aku duduk sambil memegang sendok nasi siap membagikan nasi yang kala itu belum juga di antarkan, para murid sudah membuat antrian panjang. hal seperti ini bukan hanya sekali terjadi, sudah sangan sering, suasana antrian sudah semakin ramai. "sabar ya dek, sebentar lagi ya" kata ku. suara triakan terdengar dari tengah tengah keramaian "segone teko,,!" (nasinya datang), seketika aku berdiri menyiapkan diri untuk mulai membagikan nasi dan sayur yang baru saja diantar, uap panas masing mengepul hingga membuat kacamata ku sedikit berembun.
ya,, kacamata ku. kacamata yang baru ku pakai sekitar 1 minggu yang lalu.
Asan namanya, laki laki yang kebetulan mengantarkan nasi ke asrama ku, katanya "kamu lebih cantik dengan kacamatamu,," aku tersenyum, mungkin pipi ku memerah waktu itu, umumnya wanita aku terbang, mumbol, kalau kau bilang seperti itu,,
beberapa hari setelah itu, seseorang berkata pada ku bahwa kau memeng menyukai wanita berkacamata, sejak saat itu aku selalu memperhatikanmu, aku mencuri curi kesempatan hanya untuk bisa melihat mu. aku terpikat pada pesona mu, semua hal tentang mu dan semua obrolan dan rayuan yang pernah kau ucapkan pada ku terus saja memenuhi pikiran ku, tanpa aku bisa memintanya pergi. mendapat sapaan dari mu sungguh sudah bisa membuat hari ku lebih terasa indah,.
sore itu aku duduk bersama seorang temen ku,, dia sedang membuka sebuah kado ulang tahun, ya,,, dia berulang tahun 5 hari sebelum hari ulang tahun ku. "seko sopo e mbak,,? " (dari siapa mbak) tanya ku pada nya, dia tersenyum "mas Asan" katanya,, ada yang berhenti derdetak sepertinya, mulut ku benar benar terkunci, entah sepersekian detik aku terdiam seperti paku yang memang sudah menancap. aku tidak percaya awalnya, tapi setelah aku melihat dan membaca selembar surat yang juga di sesipkan dalam kado itu, seketika aku hancur, jatuh pada titik yang ku rasa sangat dalam. mau tidak mau aku harus mengubur paksa rasa ku.
Empat tahun berlalu, wanita itu sudah menikah, ya tentu saja tidak kengan mu. sesuatu kembali mempertemukan kita, mulanya aku biasa saja, bahkan aku tidak lagi ingat bahwa dulu aku pernah mengagumimu, pernah juga mengubur paksa rasa ku, kini pesona mu kembali mengetuk rasa ku. rasa yang dulu pernah ku kubur paksa dengan kemarahan dan kekecawaan ku sendiri. aku tidak pernah tau mengapa aku sedemikian ini, padahal aku sendiri juga tahu bahwa membunuh paksa perasaan adalah hal yang begitu menyakitkan.
jika aku boleh meminta kepada mu, tolong jangan memberiku ku harapan, bila ahirnya hanya akan membuat ku membunuh paksa lagi rasa ku seperti 4 tahun lalu.