Hendry kembali memperhatikan Vero. Ia memajukan punggungnya, "Apa kamu berniat membunuhku?" tanya Hendry dengan tenang. Ia harus tahu seberapa lihai otak Vero merangkai sebuah cerita.
Garis bibir Vero tertarik ke kiri dan tatapannya tegas menantang Hendry, "Aku samasekali tidak punya niat untuk membunuh. Sudah kubilang aku adalah pembunuh bayaran. Aku bekerja atas perintah."
"Lalu, siapa yang memerintahkanmu… untuk membunuhku?"
Vero terkekeh. Hendry sepertinya membuat Vero lebih bersemangat. Vero ikut memajukan punggungnya, "Sini… kemari…," Vero meminta Hendry agar lebih dekat. Ia ingin membisikkan sesuatu. "Ini sebenarnya rahasia," katanya memulai dengan intonasi yang lebih rendah. "Presiden! Presiden sekarang yang memintaku membunuhmu!" ucap Vero tepat di depan telinga Hendry. Vero terkekeh lagi.