Lima belas tahun kemudian...
"Ming Zhu! Kau di mana? Aku datang! Apa kau tidak merindukanku?"
Napas Ming Zhu berubah cepat, bulu-bulunya menegang. Paginya berubah menjadi bencana mengingat Raja Zhian yang sepertinya tidak punya kerjaan.
"Kamu kira, dengan bersembunyi di sini, Raja Zhian tidak akan menemukanmu? Lagi pula, sebagai seorang bawahan kau seharusnya menyambut kedatangannya. Sudah dua bulan dia tidak di istana!"
"Kakak Zhao, kau tidak merasakan penderitaanku! Bertemu dengannya adalah neraka," sahut Ming Zhu dari balik meja. Di atas meja, Zhao Shen sibuk menuangkan teh yang baru saja ia seduh ke dalam cangkir keramik. Seketika, gerak tangannya terhenti ketika mendengar peryataan Ming Zhu.
Zhao Shen menggeleng-gelengkan kepala, "Kamu bilang dia neraka?" katanya tidak setuju. Teh yang Zhao Shen siapkan adalah untuk Raja Zhian. Zhao Shen tahu, saat sampai di Yueliang Palace, Paviliun Ying yang pertama kali akan disambangi. Raja itu terlalu rindu pada serigala kecil kesayangannya.
"Ming Zhu! Ming Zhu!"
Suara itu terdengar semakin mendekat.
"Gawat!" Ming Zhu menggigit bibir bawahnya. Ia keluar dari bawah meja dan lari mencari tempat persembunyian yang lebih aman.
Awan-awan yang berwarna nila dengan jejeran pohon ceri yang sudah cukup tua, tidak ada tempat lagi bagi Ming Zhu untuk bersembunyi selain kamar tidur gurunya. Sebenarnya, Ming Zhu merasa ragu untuk masuk ke sana. Area pribadi Wang Mo Ryu, murid kurang ajar mana yang berani menjamahnya.
Namun, terlambat. Ming Zhu tercekat. Punggung yang lebar memakunya cukup lama.
"Ada apa?" Wang Mo Ryu baru saja selesai mengenakan jubah panjang ketika berbalik dan bertanya.
Ming Zhu merapatkan pintu kamar, "Laoshi, tolong selamatkan aku!" katanya kemudian.
Wang Mo Ryu tersenyum. "Kau mana mungkin bisa bersembunyi darinya!"
Ming Zhu diam. Ia terpana dengan senyum yang ditunjukkan gurunya. Memang benar, tidak ada hal yang serius. Raja Zhian bukanlah ancaman dan tidak ada hal yang bisa melukai Ming Zhu di Yueliang Palace.
Namun, kemudian, senyum Wang Mo Ryu tenggelam sendiri. Ia menuju tempat tidur dan duduk di sana, "Kemarilah!" perintah Wang Mo Ryu sambil menepuk-epuk pahanya.
Ming Zhu segera merubah diri menjadi sosok serigala dan berbaring di pangkuan Wang Mo Ryu. Pangkuan Wang Mo Ryu akan selalu hangat dan menenangkan baginya. Pangkuan Wang Mo Ryu selalu menjadi tempat yang paling dirindukan oleh Ming Zhu. Ada banyak hari di mana Ming Zhu terbangun di dalam pelukan Wang Mo Ryu. Ming Zhu juga selalu melayani dan menemani gurunya itu.
Tapi, sekali lagi Ming Zhu tercekat. Kembali berada di pangkuan Wang Mo Ryu seperti mimpi buatnya. Semuanya berubah sejak tahun lalu. Ketika rambut Ming Zhu berubah putih, sikap Wang Mo Ryu juga mulai berubah kepadanya.
Gurunya hanya mengatakan, "Kau harus bisa mengendalikan amarahmu. Atau aku sendiri yang akan menghukummu!"
"Laoshi, apa maksudmu?" tanya Ming Zhu.
Benar rambutnya perlahan berubah putih. Tapi, Ming Zhu tidak merasa ada yang salah dari dirinya. Sekarang, yang Ming Zhu yakini adalah Ryu Laoshi yang benci dengan penampilannya.
Lalu, apa bedanya jika hari ini adalah mimpi atau pun bukan. Ming Zhu tidak melihat gurunya selama enam bulan, dan jika pun mereka bertemu, Ming Zhu tidak lagi merasa senang sepenuhnya.
"Ming Zhu! Di sini kau rupanya!" Raja Zhian masuk ke kamar Wang Mo Ryu.
Ming Zhu kembali memejamkan matanya.
"Baginda! Mohon tidak menganggunya! Biarkan dia tidur!" pinta Wang Mo Ryu sambil mengusap-usap bulu putih Ming Zhu.
"Hey! Apa kamu juga baru datang?" tanya Raja Zhian dengan garis bibir melebar. Ia mungkin merasa iri dengan kenyataan yang ia lihat sekarang. Ming Zhu yang memilih berpura-pura tidur di pangkuan Wang Mo Ryu dibanding bertemu denganya. Namun, itu adalah wajar. Sudah seharusnya Ming Zhu lebih menghargai Wang Mo Ryu dibanding yang lainnya, bahkan seorang raja sekali pun. Tapi, Raja Zhian juga bisa merasakan betapa tertekannya Ming Zhu saat ditinggal majikannya selama berbulan-bulan. Dalam hal ini, menurutnya Wang Mo Ryu jahat dan tidak bertanggung jawab.
"Ah, padahal aku ingin mengajaknya makan daging sapi panggang. Aku bawa banyak dari bumi!" Raja Zhian ikut mengusap bulu Ming Zhu. "Ya, sudahlah! Nanti saja!"
"Daging sapi panggang?" Ming Zhu tiba-tiba berubah wujud.
Raja Zhian mengangguk, "Kemarilah!" tangan Raja Zhian terbuka lebar.
Ming Zhu berubah wujud lagi dan melompat ke dada Raja Zhian.
"Hey! Apa begitu sikapmu pada gurumu sendiri!" protes Wang Mo Ryu.
"Dia hanya terlalu pintar untuk tahu mana yang benar-benar baik padanya. Wang Mo Ryu, setelah lama berada di bumi, apa pernah kamu memikirkannya? Sekarang, apa yang kau bawa untuknya?" tanya Raja Zhian.
Wang Mo Ryu berpaling. "Ada, tentu saja ada!" Wang Mo Ryu menyodorkan sesuatu pada Ming Zhu. Sebuah lonceng kecil dengan tali pengikat terbuat dari pita sutra berwarna putih.
"Apa ini? Apa kau benar-benar berpikir bahwa dia seekor anjing?" sela Raja Zhian.
Ming Zhu mengedip lambat ketika Wang Mo Ryu mengikatkan kalung lonceng itu ke lehernya. "Lihat! Dia sangat cantik!" katanya sambil mengusap kepala Ming Zhu.
Raja Zhian menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia sendiri sebenarnya ragu bagaimana menganggap Ming Zhu. Jika Raja Zhian menghargainya sebagai seorang perempuan, maka ia tidak bisa memeluk Ming Zhu dengan leluasa seperti yang ia lakukan sekarang. Lagi pula, Ming Zhu pernah berkata, "tidak apa-apa jika guru menganggapku hanya sebagai hewan peliharaan, kukira itu akan membuat kami merasa lebih nyaman,".
Namun, Raja Zhian adalah orang yang paling pengertian sejagad raya. Ekspresi Ming Zhu berubah setiap sekali mendengar Wang Mo Ryu mengatakan, "Ming Zhu hanyalah hewan peliharaan bagiku!"
...
"Sejak aku adalah seekor anjing! Kuharap ada yang mengadopsiku! Baginda! Mohon katakan pada guruku kalau Anda akan membawaku ke kediaman Anda!" sebut Ming Zhu dengan mulut penuh dengan potongan daging.
"Kenapa tiba-tiba kamu meminta itu?" tanya Raja Zhian pura-pura tidak mengerti.
"Aku dikurung di Paviliun Ying Hua selama 15 tahun, rasanya wajar jika aku ingin melihat tempat lain."
"Gurumu baru saja datang, sebentar dia akan pergi lagi. Kukira, kamu ingin menemaninya dulu!"
Ming Zhu terdiam. Ia hanya berpikir apa yang sebenarnya diinginkan Wang Mo Ryu. "Ada atau pun tidak ada diriku, akan sama saja bagi guru. Lagi pula, sudah ada Yin Dan dan Zhao Shen," sebut Ming Zhu.
Raja Zhian menggelengkan kepalanya, "Tidak bisa," lirihnya.
"Bahkan kau tidak bisa?"
"Ya. Bahkan aku, tidak ada yang bisa merubah aturan yang dibuat Wang Mo Ryu. Sekali kau melanggar aturannya, Wang Mo Ryu mungkin akan mengurungmu di Gunung Pemusnah Diri."
"Kenapa dia bisa begitu jahat?" kesal Ming Zhu.
"Hey, jangan berpikir begitu! Wang Mo Ryu berbuat begini untuk melindungimu!"
"Jelaskan padaku! Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa aku diperlakukan seperti ini?" Ming Zhu menggenggam tangan Raja Zhian, memohon belas kasihan darinya.
"Bukan aku yang berhak menjelaskan. Tanya gurumu sendiri."
Ming Zhu menghela napas. Tentang rahasia yang menyangkut dirinya, sepertinya seluruh penghuni istana mengerti, kecuali dirinya.
<>
Siapa aku? Siapa sebenarnya diriku? Kenapa sepertinya guru tidak menyukaiku?
Pedang bergerak dengan lincah. Tidak mengarah pada apa pun, tapi sisa tebasannya mampu membuat kelopak bunga terbelah. Dua jam berlalu, Ming Zhu menyebut itu latihan, tapi dia telah membuat setengah dari tanaman di kebun bunga Wang Mo Ryu meranggas. Begitu pula ketika ia berlatih memainkan guqin, nasib bunga Wang Mo Ryu tidak lebih baik. Ada banyak sayatan yang terbentuk di kulit batang pohon ceri tanpa Ming Zhu sadari di radius 10 meter dari tempatnya memainkan guqin.
"Kau harus lebih mengontrol emosimu!"
Wang Mo Ryu menghampiri muridnya.
Ming Zhu menghentikan semua aktivitas dan memberi hormat pada gurunya. Ia tentu tidak akan meminta maaf atas ulahnya pada kebun bunga ceri. Dia sediri tidak diizinkan keluar dari Pavilian Ying Hua. Kebun bunga adalah satu-satunya yang bisa dijadikan tempat latihan.
Di dalam diri Ming Zhu telah tertanam kekuatan yang luar biasa. Kekuatan iblis Jufeng Mo yang menghancurkan. Wang Mo Ryu memilki rencana untuk membuat Ming Zhu bisa menggunakan potensi kekuatan yang ada pada dirinya. Setelah semuanya berhasil ia kuasai, Wang Mo Ryu akan mengajari Ming Zhu ilmu untuk mengontrol kekuatan itu. Hanya saja, Wang Mo Ryu sadar bahwa emosi Ming Zhu tidak stabil, dan itu membuat Wang Mo Ryu khawatir sepanjang waktu. Kekuatan yang buruk bisa saja meluap tanpa Ming Zhu sadari.
"Setiap nyawa adalah berharga, kau harus mengingat itu!" nasihat Wang Mo Ryu lagi. "Bahkan untuk sehelai kelopak bunga, kau harus menjaga mereka!"
Ming Zhu tertunduk, "Rasanya sangat sulit, Laoshi!"
"Aku tahu."
"Laoshi, apa Laoshi masih tidak mau menjelaskan kekuatan seperti apa yang sebenarnya ada di dalam diriku. Kekuatan yang membuat semua orang takut."
Wang Mo Ryu melangkah tenang. Ia memposisikan diri dekat dengan guqin yang baru saja dimainkan oleh muridnya. Saat nada menggema, kelopak bunga pelan-pelan terangkat ke atas, berputar-putar bersama angin puyuh kecil yang terbentuk. Naik dan semakin naik.
"Ming Zhu!" panggil Wang Mo Ryu.
"Ya, Laoshi!"
"Aku tidak ingin kau terbebani dengan apa yang ada di dalam dirimu. Kau adalah gadis biasa. Apa pun yang terjadi, jangan dengar kata orang. Jangan membenci dirimu sendiri. Apa kau mengerti?"
Ming Zhu menengadahkan kepalanya. Ia menatap penuh pada gurunya yang terlihat serius memainkan alat musik lima senar itu."Kupikir dia hanya menganggapku hewan peliharaan," batinnya yang benar-benar tidak bisa memahami perkataan gurunya. "Apa itu berarti kau akan mengurungku di Paviliun Ying Hua selamanya?"
Wang Mo Ryu tersenyum simpul. Ia merasa bodoh telah berbicara serius dengan murid perempuannya itu. Ming Zhu mungkin berusia 15 tahun, namun tidak ada yang ia pahami dari dirinya.
"Apa melihat dunia lain begitu penting bagimu?" tanya Wang Mo Ryu.
"Tentu saja! Aku memimpikannya begitu lama, Laoshi!" antusias Ming Zhu.
Wang Mo Ryu menghentikan permainannya. Kelopak bunga ceri mulai berjatuhan dan membuat Ming Zhu terpaku akan keindahannya. Pemandangan itu, ia kira, hanya gurunya yang mampu melakukannya. "Baiklah! Aku akan membawamu ke bumi saat kau berhasil mengendalikan kekuatanmu."
"Benarkah? Tapi, bagaimana caranya?" kerutan terbentuk di kening Ming Zhu.
"Lawan aku!" Wang Mo Ryu mengarahkan tangan ke ruangan tempat penyimpanan alat musik. Pintu terbuka, dan satu guqin melayang, mendekat kepada mereka. "Lawan aku! Hanya diriku!" perintah Wang Mo Ryu.
"Baiklah!" Ming Zhu mulai memainkan guqin yang berbeda. Iramanya tajam dan melayang membentuk mata pedang.
Wang Mo Ryu menghalaunya dengan hanya mengeluarkan sedikit tenaga dalam. Ia tidak akan menganggap itu pertarungan serius. Hanya saja, serangan Ming Zhu bertubi-tubi. Wang Mo Ryu bisa berbangga diri karena sepertinya kemampuan Ming Zhu berkembang pesat. Serigala kecil itu tampaknya sangat terobsesi untuk keluar dari Paviliun Ying Hua. Serangan Ming Zhu, bisa saja melukainya jika Wang Mo Ryu tetap menganggap itu hanya permainan semata.
Sampai pada titik dimana seseorang secara misterius berteriak. Wang Mo Ryu harus membentuk benteng pertahanan yang besar untuk melindungi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya, termasuk Ming Zhu. Kelima senar guqin yang dimainkan Wang Mo Ryu secara tiba-tiba terputus dan pertarungan berakhir.
"Ah, Ahahaha!" Ming Zhu melompat girang. "Aku berhasil! Aku berhasil!" katanya.
Wang Mo Ryu menghela napas. Ia mencoba menahan tawanya saat itu.
"Laoshi, ada apa?" heran Ming Zhu melihat gurunya yang sepertinya senang setelah dikalahkan.
"Kubilang kau hanya boleh melawanku!" jelas Wang Mo Ryu yang semakin membuat Ming Zhu bingung.
"Ah, Tuan! Kenapa harus mengajarinya berkelahi!" Yin Dan, kakek tua itu menyela.
Ming Zhu lebih dulu terperanjat melihat tampilan Kakek Yin. Rambutnya berantakan, pakaiannya koyak di mana-mana. Sepertinya ledakan besar telah terjadi, dan kakek itu terkena imbasnya.
"Aku tahu di istana ini tidak ada wanita selain Ming Zhu. Tapi, aku bisa mengajarinya memasak jika kau perintahkan. Akan lebih baik jika Ming Zhu dibiarkan hidup layaknya perempuan kebanyakan. Suatu hari dia bisa menikah dengan wajar. Bukankah itu bagus," lanjut Kakek Yin.
"Kenapa aku?" tanya Ming Zhu menunjuk dirinya sendiri.
"Dasar anak bodoh! Kau masih bertanya? Lihat! Kau membuat kerusakan dimana-mana!" Yin Dan memukul kepala Ming Zhu berkali-kali.
"Ah, Kakek!" keluh Ming Zhu yang akhirnya sadar apa yang telah ia perbuat. Sekali lagi, ia hampir menghancurkan Paviliun Ying Hua, dan itu berarti ia telah kalah tanpa gurunya harus menang.
Wang Mo Ryu berbalik. Senyumnya hilang seketika. Jauh di lubuk hatinya, dia merasa telah gagal dan tidak mengerti harus mulai dari mana lagi mengajari Ming Zhu. Ming Zhu samasekali tidak belajar untuk menahan diri. Dia seolah tidak peduli terhadap sekitarnya. Sejak Ming Zhu menunjukkan perubahan fisik ke arah bukan manusia, kekhawatiran Wang Mo Ryu berlipat ganda. Terlalu sulit untuk Wang Mo Ryu megambil sikap. Apakah dia harus seramah sebelumnya, atau menjadi tegas dan dingin kemudian.