Reina berdiri di samping tempat tidur sambil melipat tangan di depan dada. Sesaat, ia memperhatikan tubuh panjang yang tertelungkup di atas bed cover.
"Kamu sakit?" tanya Reina yang tanpa permisi langsung meraba leher Hendry.
Hendry menangkap tangan Reina, "Jangan hiraukan aku!" ujarnya malas. Ia memutar tubuhnya, langit-langit ruangan kini terlihat jelas.
Reina memalingkan wajahnya saat Hendry mulai menegakkan punggungpp sembilan puluh derajad. Kemeja Hendry yang tidak terkancing membuatnya merasa tidak nyaman. Pria dua puluh sembilan tahun dengan badan cukup atletis dan lingkar tangan tak terlalu besar. Itu sempurna. Reina menelan ludahnya sendiri, ia mencoba membuang bayangan tentang Hendry yang entah sejak kapan mengganggu inderanya.
"Aku juga seorang dokter, aku tahu kondisiku," Hendry yang kemudian menghela napas. Ia merasa lemas sejak siang dan setelah satu jam tertidur ia merasa telah dipukuli ribuan orang, badannya remuk dan sulit sekali untuk berdiri.