya, Keluar lagi sifat Nenek yang satu ini"
"Hahahahaha, Maaf ya. Sudah kebiasaan"
"Tidak. Tidak masalah. Aku sepertinya juga tidak akan menolak"
"Benarkah ?"
"Em, Tentu. Aku juga ingin meningkatkan kekuatan ku dan melebihinya lagi"
Gurunya memandang Larla dengan tatapan yang penuh dengan harapan dan masa depan yang cerah sebagai Petualang yang hebat juga gurunya tersenyum dengan penuh kepercayaan.
"Aa, Aku percaya itu…Aku percaya kau akan menjadi petualang yang hebat, Anak ku"
"Benarkah ?"
"Tentu"
"Kalau begitu-"
Larla berdiri dengan cepat dan tenaga yang sudah pulih.
Sebelum melanjutkan perkataannya, Gurunya mengangkat tangannya dan menghentikan Larla dalam melanjutkan perkataannya.
"Tapi latihan hari ini selesai. Kita harus segera kembali"
"T-Tapi…"
"Ingat jangan paksakan tubuh mu"
"B-Baik…Baiklah"
"Bagus. Sekarang ayo kita kembali ke desa"
Setelah menghentikan Larla yang ingin melanjutkan latihannya yang di luar batas, Gurunya menghentikannya dan mengajaknya kembali ke desa untuk beristirahat.
Di malam hari yang sunyi dan tenang, Di sebuah danau yang indah dan airnya yang terpancarkan oleh sinar rembulan malam berwarna biru memantulkan setiap cahayanya yang indah ke berbagai sudut di tempat itu dan menyinarinya.
Ini adalah danau yang biasa di gunakan oleh Larla untuk mandi atau berenang jika dia lelah.
Lalu di danau yang tenang itu, Dari dalam danau ada yang keluar dengan tenang dan elegan.
Itu adalah seorang Gadis Dark Elf yang cantik dan indah. Dia adalah Larla
Dia keluar dengan sangat elegan dimana tubuhnya yang basah dan indah berdiri tegap dan sedikit menunjukkan lengkungan tubuhnya kebelakang.
Rambutnya yang berwarna perak panjang basah.
Sekarang dia tidak mengenakan apapun. Tubuhnya yang tidak terlindungi oleh kain dan armor itu sangat lah Indah.
Itu sudah biasa untuk Larla.
Tubuh dan Kulitnya yang halus dan mulus berwarna coklat basah karena baru keluar dari dalam air tersinari oleh sinar Rembulan yang berwarna biru indah semakin mencerahkan dan mengindahkan tubuhnya itu yang memantulkan sinar rembulan yang menyinarinya.
Larla mandi tengah malam untuk menyegarkan tubuhnya setelah latihan dengan gurunya.
Dengan tenang dia merasakan air yang membasahinya dan mengalir di tubuhnya sambil menutup matanya.
Perlahan, Larla membuka matanya dan melihat ke arah rembulan.
Dia menggapai bulan yang bersinar dengan terang itu di malam hari…Tentu dia tidak dapat mencapainya.
Dia kemudian menurunkan tangannya dan kembali menutup matanya.
Dari arah kirinya terdengar seperti suara sihir yang baru saja di aktifkan.
Larla menoleh ke sumber suara dan melihat gurunya dari jauh yang sedang merapalkan sebuah mantra sihir.
Karena penasaran, Larla keluar dari dalam danau dan menyamperi gurunya.
Larla keluar dari dalam danau tanpa mengeringkan tubuhnya dan mengenakan pakaian. Dia telanjang dan tubuhnya basah sepenuhnya.
Dengan tenang dan tidak peduli dengan kondisinya sekarang ini, Larla berjalan dengan elegan dan tubuhnya lurus.
Gurunya tidak menyadari kedatangan Larla dan masih merapalkan sihir.
[Magic Tier 4, Summoning Magic, Summon Moderete Level Monster]
Dari telapak tangan gurunya, Keluar seperti lingkaran sihir berwarna Ungu dan di tanah juga ada lingkaran sihir yang sama.
Lalu dari dalam tanah muncul seperti monster yang terlihat aneh di bungkus dengan cahaya.
Perlahan monster itu melayang ke atas tepat di hadapan gurunya dan sekejap cahaya yang membalut seluruh tubuhnya hilang saat dia melebarkan sayapnya.
Monster itu tubuhnya seperti seekor elang tetapi dan berwarna Biru tua, Di sekujur tubuhnya ada garis-garis berwarna kuning.
Monster itu terbang ke arah gurunya dan berdiri di atas lengannya.
Larla yang melihat itu dengan seksama menghampiri gurunya lebih dekat lagi dan bertanya dengan santai.
"Sihir pemanggil ?"
"Hmmm…Eeeiiiikkk (?)"
Gurunya yang menoleh ke sumber suara yang tidak menyadari kalau Larla datang mendekat terkejut melihat kondisi Larla yang tidak mengenakan pakaian atau telanjang dan sekujur tubuhnya basah sehabis berenang.
Larla yang merespon suara aneh Gurunya memiringkan kepalanya.
"L-Larla…Apa itu kamu ?"
Dengan tenang Larla menjawab. "Ya, Tentu"
"K-Kau…Telanjang…Eeh Bukan…Kau…Apa yang kau lakukan di sini ? Kau basah kuyup"
"Menjalani rutinitas ku. Aku berenang di danau di malam hari setiap aku selesai Berlatih, Berburu, dan ke kota. Nenek sendiri apa yang Nenek lakukan di sini ?"
Selesai menjawab pertanyaan gurunya dengan tenang dan santai, Larla membalikkan pertanyaan kepada gurunya.
Dengan wajah yang masih tidak percaya melihat Larla yang telanjang dan basah kuyup, Gurunya melihat dari bawah sampai atas tubuh Larla.
Dia melihat wujud yang sangat cantik dan terkesan elegan, Kulitnya yang coklat mengkilau, Tubuhnya yang ramping dan terdiri dari banyak lekukan yang indah, Proporsi badan yang pas untuk seorang gadis yang masih tumbuh, Dadanya yang ukurannya sangat Pas untuk tubuhnya, Rambutnya yang Perak berkilauan basah dan terpantulkan sinar rembulan malam yang indah, dan Matanya yang emas cerah bersinar di malam hari dengan sangat indah.
Sosok Larla menyinari malam hari dengan sangat indah…Dia adalah makhluk yang sempurna…Begitulah yang di pikirkan Gurunya melihat Kondisi Larla di malam hari.
Wajah Larla sangat santai dan tenang tidak menggambarkan ekspresi apapun hanya ekspresi yang tenang dan santai.
"Nek ?"
Gurunya tersadarkan mendengar suara Larla dan menggelengkan kepalanya.
"Ah, Aku sedang memanggil monster kesayangan ku. Dia adalah Tsu, Mirip seperti elang tapi sebenarnya dia bukanlah elang. Levelnya 35"
Gurunya menunjukan Monster panggilannya ke arah Larla dan memperkenalkan.
Larla menggapai monster peliharaan gurunya dengan tangannya dan mengelur bulunya yang berwarna biru.
"Bulunya halus. Apa tidak apa kalau dia sedikit basah terkena tangan ku ?"
Gurunya sedikit bergumam lirih di awal dan kemudian suaranya jadi lebih jelas menjawab pertanyaan Larla.
"Apa tidak apa jika kau Telanjang dan basah kuyup di malam hari…Bukan…Tentu, Tidak apa. Dia bisa kering kembali dengan cepat"
Monster itu kemudian menggerakan kepalanya dan tubuhnya dengan cepat untuk mengeringkan bulunya yang basah terkena air dari tangan Larla yang basah dan tetesan air dari tubuh Larla yang basah.
Gerakannya yang mengejutkan Larla dan air-air yang bertebaran ke segala arah terutama ke arah Larla dari si monster itu membuat Larla sedikit berlindung dengan kedua tangannya.
Larla sedikit tertawa dan terseyum melihat apa yang di lakukan monster itu.
[Magic Tier 4, Summoning Magic, Summon Moderete Level Monster]
Sebuah sihir Tingkat 4 yang termasuk Sihir pemanggil monster tingkat menengah. Sihir ini memperbolehkan si pengguna untuk memanggil monster level menengah yang ingin mereka panggil. Syaratnya adalah si pengguna harus mengetahui jenis monster itu.
Ada juga yang melakukan Kontrak dengan si Monster yang membuat si pemanggil dapat memanggilnya kapan saja tanpa harus mengeluarkan banyak energi sihir.
Ada juga cara lain selain harus merapalkan mantra seperti, Menyegel Monster panggilan di dalam Gulungan atau Gem. Cara ini sering digunakan oleh Penyihir tingkat 1-3 dan bagi mereka yang memiliki Energi sihir yang sedikit atau menggunakan energi sihir miliknya untuk bertarung.
Gurunya menarik kembali monsternya dan memberikannya sedikit makanan dari dalam tasnya.
"Apa kehebatannya ?"
"Dia bisa menjadi mata ku di udara dan juga sebagai mata-mata yang baik, Dia juga bisa menggunakan Sihir tingkat rendah tapi dia bukan monster atau hewan Mistis jadi serangan sihirnya tidak begitu kuat dan kekuatan sihirnya hanya dapat di gunakan untuk melihat sekitar"
"…Walaupun begitu aku tetap menyukainya dan dia sangat berguna"
Larla mengeluarkan sedikit suara menandakan dia paham.
"Apa aku juga bisa menggunakan sihir itu ?"
Gurunya menoleh ke arah Larla dengan suara "Hmm" dari dalam mulutnya yang tidak terbuka.
"Aku juga ingin menggunakan sihir pemanggil. Apa aku bisa ?"
Gurunya melihat Larla dengan tatapan yang tajam dan mulut yang tertutup rapat. Monster bernama Tsu itu kemudian menghilang dan gurunya meurunkan lengannya.
Mata Larla sangat serius. Dia tidak main-main ingin mencoba sihir pemanggil itu, Dalam mata Larla yang bersinar serius itu penuh dengan keinginan untuk menjadi lebih kuat dan menemukan hal baru untuk dia pelajari.
Gurunya kemudian tersenyum dan tertawa.
"Ya, Ya…Tentu kau bisa"
Jawaban gurunya membawa senyuman ke wajah Larla.
"Tapi Anak ku, Ada satu masalah"
Wajah Larla berubah menjadi wajah yang sedikit gelisah.
"Setelah melihat keahlian bersihir mu tadi siang, Aku memperhitungkan Stats Magic Attack mu itu sekitar 6-7/10 dan kau tidak terlalu memiliki banyak energi sihir MP mu hanya 6/10. Aku sedikit ragu karena kau itu tipe petarung kelas Archer dan menggunakan Sihir mu untuk membantu mu dalam kelas Archer dan memperkuat Skill mu. Aku sedikit ragu kalau ini akan sedikit sulit untuk mu belajar"
"B-Benarkah ? Kalau begitu ajari-"
Di tengah perkataannya, Gurunya langsung memotong dengan ucapannyayang sedikit menghancurkan harapan Larla.
"Durasi berlatih Sihir pemanggil tingkat rendah adalah 3 Bulan dan menengah 6 Bulan sedangkan aku di sini tidak akan lama"
"Kalau begitu aku akan meminta Orang tua dan penduduk desa untuk memberikan mu tambahan waktu"
"Mungkin saja mereka menolak dan aku akan merepotkan mereka dalam jangka waktu yang cukup panjang"
"Kalau begitu aku akan memberikan mu sedikit Koin untuk menyewa penginapan di Kota seberang"
"Aku ini seorang pengelana dan aku memiliki cukup koin untuk mengisi Perut ku dan aku tidak perlu menggunakan koin mu"
"Kalau begitu sewa lah penginapan di kota seberang"
"Sekali lagi aku ini seorang pengelana dan tidak akan menginap di satu tempat dengan waktu yang lama"
"Kalau begitu bawa aku bersama mu"
Perkataan Larla yang penuh dengan Keras Kepala dan paksaan itu membukakan mata Gurunya. Tapi sekali lagi Gurunya dengan tegas menolak.
"Aku Tolak. Aku hanya ingin melatih mu dalam waktu 1 bulan dan tidak ada niatan mengajak mu bersama ku"
"Tapi-"
Perkataan Larla sekali lagi langsung di potong.
"Tapi kau bisa menjadi seorang petualang"
"Petualang (?)"
Perkataan gurunya membuat Larla terdiam sejenak.
"Kau bisa menjadi petualang untuk meningkatkan kemampuan mu dan pengalaman mu. Terserah padamu kalau kau ingin memilih sebagai Petualang yang terikat dengan Guild atau tidak atau mungkin saja kau ingin menjadi seorang Pemburu itu terserah padamu"
"…Tapi…Aku tidak akan mengajak mu bersama ku dan pengalaman yang kau dapatkan tidak akan sebesar saat kau berlatih dengan ku"
Perkataan itu menusuk hati Larla dengan tajam seperti anak panah yang menusuk ke dadanya dengan kecepatan yang luar biasa.
Dia sedikit merenung dan melihat ke arah bawah kakinya menyamping ke kiri.
"Anak ku, Ini mungkin terdengar kasar tapi-"
"Kalau begitu…"
"Hm ?"
Larla memotong perkataan Gurunya. Larla dengan penuh keyakinan mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Gurunya dengan tampang yang bersungguh-sungguh.
"Kalau begitu…Ajari aku hanya dalam kurun waktu 1 bulan"
Ucapan Larla yang penuh dengan keyakinan dan percaya diri itu melebarkan mata Gurunya dan menaikan alisnya.
"Hanya dalam sebulan dan aku akan tunjukan kalau aku dapat menguasai sihir itu"
"Bagaimana ? Berikan seluruh Latihan Nenek yang sangat keras dan aku yakin aku pasti berhasil"
Gurunya masih menatap Larla dengan mata yang melebar.
1 Bulan ? Itu gila ! Mempelajari Sihir yang harus di kuasai selama 3-6 bulan itu sangat mustahil hanya dalam waktu 1 bulan. Anak ini…Bersungguh-sungguh.
Gurunya bergumam di dalam hatinya. Sekejap dia melihat dirinya dulu yang keras kepala kepada gurunya untuk mengajari berbagai macam teknik sihir kepadanya.
Dia merasakan itu kembali, Dirinya waktu masih muda. Dia melihat sosok Larla yang hampir mirip dengan dirinya namun lebih ekstrim dan pemberani juga percaya diri.
Tapi, Larla penuh dengan paksaan. Melatih teknik sihir yang sulit dalam waktu 1 minggu itu sama saja membanting dan merusak tubuh mu dengan keras sampai hancur berkeping-keping.
Larla bisa saja sakit dan tubuhnya mungkin saja tidak dapat menerima begitu banyak latihan intensif dari gurunya. Larla memang berbakat-Tidak. Tetapi sangat berbakat. Dia memang di kenal sangat hebat dalam belajar, Larla bahkan juga di kenal dapat mempelajari sesuatu dengan sangat cepat dari biasanya setelah melihat seseorang mempraktekannya. Larla justru lebih hebat daripada orang itu.
Tapi permintaan yang satu ini terdengar gila. Tidak mungkin Larla bisa melakukannya, Itu sama saja dengan bunuh diri atau mengakhiri hidup mu sebagai orang paling berbakat di dunia…Walaupun Larla itu seorang Dark Elf…Dan Larla masih sangat muda…Dalam umur Dark Elf tentunya.
Gurunya ingin berkata "Tidak mungkin! Jangan memaksa! Kau akan hancur! Ini memang sihir menengah tapi tetap saja susah! Kau itu Gila!" Gurunya ingin berkata seperti itu, Tapi…
Yang ada di pikirannya sekejap berubah setelah melihat mata Larla yang penuh dengan harapan dan keinginan untuk menjadi lebih kuat.
Larla penuh percaya diri dan dia bisa mengalahkan lawanya dengan rasa percaya dirinya itu. Tentu percaya dirinya itu selalu membawakan hasil yang memuaskan.
Gurunya kemudian menutup mata, Menghela nafas pelan dan kemudian…Tertawa.
"Akan ku beritahu satu hal, Nak"
"…Kau…Membuat ku bangga"
Mata Larla menjadi lebih lebar dan penuh pertanyaan.
"Kau gila, pemberani, dan kau memiliki rasa percaya diri yang tinggi di dalam dirimu dan juga…Keras kepala yang hampir sama dengan ku"
Dengan nada yang bingung, Larla mencoba untuk mendapatkan jawaban dari gurunya.
"Itu artinya…?"
"Ya, Tentu anak ku Larla. Akan ku latih kau mengenai Sihir Tingkat Menegah dan atas (4-5) dalam kurun waktu 1 bulan…Tidak, Tapi kurang dari sebulan"
"…Bagaimana ?!"
Jawaban dari gurunya menyerahkan harapan Larla dan menyembuhkan hatinya yang sebelumnya merasakan sakit karena ke raguan.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Larla baru pertama kali mendapatkan kesan ragu dari orang lain. Selama ini Larla selalu di puji habis-habisan dan itu sudah biasa baginya tapi juga membuat dia malu, Larla tidak pernah di ragukan selama hidupnya kecuali pada hari ini.
Tapi perasaan itu berubah seketika setelah gurunya memberikan harapan yang cerah kepada Larla. Gurunya menerima tawaran Larla untuk mengajarinya ilmu sihir dalam kurun waktu 1-Tidak, Tapi kurang dari 1 bulan. Untuk manusia biasa yang mempelajari ilmu sihir memang terdengar cukup gila, Tapi untuk Larla yang sudah melebihi batas latihan apapun baginya hal ini adalah…Mungkin.
Larla tersnyum senang dan matanya penuh akan sinar-sinar kesenangan. Dengan semangatnya yang besar, Larla mengangguk dan berkata.
"Baik. Tolong bimbingannya Si Tua Pengelana"
Gurunya tersenyum dengan bangga dan membalas.
"Bagus. Aku suka semangat mu itu"
"…Kalau begitu kita akan memulainya besok. Besok kita akan berlatih 10 jam dengan waktu istirahat 1 jam dua kali. Bagaimana ?"
"Akan ku terima semua keadaannya"
"Hahaha, Itu lah semangat.-Tidak, Itulah Larla yang ku kenal"
"Kalau begitu keringkat tubuh mu dan pakai pakaian mu. Kau nanti bisa kedinginan dan terkena penyakit"
"Ehhh, Tapi aku sudah biasa-"
"Sudah ikuti saja apa kata guru mu ini"
"B-Baik!"
Malam yang indah itu yang di sinari oleh cahaya rembulan malam yang biru dan terang, Hembusan angin malam yang dingin nan sejuk, Bunyi dari air danau yang menyegarkan telinga dan juga…Seorang Gadis Dark Elf yang dengan seorang Wanita Tua yang di sinari oleh sinar dari rembulan yang cerah, Menutup malam itu dengan tenang.