Siang itu, Almira sedang menyiapkan barang-barang pesanan pelanggannya. usaha yang dirintis sejak sebulan lalu sekarang sudah mulai ada perkembangannya. memang belum besar. dia membuat online shop Jilbab khusus jilbab segiempat. dia mendapatkan barang dengan berbelanja di Tanah Abang. dan untuk pemasarannya dia menggunakan marketplace oren shoffy sesuai yang disarankan oleh Aisyah dulu.
Membuka usaha Jilbab untuk saat ini memang banyak pesaingnya. tapi Almira tetap berusaha mencoba, dia lebih mengedepankan kualitas. harga sedikit mahal tapi kualitas tidak pernah mengecewakan. berjualan online memang menuntut kejujuran tingkat tinggi. karena penjual tidak bertemu pembeli secara langsung , bukan berarti penjual bisa menipu pembeli.
Almira mengingat ada hadist yang berbunyi seperti ini Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah melewati sebuah tumpukan makanan. Lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan tersebut dan jari-jarinya basah. Maka beliau bertanya: "Apa ini wahai penjual makanan?". Ia menjawab: Terkena hujan wahai Rasulullah. Beliau bersabda: "Mengapa tidak engkau letakkan di bagian atas makanan agar orang-orang dapat melihatnya? Barangsiapa menipu maka ia bukan termasuk golonganku." Riwayat Muslim.
"Alhamdulillah akhirnya selesai juga. ada 10 paket hari ini". Almira bermonolog dan tersenyum sendiri. Dia bersyukur karena pesanan yang tadinya hanya 1 atau 2 sekarang sudah bisa sampai 10paket. memang belum apa-apa dibanding olshop-olshop yang sudah besar yang sehari bisa ratusan paket. tapi Almira tetap bersyukur karena Allah masih memberinya rezeki.
Dia segera menghubungi jasa kurir untuk mengantarkan paket-paketnya.
Tak lama ponselnya berbunyi, ada panggilan masuk dari "ALVIN"
📞 "Assalamualaikum" sapa Almira
"waalaikumsalam"
"Ada apa Vin?"
"maaf Al aku ganggu ga?"
"enggak koq. emang ada apa?"
"Besok malam Insyaallah aku dan keluargaku mau silaturrahim kesana"
"Mau ngapain Vin?"
"emmm biar nanti ayahku yang menjelaskannya"
"oh, ya sudah nanti aku akan bilang sama mas Fajri"
"udah dulu ya Al, Assalamualaikum"
"waalaikumsalam". Dalam hati Almira bertanya-tanya ada apa Alvin sekeluarga mau datang kerumah kakaknya. semoga kecurigaannya tidak benar. karena saat ini dia belum memikirkan hal itu dulu.
Mereka sama-sama menutup telponnya. Almira segera keluar dari kamar menemui kakak iparnya Naura yang sedang menyuapi si kecil Rania.
"mbak Naura" Panggil Almira sambil memposisikan duduk di depan Naura dan Rania.
"iya Al, ada apa? udah selesai bungkus paketnya?"
"Alhamdulillah sudah mbak. emmm mbak tadi Alvin telpon katanya besok malam dia dan keluarganya mau datang kesini. Tapi dia nggak bilang mau ngapain".
"Ahh Al kamu ini belaga ga tau aja. Laki-laki kalau mau ketempat perempuan bersama keluarga sudah pasti untuk mengkhitbah Al. cie cie pati seneng kan? nanti mbak akan bilang sama mas Fajri. biar mas Fajri bisa hubungi Naila dan Syifa".
"masa sih mbak Alvin mau melamar Al?"
"udah deh percaya sama mbak deh .siap-siap sholat istikhoroh Al biar di beri kemantapan hati menerima pinangan Alvin".
Almira terdiam mendengar ucapan Naura. dia juga bukan anak kecil yang tidak tahu maksud kedatangan Alvin besok untuk apa. tapi bagaimana dia bisa menerima kalau hatinya masih condong pada Revan. bicara tentang Revan, Almira kembali mengingat Revan. bagaimana kabar Revan saat ini, sedang apa dia disana. apa dia bahagia bisa melepas Almira? kalau saja Revan mau jujur pada Almira, mungkin saat ini mereka masih bersama. mereka bisa mengadopsi anak kalau mau. Almira tidak pernah membenci Revan, tapi untuk kembali pada Revan sepertinya hanya bisa menunggu takdir Allah. karena saat inipun Almira tidak tahu keberadaan Revan. Apa ini jalan yang Allah tunjukkan pada Almira untuk mendapatkan seseorang yang baru?
********
"Abi, kata Almira besok malam dek Alvin dan keluarganya mau kesini lho" kata Naura sambil memasukkan nasi di piring suaminya.
"oh ya? wah kabar bagus itu mi. dia mau mengkhitbahmu Al? Fajri menoleh ke arah adiknya yang sedang menuang sayur sop dalam piringnya.
"iya mas, tapi Al ga tau mereka mau ngapain kesini. belum tentu mau mengkhitbah kan?"
"kenapa kamu kelihatan tidak bersemangat Al?" Tanya Naura.
"kamu masih mikirin Revan?" Skak mat pertanyaan Fajri benar adanya.
"sudah lah Al, sampai kapan kamu mau mikirin Revan? dia sudah melakukan hal yang benar. pernikahan itu tujuannya salah satunya adalah memperbanyak keturunan. dan perceraian itu kan bukan kamu yang minta tapi dia yang menyerah, jadi tidak ada yang perlu diperbaiki. sudahlah lupakan Revan. bukalah hatimu untuk orang yang baru seperti Alvin"
Lagi-lagi Fajri memaksakan kehendaknya pada Almira. dulu dia yang memisahkan dia dengan Alvin dan menjodohkannya dengan Revan. sekarang ketika Revan pergi malah kakaknya itu menyuruh menerima Alvin. walau sampai saat ini Fajri belum tahu yang sebenarnya.
"Mas mau telpon Naila dan Syifa biar besok kesini"
Almira tidak bisa berbuat apa-apa jikalau memang Allah menakdirkan Alvin menjadi suami nya , dia akan mencoba untuk membuka hatinya. benar kata Fajri kalau dia harus melupakan Revan.
*******
"Al, nanti kamu yang beli kue dan buah ya.menu utamanya sudah mbak pesankan ke Bu Farida nanti sore jam 5 mau diantar kesini." Naura memang tidak memasaka sendiri karena kerepotannya mengurus anaknya. jadi lebih simpel pesan ke tetangganya yang menerima pesanan katering.
"Iya mbak nanti biar Al yang beli".
Sore harinya semua sudah siap, makanan, minuman, buah dan beberapa kue sudah terhidang diatas meja. tinggal menunggu tamunya datang.
"Al, barusan mas dapat kabar kalau mbakmu Syifa melahirkan. dia harus operasi caesar katanya. jadi dia tidak bisa datang nanti malam".
"Iya mas. kapan kita jenguk mbak Syifa?"
"besok aja mungkin. kalau nanti mungkin kemaleman."
Tadinya ada kekhawatiran di hati Almira kalau Syifa datang dan tahu kalau Alvin yang datang adalah Alvin yang dulu pernah bertemu dengannya , apa Fajri masih mengijinkan dia menikah dengan Alvin.
malam pukul 7 lewat sepuluh menit, Alvin bersama kedua orangtuanya, Aisyah dan 5 orang lain yang Almira tidak kenal siapa mereka. yang pasti masih saudara dengan keluarga Alvin
"mari mari silahkan duduk Pak, Bu." Fajri mempersilakan mereka masuk, sebagai tuan rumah dia ingin menjamu sebaik mungkin.
Setelah duduk dan berbincang bincang singkat, Akhirnya lelaki paruh baya yang sekilas mirip dengan Alvin angkat bicara.
"maaf sebelumnya nak Fajri, kalau kedatangan kami merepotkan nak Fajri dan keluarga". ucap Pak Handoko ayah Alvin.
"Tidak merepotkan koq Pak. kami senang dengan kedatangan bapak sekeluarga. mohon maaf apabila sambutan kami ala kadarnya."
"Ini sudah sangat istimewa nak Fajri. kami jadi merasaa merepotkan sekali"
begini maksud kedatangan kami kesini adalah untuk mengkhitbah Almira untuk anak kami Alvin. Dan apakah nak Almira bersedia menerima anak kami Alvin?"
Almira yang mengenakan gamis berwarna silver dengan jilbab pasmina warna senada, hanya menunduk tak berani menatap kearah Alvin dan keluarganya. dia bingung harus menjawab apa. dia memang sudah sholat istikhoroh dan mendapat jawaban dalam mimpinya semalam. tapi dia masih ragu dengan apa yang akan dia putuskan malam ini.
"Saya sebagai kakak sekaligus wali dari Almira menyerahkan semua keputusan pada Almira Pak, Bu. karena yang menjalani pernikahan nantinya adalah Almira"
Alvin menatap Almira sekilas. dia melihat Almira menunduk. dia khawatir kalau Almira akan menolaknya. Almira yang selalu dia tunggu. Almira yang selalu ada di setiap doanya. salahkah jika dia berharap Almira menjadi istrinya?
"Bagaimana Al, kamu sudah punya jawaban atas lamaran Alvin?" Pertanyaan Fajri membuat Almira mendongak dan dengan memantapkan hati dia akan menjawab malam ini.
"Bismillahirohmanirrohim.. Insyaallah saya menerima mas Alvin mas."
"Alhamdulillah.. "semua yang hadir mengucap hamdallah.termasuk Alvin. akhirnya keinginan dalam diamnya selama bertahun-tahun akan segera terlaksana. menikahi Almira.
********