Chereads / MY UNCLE, MY HUSBAND / Chapter 22 - MENGGALI CERITA

Chapter 22 - MENGGALI CERITA

"Mau Nadine suapin paman?" tawar Nadine, mengingat dari kecil sampai di usia remaja Ardham sering menyuapinya.

Ardham menatap Nadine tak percaya, Nadine mau menyuapinya?"

"Tidak usah Nad, bawa kembali saja makanannya, sebentar lagi teman paman sama Mommy marvin mau ke sini untuk makan malam." ucap Ardham berubah dingin mengingat sikap Nadine yang manis pada Marvin.

"Ohh, baiklah paman..biar makanannya untuk Marvin saja, sekalian waktunya dia untuk minum obat." ucap Nadine bergerak mengambil piring yang berada di meja.

"Eehh jangan! paman merasa lapar sekarang, suapi paman sedikit saja ya." cegah Ardham saat tahu Nadine akan memberikan nasinya pada Marvin.

"Duduklah paman." ucap nadine mulai menyuapi nasi ke mulut pamannya, sesuap demi sesuap.

Tanpa ada kata, mata Ardham dan Nadine saling berpandangan. Hingga tak terasa nasi yang ada di piring bersih tak tersisa.

Ardham mengambil segelas air dan meminumnya. Perutnya terasa kenyang. Nadine yang menatap wajah Ardham, melihat sisa nasi di sudut bibir Ardham.

"Paman, maaf...ada sisa nasi yang nempel di bibir paman." ucap Nadine sambil mengusap bibir Ardham dengan jemari tangannya.

Hati Ardham terkesiap, tak mampu untuk menahan keinginannya untuk mencium jemari Nadine.

"Nadine." panggil Ardham serak

"Ya paman." Nadine melihat wajah Ardham tampak gugup.

"Apakah kamu sudah mencintai Marvin?" tanya Ardham dengan dadanya yang mulai berdebar mengikuti irama detak jantungnya.

"Saat ini masih belum paman." jawab Nadine jujur.

"Tapi Nadine akan belajar untuk mencintainya." lanjut Nadine

"Jangan." sahut Ardham nampak gugup.

"Maksud paman?" tanya Nadine heran melihat sikap Ardham yang terlihat gugup dan gelisah.

"Eehh tidak, maksud paman...jangan lagi kamu buat Marvin menunggu." sahut Ardham cepat tanpa berpikir. Hati Nadine sangat kecewa. Namun tetap Nadine mencoba bersabar.

"Ya paman, doakan agar Nadine bisa mencintai Marvin lebih cepat." ucap Nadine dengan sedikit kesal.

"Paman...Nadine ke kamar Marvin dulu ya, sudah waktunya minum obat soalnya."

Ardham mengangguk lemas. Tak rela jika Nadine ke kamar Marvin.

Ardham menekan bibirnya, Kenapa bibir dan hatinya selalu tidak sejalan. Apakah ini karena rasa Ego nya?"

Segera Nadine keluar dari kamar Ardham dengan membawa piring serta secangkir kopi yang masih utuh.

***

Bella datang tepat pukul delapan, sebelum menemui Ardham, Bella menemui Marvin di kamarnya. Ada Nadine di samping Marvin yang tertidur pulas.

"Kalau Marvin tidur, tidak perlu di tunggui Nad, bisa manja Marvin nanti." nasehat Bella

"Tidak apa tante, ini juga lagi baca Novel, jadi ga terlalu capek dan bosan." jelas Nadine.

"Nadine, tante mau tanya sama kamu..kamu harus jawab jujur sama tante ya?"

"Ya tante, tante mau tanya apa." Nadine mulai gugup.

"Sudah berapa lama kamu tinggal sama Ardham?"

"Sejak Nadine bayi tante..cuma sejak Nadine SMA paman sudah tidak serumah lagi sama Nadine karena paman menikah sama Bi An." jelas nadine.

"Benarkah, Ardham sudah menikah?" tanya Bella tak percaya, dia yakin ada sesuatu yang di sembunyikan Ardham di sini. Karena dari orang kepercayaannya Ardham masih berstatus perjaka.

"Ada apa yah tante?" Nadine sedikit heran,

"Tidak apa-apa sayang." jawab Bella tenang.

"Baiklah nad, jaga Marvin ya...tante akan menemui Ardham dulu." Bella mengecup kening Nadine dan berjalan keluar kamar.

Di ruang kerja Ardham, Abay sudah duduk bersama Ardham di sofa.

Bella datang mengetuk pintu dan membukanya berlahan, dan segera menguncinya dari dalam.

"Duduklah Bell." ucap Ardham menggeser duduknya dekat dengan Abay.

Abay tersenyum pada Bella dan menyapanya dengan ramah.

"Hai Bell, aku Abay sahabat Ardham."

"Senang berteman denganmu Bay." sahut Bella

Ardham menatap Abay dan Bella bergantian.

"Ayo sekarang kita fokus ke masalah Arsen dan Kayla."

"Bella apakah kamu ada bukti yang otentik dari Arsen dan Kayla?" tanya Ardham

"Aku tidak punya bukti Dham, tapi tiga hari sebelum kejadian kecelakaan itu...Arsen dan Kayla datang ke rumah dan cerita soal pamannya Robet yang marah-marah tak jelas dan mengancam Arsen untuk segera meninggalkan negara ini. Dan itu katanya demi kebaikan Arsen dan Kayla. Dulu Kayla pernah cerita, Arsen adalah anak tunggal William. William terkenal sebagai pengusaha yang sangat kaya raya, Dan Robet adalah kakak tiri William, Robet waktu itu juga seorang pengusaha yang kaya, namun lebih sukses di dunia politik. Entah kenapa waktu Arsen dan Kayla ke rumah, dia menyerahkan semua aset perusahaannya padaku dan Dave, mereka pesan agar aku menyimpan semua dokument yang ada, tanpa boleh ada yang tahu. sampai saat Nadine putri Arsen berusia 21 tahun, bahkan Kayla menjodohkan Marvin dan Nadine, agar Marvin bisa menjaga Nadine yang katanya dalam bahaya. Yang anehnya Aku dan Dave di larang mencari keberadaan Nadine sebelum usianya 21 tahun. Karena Nadine Arsen bilang Nadine sudah berada di tangan yang aman, yang bisa menjaga Nadine. Sampai sekarang aku pun tidak tahu siapa yang menjaga Nadine itu, apakah itu kamu Dham?" cerita Bella panjang lebar dan bertanya pada Ardham.

Ardham dan Abay saling berpandangan. Dari cerita sekilas Bella, tak jauh beda dengan surat yang di simpan Arsen di almari Ardham. Ardham menatap Abay.

"Bay, tunjukkan surat Arsen pad Bella, biar Bella membacanya."

Abaypun mengambil secarik kertas yang sudah di laminating oleh Abay agar tidak mudah rusak. Bellapun menerima kertas itu dan segera membacanya.

"Ardham, jika nanti ada sesuatu yang terjadi padaku jagalah peri kecil untukku. Aku percayakan Nadine padamu. Nyawa Nadine terancam Dham, karena hanya Nadine garis keturunanku. Samarkan identitas Nadine agar dia bisa selamat dari bahaya yang mengintainya sewaktu-waktu. Satu hal yang tidak aku bisa percaya dham seorang yang begitu aku percaya, sebagai pengganti Ayahku telah menusukku dari belakang. Semua harta Ayahku dengan surat wasiat yang ada, yang seharusnya jadi milikku dan Nadine telah di rampasnya. Namun keadilan berjalan harta tidak akan bisa di milikinya selagi surat wasiat itu masih ada tanda tanganku dan Nadine yang nanti sebagai pewarisku. Surat wasiat itu telah di ubahnya dengan cara yang licik, namun tidak akan ada gunanya jika tanpa ada tanda tangan ku dan Nadine. Dham pastikan jika Nadine sudah berusia 21 tahun dia tidak akan menandatangani surat wasiat yang palsu itu, Dan pastikan Nadine hanya menandatangani surat wasiat tembusan yang di simpan oleh Notaris perusahaan William Group Tuan Yang. Karena hanya surat tembusan itu yang aku miliki untuk melawan Robet. Dan Robet tidak mengetahui surat tembusan itu. Surat wasiat itu akan beralih dengan sendirinya menjadi milik yayasan William Care jika Nadine masih belum menandatangani sampai batas waktu di usia 21 tahun. Aku minta padamu jaga Nadine dengan memakai identitas orang lain, dan besarkan Nadine tanpa ada yang mengetahui jika Nadine adalah putriku. Terutama paman Robet, jauhkan Nadine dari pandangannya. Aku percayakan hidup peri kecil padamu Dham..ARSEN."

Bella menghela nafas panjang, cerita Arsen dan Kayla padanya, ada kaitannya dengan surat Arsen yang di berikan Arsen pada Ardham. Bella menatap Ardham dan mengembalikan surat Arsen pada Ardham.

"Dham, Abay, apakah kamu sudah mencurigai orang ini sejak lama?" tanya Bella, karena Bella sudah bisa mengambil kesimpulan dari surat Arsen serta cerita Arsen dan Kayla padanya. Ada satu nama yang membuat hidup Arsen dan Kayla merasa terancam. Yaitu "ROBET"

Abay, mengeluarkan hasil rekamannya dengan Kenzi dan juga Diary Kayla dan di letakkan di atas meja.

"Aku dan Ardham sudah mencurigainya tapi kita tidak ada bukti atas kematian Arsen dan Kayla. Dan ada satu pertanyaan, kalau memang tanda tangan Nadine sangat penting bagi Robet. Kenapa Robet malah menginginkan kematian Nadine?" ucap Abay menatap Ardham dan Bella bergantian.

Ardham menekan pelipisnya merasakan pusing di kepalanya.

"Apakah Robet punya rencana lain? hingga berniat membunuh Nadine tanpa memikirkan pentingnya tanda tangan Nadine?" tanya Ardham pada Abay dan Bella.

"Kita harus tahu rencana Robet ini." lanjut Ardham.

"Dham, kenapa kita tidak mencari Tuan Yang saja, bukankah yang terpenting Nadine bisa menandatangani surat tembusan itu?" tanya Bella.

"Masalahnya Tuan Yang sudah tidak berada di William Group lagi, kita sudah mencarinya namun tak ada jejak." jawab Ardham.

"Bay, coba kamu masukan orangmu di William Group, agar bisa mengetahui rencana Robet sebenarnya." perintah Ardham.

"Aku juga sedikit penasaran Bay, aku ingin kamu datang ke yayasan William care, kamu cek Yayasan William Care di bawah naungan siapa?" lanjut Ardham dengan pikiran yang mulai lelah.

"Oke Dham." sahut Abay cepat.

"Aku rasa aku harus pulang dulu, ini sudah larut malam...jika aku sudah mendapatkan info yang terbaru, aku akan memberitahu kalian." lanjut Abay, sambil membereskan bukti-bukti yang ada.

"Oke aku pulang dulu ya, bye Dham, Bella." Abay berjalan ke arah pintu dan keluar.