"Kau yakin?" Kalimat itu yang terlontar dari bibir Candara tepat ketika Renatta mengumumkan jika Lorne Weinston telah menikah dengan seorang wanita cantik bernama Rachel Weinston.
"Positif," jawab Renatta melampaui batas yakinnya.
"Karena aku juga yakin Lorne belum menikah."
"Darimana kau yakin?" tanya Renatta penasaran.
"Aku bekerja untuknya sekarang," jawab Candara dengan jujur. "Well, maksudku, untuk Shane."
Renatta mendengar sebuah celah dalam hatinya dikumandangkan dengan begitu merdunya. Nama itu, yang membuatnya tersipu malu di setiap detiknya. Nama yang membuat hatinya 'tak bisa lari kemanapun. 'Tak hanya nama. Namun parasnya menggiurkan dan menelan harga dirinya bulat-bulat. Renatta mencintai Shane. Begitulah yang ia tahu. Namun hingga kemarin, Lorne juga menguasai perasaannya. Ketika Lorne muncul, semuanya berubah. Sikap Lorne berubah, hatinya juga berubah. Ia mendadak jatuh hati pada Lorne. Lorne yang sekarang. Yang begitu memesona.
"Nat?" sapa Candara. Ia kira koneksi menghalangi percakapan menarik mereka. Candara memastikannya lagi. "Renatta?"
"Mmh?" Renatta terbangun dari lamunannya. "Ya."
"Ada apa, Nat? Shane masih berarti ya untukmu?" goda Candara. "Kau tahu dunia sangat sulit untuk dimengerti. Ia jatuh cinta pada sahabatku jauh setelah aku meninggalkan dirinya."
"Tapi justru aku mencintai Shane," tangkas Renatta. Ia tersenyum mengingat masa-masa yang begitu menyakiti perasaannya.
"Kasihan dirinya. Sepertinya kau orang pertama yang berhasil merebut hati Lorne."
"Shane tidak mencintaiku, Can."
"Aku tahu," jawab Candara secepat yang ia bisa. Nadanya sama sekali 'tak berkutat dengan rasa bersalah. Sungguh menyedihkan sekali Renatta di matanya. Candara tahu kata-katanya sadis, tapi yang lebih ia ketahui, hatinya terluka. Lorne jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. "Kau tidak pernah mencintai Lorne?"
"Kurasa jika kau mengatakannya 7 tahun lalu, jawabanku adalah tidak."
Candara mencerna kata-kata itu sebisanya. Renatta tidak meneruskan kalimatnya. Renatta merasa sahabatnya bisa membaca pola jawaban yang ia berikan. Ia tidak tahu jika Candara masih sama bodohnya dengan Candara terakhir yang ia temui.
"Kalau aku bertanya sekarang?" tanya Candara ragu.
"Sekarang? Aku tidak tahu."
"Bagaimana kalau kemarin?" tanyanya sekali lagi.
"Aku juga tidak tahu. Kurasa," Renatta menggantungkan kalimatnya. Ia tahu hatinya ingin berlari kemana. Tapi jika saja Shane juga disana waktu itu, akankah ia masih berharap Lorne menjadi miliknya? "kurasa aku bisa melihat cinta di mata Lorne."
"Oh..."
"Untuk Rachel."