Chereads / Brigh Pearl Ming Zhu / Chapter 7 - Urusan Hati, Tidak Berguna

Chapter 7 - Urusan Hati, Tidak Berguna

"Ada apa?" Raja Zhian tidak tahan untuk tidak bertanya. Wang Mo Ryu tidak terlihat bersemangat untuk turun ke bumi. "Wajahmu juga terlihat lebih pucat."

"Entahlah! Aku hanya merasa lemah. Setelah kasus ini, mungkin aku akan meminta waktu untuk bersemedi!"

"Kau tidak harus ikut jika memang tidak enak badan!" Raja Zhian menasihati. Ia melihat Wang Mo Ryu seperti baru saja pulang dari pertarungan yang hebat. Yang begitu menguras energinya.

"Apa itu karena Ming Zhu, kau seharusnya menyesal tidak membunuhnya dulu!" sela Yu Jian Hua.

Wang Mo Ryu diam. Seolah terbiasa dengan kesinisan yang dilontarkan oleh Penasihat Istana, ia melanjutkan langkahnya. Benar, jika energinya terkuras saat bersama Ming Zhu. Tapi, itu hanya rutinitas yang harus ia jalani. Yang lebih buruk adalah sikapnya terhadap Ming Zhu di dua malam sebelumnya. Setelah kejadian itu, Wang Mo Ryu menjadi penakut. Ia berusaha menghindari Ming Zhu dan jika pun mereka berhadapan, tidak banyak yang bisa Wang Mo Ryu katakan. Segalanya membuat Wang Mo Ryu gugup. Mungkin rasa bersalah itu tidak ada, tapi siapa yang menyangkal bahwa Wang Mo Ryu telah melakukan hal tidak pantas. Ming Zhu mungkin terlalu lugu, dia tidak akan paham arti pelukan dan ciuman yang diberikan Wang Mo Ryu. Dan justru di sanalah letak ketidakbijaksanaan Wang Mo Ryu hanya agar hasratnya terpenuhi. Ketika Wang Mo Ryu bertanya, "Apa kau akan mengatakan apa yang terjadi tadi malam kepada orang lain?" Ming Zhu justru balik bertanya, "Kenapa, Laoshi? Apa ada yang harus kurahasiakan?" Wang Mo Ryu menunduk sambil sedikit tersenyum. Pada akhirnya ia sadar, bahwa ketakutan hanya miliknya, dan perasaan sayang yang berbuah kekhawatirkan pun hanya ia yang menyandangnya. Itu bagus, sudah seharusnya Ming Zhu tumbuh bahagia tanpa ada yang membebani hatinya.

Tengah malam ketika ketiga penghuni Yueliang Palace harus turun ke bumi. Jalan yang mereka tapaki adalah jalan dari susunan batu alam yang basah oleh sisa-sisa hujan. Begitu dingin dan senyap. Bau darah tercium pekat dari satu mayat yang tergeletak di tepi jelan. Masih menggelepar dia, meski dada kirinya telah berlubang.

Yu Jian Hua dan Wang Mo Ryu berhenti di sisi jasad, sementara Raja Zhian terus berjalan mengikuti jejak tetesan darah yang mengarah ke ujung jalan. Sayangnya tetesan darah itu tidak terlihat lagi setelah seratus meter. Ia menerawang ke gedung-gedung tua dan langit malam, tentang makhuk yang kemungkinan membawa jantung itu, apakah dia melompat ke atas, terbang atau memang punya kemampuan untuk benar-benar menghilang.

"Dilihat dari lukanya, siapa pun bisa melakukannya!" Yu Jian Hua mengawali. Secara sederhana, ada yang mencongkel jantung mayat tersebut. Dan pelakunya seharusnya memiliki jari yang cukup panjang dan kuku yang cukup tajam, juga kuat, untuk menusuk tulang rusuk si korban. Bisa saja itu dilakukan manusia, yang mungkin memiliki alat serupa.

"Benar. Tapi, jika itu hanya manusia. Apa kita terlalu bodoh untuk tidak bisa menangkap bau yang mereka tinggalkan. Pelakunya punya kemampuan lebih dari itu, lagi pula targetnya jelas bukan manusia biasa. Tapi, golongan ini, sejak seratus tahun terakhir sebenarnya tidak lagi istimewa dan mungkin mereka termasuk golongan yang tidak lagi percaya terhadap kekuatan seperti yang kita punya. Kecuali sisa-sisa darah leluhur mereka yang masih mengalir dan menimbulkan aroma berbeda, adalah satu-satunya alasan yang membuat mereka menjadi korban sekarang," Wang Mo Ryu mengarahkan cahaya putih yang membuat jasad di hadapannya berteleportasi ke suatu tempat yang lebih layak untuk kemudian dimakamkan.

"Ya. Ini seperti yang sudah kita dengar! Energi hidup manusia selalu menjadi makanan yang lezat untuk para iblis. Aku takut ini akan menjadi sangat sulit. Sekarang, mari kita berpencar!" perintah Raja Zhian.

Lalu, di langit terlihat pendar cahaya yang menuju tiga penjuru. Seperti meteor yang mengarah pada kaki langit, hingga cahayanya menghilang dan menyisakan misteri yang sulit diungkap oleh manusia.

<>

Wang Mo Ryu kembali ke Clair Art School, sekolah yang ia bangun dan menjadi tempat tinggalnya ketika di bumi. Bulan Oktober yang basah dan keemasan, yang membuatnya bertanya tentang bagaimana menghadapi musim beku yang semakin dekat. "Perasaan ini... tidak mungkin!" batin Wang Mo Ryu sambil meratapi ranting ceri dari jendela kamar yang terbuat dari susunan kayu besi purba. Ming Zhu punya kemampuan itu, kemampuan untuk membuat orang yang ia isap darahnya merasa sangat nyaman dan rasa nyaman itu tidak akan berakhir sampai darah itu habis dari venanya. Jika dihentikan, yang tersisa hanya adiksi yang begitu menyiksa.

Namun, tetap saja tidak berguna meski tahu faktanya. Ketenangan seolah hilang, langkahnya seperti dirantai dan dituntut untuk berjalan kembali pulang. Lalu, setiap kali ia mengedipkan mata, sosok Ming Zhu selalu hadir dengan senyuman yang riang.

"Tuan! Anda sudah kembali?"

Pertanyaan basa-basi dilontarkan oleh Fredy. Tentu saja tuannya harus berada di sana, untuk mendengar apa yang sudah Fredy dan Grim dapatkan.

"Kami sudah memeriksa rekaman CCTV di tempat kejadian, tapi sepertinya CCTV lebih dulu dirusak sebelum pembantaian dilakukan! Kami juga mencoba mencari beberapa saksi, hanya saja semuanya berubah jadi tidak waras. Mereka melontarkan kata-kata yang kurang bisa dipahami, tentang monster, tentang iblis, " jelas Fredy.

Wang Mo Ryu menyela, "Jika dilakukan oleh hantu, maka CCTV tidak akan mampu menangkap frekuensi mereka. Tapi, bangsa kita masih bisa melihat sosok mereka melalui rekaman. Lagi pula, tidak banyak hantu yang mencapai kekuatan untuk membunuh manusia secara langsung dan mengintervensi benda-benda yang ada di bumi. Mereka hanya serupa bayangan transparan yang mengisi bagian dari bumi. Dan manusia...jelas tidak mungkin. "

"Maksud Anda, Tuan!"

"Ini bentuk pemberontakan, yang dilakukan oleh sebangsa kita sendiri. Sudah sejak lama Raja Zhian melakukan lobi ke sana-kemari untuk alasan perdamaian. Semua makhluk yang berpotensi merusak, dimusnahkan, sebagian kekuatan mereka disegel. Jufeng Mo, Black Finger, ketika nama-nama itu disebutkan, maka ketenangan saat ini hanyalah semu. Karena sebenarnya, Yueliang Palace tidak pernah berhenti untuk mengawasi pergerakan mereka."

"Apa Anda punya bayangan siapa yang patut untuk dicurigai?" tanya Fredy.

Wang Mo Ryu diam sejenak, "Aku ingin bertemu para saksi! Aku masih tidak percaya jika mereka masih hidup setelah apa yang mereka saksikan."

...

Di sisi lain, fajar yang baru saja muncul memperlihatkan pemandangan yang anggun dari seorang Yu Jian Hua. Laki-laki itu berbaring, terpejam di atas kursi santai yang dilapisi mantel rubah. Sekilas seperti sedang tertidur, namun sebenarnya ia sedang menandai di mana saja sang manusia istimewa berada. Akan ada cahaya yang memendar ke langit tentang posisi mereka, cahaya itu akan bisa dilihat juga oleh Wang Mo Ryu dan Raja Zhian. Suatu saat cahaya itu memudar atau menghilang, maka mereka bertiga patut waspada. Cahaya paling kuat, berasal dari perempuan setengah baya dan anaknya yang baru menginjak usia dua puluhan di Slavidion. Isabel, seorang Denova, dan anak laki-lakinya memilki setengah aroma Black Finger. Jika saja Wang Mo Ryu meletakkan kekuatan William ke dalam tubuh anak itu, maka dia akan menjadi pengendali sempurna. Anak itu tidak akan berubah menjadi iblis meski ia memilki kekuatan Black Finger. Untuk dua orang itu, sepertinya Yu Jian Hua tidak perlu khawatir, Wang Mo Ryu akan melindungi mereka dengan sekuat tenaga.

Tidak lama kemudian, ada yang mengusik Yu Jian Hua. Derak pintu dan aroma kelinci kecil yang coba menerobos masuk. Yu Jian Hua terpaksa bangkit, ia kemudian turun dari roof top melalui tangga yang langsung sampai ke ruang tengah. Perlahan, jubah yang menyelimuti tubuhnya berubah menjadi sweater biasa dengan celana denim hitam yang tidak terlalu ketat. Rambutnya terurai, ujungnya seolah terbakar dan menghilang. Pada akhirnya, Yu Jian Hua akan terlihat wajar dengan wujud manusianya.

"Akhh! Siapa kau?" seseorang histeris. Perempuan dengan celana jeans dan kemeja kotak-kotak. Rambut yang telah dikuncir satu, tetap terlihat berantakan. Dan lebih buruk lagi, ia mengenakan kacamata round frame dengan kacanya yang mungkin lebih tebal dan buram dari kaca jendela rumah Yu Jian Hua. Satu-satunya yang patut dibanggakan dari sosok itu, adalah kulit tubuh yang seperti daging buah persik.

"Seharusnya aku yang bertanya. Ini rumahku dan aku tidak pernah melihatmu sebelumnya!"

"Rumahmu? Ah, tidak mungkin!" tunjuknya terkaget-kaget.

"Tidak mungkin?"

"Pemilik rumah ini adalah penulis terkenal Yu Jian Hua. Yu Jian Hua seharusnya lebih tua sekarang!"

"Aku tidak punya waktu untuk meyakinkanmu, lagipula kukira itu tidak berguna. Pergi saja dari sini!"

Sang tamu tidak diundang diam sejenak. Ia kemudian memeriksa tumpukan berkas yang ia bawa. Ada foto kecil yang terpampang di lembar akhir dari novel yang ditulis sendiri oleh Yu Jian Hua. Memang mirip. Tapi, foto itu seharusnya sudah sangat lama, mungkin diambil belasan tahun yang lalu. Tidak ada yang lain karena selama ini penerbit memang hanya punya satu foto itu.

"Kau ingin aku percaya? Sudah setahun sejak aku menjadi editornya, aku memang belum pernah melihat Tuan Yu. Dia hanya meninggalkan tulisannya di atas meja ini setiap bulan, sesuatu yang ia tulis kadang di dedaunan kering, bilah bambu dan kertas-kertas tua. Tugasku adalah menyalin itu ke komputer dan memastikan semuanya jadi enak di baca. Tapi, aku tidak bodoh untuk menganggapmu Yu Jian Hua. Kupikir kau hanya pencuri yang terobsesi dengan Tuan Yu. Jika kau tidak pergi, aku akan memanggil polisi."

"Dengan berkata begitu, apa kau tidak takut aku akan memenggal kepalamu lebih dulu?"

Perempuan culun mengarahkan ujung pulpen yang tajam ke Yu Jian Hua.

Yu Jian Hua tertawa, "Dasar tidak berguna!" katanya merubah posisi menjadi penodong. "Memang, ke mana Lidya?" tanya Yu Jian Hua kemudian.

"Dia... mengundurkan diri setahun lalu. Kupikir dia meninggalkan surat untuk Tuan Yu! Bulan lalu ia meninggal dunia! Jangan berbohong lagi, jika kau Yu Jian Hua, tidak mungkin kau tidak tahu soal itu."

Perlahan Yu Jian Hua menurunkan tangannya. "Meninggal dunia?" sebutnya tidak percaya. Ia lupa ia sedang di dunia manusia sekarang. Umur manusia mungkin hanya sepanjang helaian rambutnya saja. Selama dua puluh tahun, sepertinya hanya empat kali mereka pernah bertemu. Tapi, Yu Jian Hua tahu persis tentang kebiasaan Lidya menuliskan surat setiap bulan untuk ia baca. Yu Jian Hua memeriksa bagian meja kerjanya dan menemukan surat yang amplopnya telah menguning di antara tumpukan buku sejarah. "Aku sempat berpikir memang agak aneh karena aku tidak menerima suratnya selama satu tahun terakhir. Sangat disayangkan aku belum sempat mengucapkan terima kasih kepadanya dan tidak hadir ke pemakamannya!"

Perempuan culun menatap heran. Apa yang ia dengar berbeda dari yang tampak. Ia tidak melihat sedikit pun ekspresi penyesalan dari orang di hadapannya.

"Oh, ya! Siapa namamu?"

"Lisa!"..."Oh, aku tidak seharusnya menyebutkan namaku! Kau orang asing!" ralatnya.

"Ok, Lisa! Selesaikan saja pekerjaanmu. Mungkin akan sulit bertemu denganku, tapi kau akan mendapatkan naskah baru di periode tertentu di meja ini. Jadi, penerbit tidak akan merecokimu!"

Lisa mengangguk, kemudian menggelengkan kepalanya.

"Hey! Aku masih tidak yakin kalau kau benar Yu Jian Hua!" panggilnya pada laki-laki yang sepertinya hanya berada di akhir dua puluhan.

Namun, Yu Jian Hua tidak peduli dan terus masuk ke kamar.

...

Tirai dan jendela bergeser dengan sendirinya. Angin seketika mengguncangkan lonceng yang digantung dekat jendela. Lentingannya membentuk frekuensi bunyi tertentu, yang mengusik namun menenangkan.

Tuan! Bagaimana kabarmu?

Kalimat pertama yang dibaca Yu Jian Hua ketika surat dibuka.

Kukira ini akan menjadi surat terakhir yang kutulis untukmu. Sepertinya waktu sangat cepat berlalu, tapi tidak bagimu. Hanya aku yang bertambah tua dan kau tetap seperti dua puluh tahun lalu saat pertama kali kita bertemu.

Seharusnya aku merasa takut setelah kita bertemu untuk kedua, ketiga, dan keempat kalinya. Kubilang kau bukan manusia. Tapi,mungkin karena aku terlalu suka apa yang kau tulis, terlalu mengagumi dirimu, maka aku mengabaikan ketakutan itu dan memilih bertahan hingga hari ini. Pada akhirnya, aku sadar bahwa kau bukan makhluk yang patut ditakuti. Aku senang bekerja denganmu meski sekarang aku harus berhenti. Tubuh tuaku memaksaku harus menyerah.

Tuan! Kudoakan kau sehat selalu dan terima kasih untuk semua hal yang telah kau berikan untukku. Selamat tinggal!

Surat itu, seperti surat-surat sebelumnya, hanya akan ditumpuk di laci meja samping tempat tidur. Tidak dikunci, tapi selain Yu Jian Hua, tidak ada yang bisa membukanya. Yu Jian Hua memang tidak pernah peduli dengan urusan hati. Yang kadang menjadi bagian tidak berguna bagi diri manusia. Lidya, di surat-surat sebelumnya, menyiratkan bahwa ia punya rasa cinta itu untuk Yu Jian Hua. Namun, Yu Jian Hua merasa tidak harus melakukan apa-apa. Ia biarkan perempuan itu dengan fantasi dan harapannya sendiri. Mereka akan bertemu ketika Yu Jian Hua ingin bertemu dan selebihnya tidak ada yang terjadi. Hanya kadang-kadang Yu Jian Hua membalas surat-surat tersebut dan kadang-kadang Yu Jian Hua hanya meninggalkan hadiah kecil yang ia bawa dari Yueliang Palace di atas meja. Pada akhirnya, Lidya harus mengerti bahwa itulah hal terbaik yang bisa Yu Jian Hua lakukan.

<>

"Soal cinta... itu omong kosong! Dan pengorbanan adalah sebuah kebodohan!"

Raja Zhian memiringkan kepalanya.

Wang Mo Ryu sebenarnya setuju dengan prinsip yang diucapkan Yu Jian Hua. Tapi, pada akhirnya itu hanya akan membuat Diran dan William terhina. Maka itu, ia diam saja.

"Kau hanya belum pernah merasakan bagaimana jatuh cinta!" sebut Raja Zhian.

"Memang Baginda pernah?" sela Wang Mo Ryu.

Raja Zhian tersenyum, ia menggelengkan kepalanya, "Aku tidak seberuntung itu!" katanya. "Kukira aku hanya ingin menjadi bahan lelucon untuk hidup kita yang panjang ini. Aku tidak bisa mengharapkan itu dari dua penasihatku!"

Wang Mo Ryu tersenyum sinis. Raja mereka sepertinya terlalu cerdas memilih istilah untuk Wang Mo Ryu dan Yu Jian Hua yang selalu bersikap dingin.

"Xiao Ryu, kau lebih berpengalaman tentang manusia. Bagaimana menurutmu?" Raja Zhian bertanya lagi.

Wang Mo Ryu menghela napas. Ia menoleh pada dinding kaca besar yang memperlihat betapa kecilnya kota dilihat dari sana, restoran mewah di lantai 21, yang sepi dan terasa pengap. Tidak lama, Isabel datang bersama seorang pemuda yang sekilas membuat Wang Mo Ryu pangling. Bahkan kerutan di keningnya mengingatkan Wang Mo Ryu pada kenalan lama yang sudah hampir lima belas tahun meninggalkan mereka.

Isabel juga tampak luar biasa. Wajahnya tak berubah meski usianya sudah hampir setengah abad. Pertemuan yang diingat Wang Mo Ryu adalah saat Isabel berlutut di hadapannya untuk keselamatan William kesekian kalinya. Isabel meminta Wang Mo Ryu agar kekuatan Black Finger dikembalikan ke tubuh William, dengan begitu dia tidak akan mati segera. Saat itu Wang Mo Ryu hanya bilang bahwa manusia terlalu egois. Dan beberapa hari kemudian mereka bertemu lagi di pemakaman. Sempat Wang Mo Ryu bertanya, "Apa kau akan membenciku?" dan Isabel hanya menggelengkan kepalanya.

"Lama tidak bertemu!" senyum Isabel mengembang dan tentu saja Wang Mo Ryu menyambut itu dengan keramahan yang membuat Raja Zhian terkejut sendiri.

Isabel adalah murid tercantik yang Wang Mo Ryu punya, dia malaikat berkemampuan iblis untuk membuat seseorang merasa tergoda.

Wang Mo Ryu berdiri, "Aku benar-benar tidak menyangka kau masih mau datang saat kuminta!"

"Tentu saja!"

"Hey-hey! Apa kau tidak mau memperkenalkan kami pada Dewi secantik ini?" sela Raja Zhian. Raja Zhian berdiri dan menunggu.

"Ini.... Zhian Yu Fei," sebut Wang Mo Ryu merasa agak tidak sopan, tapi itulah nama sebenarnya dari Raja Zhian, "yang di belakang, Yu Jian Hua. Mereka... bukan manusia!" sebut Wang Mo Ryu membuat Isabel terperangah.

"Meskipun aku bukan manusia, kamu bisa mengandalkanku. Aku juga tidak keberatan kalau kamu sudah punya anak," Raja Zhian menyodorkan tangannya. Dan semua orang akan merasa aneh karena Raja Zhian tidak punya tampang playboy. Dia tidak berbakat dalam merayu.

Tanpa pikir macam-macam, Isabel menyalami Raja Zhian.

Namun, "Tuan-tuan! Apa sudah selesai perkenalannya?" laki-laki muda di belakang Isabel bersuara. Sudut matanya meruncing, seolah tidak terima dengan apa yang terjadi di hadapannya.

"Ah, Alex!" sebut Isabel sambil menggenggam lengan anaknya. "Maaf!" sebut Isabel kemudian pada Wang Mo Ryu dan kedua orang yang masih asing baginya.

"Tidak apa-apa! Pasti sangat berat untuknya menjaga dirimu! Jika disandingkan, kalian hanya seperti pasangan remaja biasa!" Wang Mo Ryu menyoroti orang yang disebut Isabel sebagai "Alex". Bentuk mata; lekukan alis; ekspresi; dan garis bibir pemuda itu, semua mewarisi apa yang William punya. Kecuali warna kulit yang tidak sepucat ayahnya. Seharusnya, Alex juga memilki tanda lahir berupa sayap di punggungnya. Semacam segel yang akan terbuka jika suatu saat ia terpapar dengan kekuatan Black Finger.

"Apa tidak apa-apa jika dia juga mendengarnya? Apa dia sudah mengerti siapa ayah dan ibunya?" tanya Yu Jian Hua to the point. Menjengkelkan baginya untuk mendengar begitu banyak basa-basi.

Sejenak suasana menjadi begitu canggung. Hingga Isabel mengeluarkan senyum yang terkesan dipaksakan. Ia dan anaknya kemudian bertatapan. Segala cerita yang terjalin, Isabel sadar Alex tidak akan mudah percaya. Tapi, selama ini bukankah ia melihat sendiri, tentang tidak hanya manusia yang hidup di dunia ini. Mereka bukan hanya sekadar teman imajinasi bagi Alex kecil. Seberapa keras pun Isabel berusaha untuk menghindar dari dunia yang pernah menjadi tempat William, takdir selalu saja menggiringnya kembali. Kekuatan alami Alex diberkati.

"Aku tahu," tegas Alex. Tatapan tajam pada Yu Jian Hua.

"Berarti kau juga tahu bahwa kau dan ibumu berada dalam bahaya?" Raja Zhian bertanya lagi.

Alex tertunduk diam. Tentu saja ia tidak ingin hal buruk menimpa mereka. Menurutnya, hidupnya sudah cukup damai sekarang.

"Ambilah liontin ini!" Liontin giok biru Fenghuang. Saat disentuh, akan terasa seperti menyentuh es. "Phoenix seharusnya melambangkan elemen api, tapi apa yang kau terima ini adalah bentuk yang sudah dikendalikan. Benda ini akan berguna untuk melindungimu. Bukan karena aku terlalu baik, hanya karena aku tidak mau berurusan dengan iblis yang telah memakan jantungmu. Itu merepotkan!" Yu Jian Hua meletakkan begitu saja liontin itu di atas meja. Ia kemudian berdiri dan samar-samar Alex melihat wujud asli Yu Jian Hua. Apa yang dikatakan Wang Mo Ryu tentang, "Bukan manusia" mulai dipahaminya. Dan mereka meminta bertemu saat itu, tidak ada maksud lain kecuali ingin melindungi.

"Kukira urusanku sudah selesai! Aku mohon diri, Baginda!" katanya bersikap hormat hanya pada Raja Zhian.

Helaan napas Raja Zhian terdengar. Sedikit kecewa dengan pertemuan mereka yang seharusnya menyenangkan. Tapi, Yu Jian Hua menghilang lebih dulu. "Sudah! Sudah! Tidak apa-apa. Xiao Hua memang suka begitu!" Raja Zhian menggiring Isabel agar lebih dekat. Ia menyodorkan satu kursi yang berada dekat dengannya untuk Isabel. "Pesanlah apa pun! Semua kami yang bayar! Masih banyak hal yang perlu kita bicarakan!"

<>