Pertemuan dua keluarga pada sabtu malam itu membawa kebahagiaan untuk semua orang. tapi tidak dengan Almira dan Alvin. harusnya mereka bahagia karena mereka yang akan menikah. Alvin melihat ada raut kesedihan dan keterpaksaan pada wajah calon istrinya itu. sedangkan Almira masih belum yakin dengan keputusannya. meski hasil istikhorohnya condong ke Alvin. Alvin berjalan-jalan di taman depan rumah Fajri. merasakan udara malam yang dingin. dia hanya ingin mendinginkan kepalanya agar bisa meredakan kekhawatirannya.
"sedang apa kamu Vin?" tanya seorang wanita yang sedang mengamatinya dari pintu rumah.
"kemarilah Al, aku ingin bicara empat mata sama kamu" Almira berjalan mendekati Alvin. mereka duduk diayunan yang tempat duduknya berhadapan milik Alfa.
"mau ngomong apa Vin? "
"Al ,jujurlah sama aku perasaanmu. apa kamu menerimaku karena terpaksa/kasihan?"
Almira membisu, tak dapat mengatakan apapun. karena kenyataannya memang dia belum yakin dengan hatinya sendiri
"kenapa diam Al? berarti benar kan dugaanku?kalau kamu memang belum siap, aku akan membatalkannya Al. aku siap menunggumu sampai kapanpun."
"Kamu ngomong apa sih Vin? aku sudah membuat keputusan, itu artinya aku tidak main-main dengan ucapanku Vin."
"maaafkan aku Al, aku ga bermaksud menyinggung perasaanmu."
"tidak apa-apa aku ngerti koq"
dua keluarga telah sepakat kalau pernikahan akan di selenggarakan 3 bulan lagi. hampir pukul 10 malam keluarga Alvin berada di rumah Fajri.mereka akhirnya pulang membawa kabar bahagia. Tidak sia-sia Alvin menunggu Almira bertahun-tahun, akhirnya sebentar lagi dia akan meminang pujaan hatinya itu.
**************
Revan hari itu menginap di rumah orangtua Rendra. entah kenapa sedari tadi dia merasakan kecemasan yang luar biasa. hatinya terasa sesak. Tiba-tiba memikirkan Almira. "apa kabar dia?" sedang apa dia?".
Revan tak bisa memejamkan mata.akhirnya dia keluar rumah. dia berdiri, bersandar pada pilar yang ada di depan rumah, merasakan semilir angin malam yang sangat dingin menusuk kulitnya.
Dia tidak menyangka sudah hampir 8bulan dia berpisah dari Almira. tapi bayangan perempuan cantik berhijab itu tidak pernah hilang dari ingatannya. bagaimana sabarnya,lembutnya dan perhatian Almira selama menjadi istrinya dulu masih lekat dalam ingatannya.
"ini kopi buat lo" tiba-tiba Rendra menepuk pundak Revan dari belakang.
"thanks"
"kenapa lo? mikirin sesuatu?"
"entahlah, gue cuma inget mantan istri gue aj"
"gue ga bisa kasih solusi kalau soal itu Van, gue tahu keputusan yang lo ambil itu sangat berat. kalo gue ada di posisi lo, gue yakin gue malah akan memohon bini gue bertahan disisi gue" Revan tersenyum kecut mendengar penuturan Rendra.
"gimana dengan Larisa?apa ortu lo udah mau nerima dia?"
"gue ga tahu tapi kayaknya mereka acuh sama Larisa. tapi gue mau berjuang Van. gue ga peduli dengan atau tanpa restu mereka gue mau tetap nikah sama Larisa kalo perlu gue kawin lari".
"hahaha mana ada nikah sambil lari-lari Ren?"
"itu cuma istilah bro,bukan beneran nikah sambil lari-lari.gimana sih lo?"
"iya iya gue ngerti. Tapi saran gue, lo harus dapet restu mereka. gimanapun mereka ortu lo. dan lo adalah anak satu-satunya mereka. lo bakal nyakitin hati mereka kalo lo bertindak tanpa persetujuan mereka. berdoa aja sama Allah semoga Allah melembutkan hati mereka. eh ngomong-ngomong lo pernah berdoa ga?sholat aja masih bolong-bolong gitu".
"masih lah meski ga 5waktu" Revan memukul kepala Rendra sekilas setelah mendengar jawaban sahabatnya itu.
"perbaiki sholat lo dulu Ren sebelum lo jadi imam. nantinya lo bakal jadi imam keluarga. seorang imam punya tanggung jawab yang besar pada istri dan anak-anak lo nantinya"
"lo tambah religius ya sekarang Van?"
"mantan istri gue yang ngajarin gue dulu. dia wanita yang sempurna di mata gue. dia udah melakukan banyak hal termasuk mencairkan hati gue yang pernah beku"
"Jangan bilang lo nyesel udah pisah sama dia"
"gue emang nyesel. tapi gue kembali lagi bahwa ini memang jalan takdir gue. gue cuma pengen dia bahagia"
"dia udah nikah lagi sekarang?"
"gue ga tahu, gue lost contact sama dia"
"yuk tidur Van, besok pagi kita balik ke semarang. ntar gue ngantuk di jalan lagi".
"y udah sono duluan. gue masih pengen disini"
"serah lo dah"
PAGI HARI
"Bu, Rendra pamit dulu ya. bapak sama ibu jaga kesehatan ya.kalau ada apa-apa segera kabari Rendra ya Bu. dan sekali lagi Rendra mohon restu dari ayah dan ibu buat nikahin Larisa"
"Apa ga ada perempuan lain selain Larisa nang?"
"Sudahlah bu kita restui saja. kalau mereka sampai berbuat dosa, kita juga yang akan menyesal. mereka udah punya niat baik buat menikah kita restui saja mereka" ayah Rendra angkat bicara.
"Tapi Pak , ibu sudah berencana jodohin Rendra dengan anak temen ibu yang ada di kudus"
"sudah lah bu yang mau nikah kan Rendra, ibu ga usah jodoh-jodohin dia.biar dia milih pendampingnya sendiri"
"Tapi Pak"
"udah ga ada tapi-tapian, Ren, bapak restuin kamu. segeralah bertemu orangtua Larisa. minta dia pada orangtuanya dengan baik-baik. dan ingat jangan melakukan hal-hal yang dilarang agama sebelum kalian sah jadi suami istri."
"nggih Pak"
Rendra kemudian mencari Larisa yang sedang berbincang dengan Revan. mengajak mereka menemui orangtuanya untuk pamitan pulang
"Van,Sa gue udah selesai ngomong sama mereka. kalian pamit dulu gih sana."
"oke"
"Nak Larisa, bapak sama ibu sudah memberi restu kalian untuk menikah, selanjutnya ajaklah kami bertemu orangtuamu di Bandung. agar Rendra bisa segera meminangmu"
"Terimakasih Pak, Bu" Hanya itu yang bisa Larisa sampaikan karena dia tidak menyangka mereka akan merestui hubungannya dengan Rendra.
Sepanjang perjalanan pulang ke Semarang, Larisa nampak murung. dia bingung bagaimana menyampaikan kepada orangtuanya.
"kenapa Sa kamu murung dari tadi?"
"ga papa Ren. aku cuma bingung caranya kasih kabar ke orangtuaku.karena aku udah lost contact sama mereka". Rendra juga tampak berfikir.
"gampang Sa, lo bilang aja ke Dina suruh ngabarin mereka dan minta kontak mereka. biar lo bisa hubungi mereka". Revan menyela pembicaraan mereka
"bener juga lo Van. iya deh nanti sampai semarang gue hubungi Dina.semoga dia bisa bantu gue"
Akhirnya Larisa bisa tersenyum karena mendapat solusi dari Revan.
************
Almira dan kakaknya hari ahad ini berencana menjenguk Syifa yang kemarin melahirkan di rumah sakit. Almira sempat merasa enggan masuk ke ruang bersalin itu.setiap dia pergi ke rumah sakit selalu saja bayangan dia yang dulu pernah keguguran terbayang-bayang di kepala nya lagi. kalau saja bayi itu hidup pasti sekarang dia tidak akan berpisah dari Revan. Almira bersedih lagi setiap mengingat nama Revan.
Tak lama mereka berjalan, sampailah didepan ruang tempat Syifa di rawat.
"Gimana kondisimu Fa?" Tanya Fajri memulai pembicaraan.
"Alhamdulillah udah baikan mas. masih nyeri banget mas"
"y wajar lah kamu habis operasi.mana ponakanku Fa?"
"itu lagi tidur di box bayi. emm gimana mas acaranya semalem?maaf ya Al mbak ga bisa dateng"
"ga papa mbak, semuanya lancar koq" Almira menjawab.
"iya Fa, insyaAllah 3bulan lagi mereka akan menikah".
"Siapa nama calonmu Al?"
"Alvin Pratama Handoko Fa. dia CEO di Sakinah Property lho. keren kan adikmu ini. mau jadi istrinya orang kaya. " Fajri yang menjawab karena Almira tak juga menjawab pertanyaan Syifa.
"Alvin?" syifa mengingat sesuatu dia ingat nama itu seperti nama pemuda yang dulu pernah menemuinya untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.apa nama itu adalah orang yang sama? tapi dulu bukannha Alvin itu orang biasa?bukan orang kaya seperti yang diucapkan Fajri barusan. mungkin kebetulan namanya sama.pikir Syifa pada akhirnya.
Almira sempat khawatir Syifa akan curiga dengan nama itu. Tapi sepertinya Syifa tidak menanyakan apapun.tapi cepat atau lambat mereka pasti akan tahu.dan Almira bingung bagaimana harus menyampaikan pada mereka tentang Alvin yang sebenarnya.
*************