Detik yang terus bergerak maju membuat Amira lelah sendiri. Pukul tujuh lewat tiga puluh menit, senja sudah lewat dan makanan di meja makan sudah dingin. Terlepas alasan Hendry yang tidak biasanya meningggalkan rumah cukup lama, rasanya Amira tak punya alasan menunggunya lebih lama untuk makan malam.
Amira mendatangi kamar Vero, seperti dua jam lalu, orang itu masih meringkuk tidur dengan rantai yang kadang-kadang bergemerincing ketika ia tak sadar menggerakkan kaki dan tangannya. Amira menyentuh bahu orang itu. Sontak, Vero membuka matanya. Ia menjauhkan tubuhnya dari Amira. Seakan Amira adalah ancaman dan sepanjang waktu orang itu harus waspada. Vero mengucek-ucek matanya. Ia memandangi wajah Amira dan piring berisi makanan yang ada di tangan Amira secara bergantian.
"Anda tidak mengenal aku?" tanya Amira datar.
Vero diam.
"Lihat padaku baik-baik. Coba ingat-ingat lagi, apa aku pernah menyakiti Anda?" tanya Amira lagi.
