Dalam keadaan terpaku, pikiran dan perasaanku menyatu, lalu terpecah menjadi hal yang lebih dilematis dan begitu menyakitkan, seakan jantungku diledakkan dalam satu genggaman kuat.
Sembari menatap kosong ke lantai bawah dimana Daehyun tadinya menghilang, aku menggigit bibir kuat-kuat, menahan rasa yang meluap-luap seakan menggetarkan sekujur tubuhku. Situasi ini benar-benar buruk. Kehadiran Donghae seperti mengguncang semuanya menjadi kacau dan melebur kekelaman yang paling buruk.
Waktu itu, di saat aku memilih untuk pergi, saat itulah aku berjanji akan melupakan semuanya. Tak peduli seberapa sakit dan terpuruknya aku menjalani hari demi harinya menuju pada kematian, setidaknya jiwaku masih mampu menanggung semua itu. Jika memang harus mati mengenaskan, sendiri itu masih lebih baik.