Selama perjalanan pulang, Aisyah tampak tersenyum sambil menahan rasa sakit. dia berharap kakaknya akan pulang lebih cepat. tiba-tiba terpikir olehnya untuk mengirim pesan pada kakaknya.
" kak, bisa pulang sekarang ga? gue sakit nih anterin gue ke rumah sakit ya"
Tak lama datang balasan dari Alvin
"sakit apa lo dek? iya nanti kakak pulang" Aisyah senang sekali sebentar lagi Alvin dan Almira akan bertemu lagi. Alvin memang sangat khawatir kalau Aisyah sakit, makanya dia memanfaatkan sakitnya untuk menyuruh Alvin pulang.
"Kak, koq diem aja? kakak nyesel ya nganterin Ais pulang?"
"eh nggak koq dek "
Aisyah menatap Almira sekilas tampak raut cemas diwajahnya. entah apa yang mengganggu pikirannya.
setelah 40 menit perjalanan mereka sampai di rumah Alvin. Almira sepanjang jalan merasa cemas karena dengan pergi ke rumah Alvin, dia akan melewati rumahnya dan Revan dulu pernah tinggal. benar saja dia akhirnya bisa melihat rumah itu lagi. rumah yang sekarang sudah dihuni orang lain, sudah berganti warna cat. hati Almira merasa nyeri melihat itu. buru-buru dia mengalihkan pandangannya.
"Ayo kak Al kita turun"
"iya dek. mau kakak gandeng? kamu kuat ga jalannya?
"ga usah kak. Insyaallah kuat.makasih ya kak udah anterin Ais pulang"
Aisyah mengetok lalu mengucap salam, tak lama pintu dibuka. Wanita paruh baya yang membuka pintu itu terkejut melihat putrinya bersama dengan wanita yang sudah sangat lama dia rindukan. entah kenapa hatinya ingin sekali bertemu wanita muda itu.
"Ais, koq bisa sama nak Almira?"
"Lho bunda udah kenal kak Almira?"
"iya nanti bunda ceritain. ayo masuk dulu"
"Surti tolong bikinin minum buat Ais dan Almira ya"
" iya nyonya sebentar saya bikinin dulu"
Setelah mencuci kaki, mereka bertiga duduk di ruang tengah sambil menonton televisi.
"Bun, ceritain donk koq bisa kenal sama kak Almira?"
"emm dulu bunda pernah ditolong sama nak Almira pas asam urat bunda kambuh di jalan, nak Almira yang anterin bunda pulang waktu itu"
"oh gitu ya?"
"lha kalian kenapa bisa barengan?"
"seminggu lalu kita pernah ketemu pas Ais lagi jalan-jalan ke mall sama kak Alvin,terus dikenalin sama kak Almira. nah tadi pas ditoko buku Ais ketemu sama kak Almira lagi. karena Ais perutnya sakit, Ais minta kak Almira anterin Ais pulang".
"kan ada Pak Rudi? kenapa ngrepotin nak Almira sih dek?"
"sungkan lah sama pak Rudi, Ais kan lagi datang bulan Bun.masa minta tolong sama Pak Rudi buat gandeng Ais?"
"Permisi bu, saya mau hubungi kakak saya dulu kalau saya pulang telat."
"oh iya nak silahkan.maaf ya jadi repot gara-gara Aisyah"
"tidak apa-apa bu"
Almira menjauh ke halaman belakang rumah untuk menelpon Naura. agar tidak mengkhawatirkan dirinya.
"Dek, ayo ke dokter katanya sakit?" Alvin teriak-teriak dari pintu masuk rumah memanggil adiknya.
Almira yang selesai menelpon kembali ke ruang tengah, dan betapa kagetnya dia melihat Alvin yang berjalan tergesa. dan sebaliknya Alvin juga kaget melihat Almira.
"Ais sudah tidak sakit kak" ucap Aisyah tanpa rasa bersalah.
"gimana sih Dek? kakak sampai bela-belain ninggalin kerjaan lho buat anterin lo ke dokter".
"Ais mau istirahat dulu aja kak. kakak ngobrol sama kak Almira dulu ya. tolong temenin kak Almira. tadi Kak Al yang udah nolongin Ais sampai anterin Ais pulang juga".
"Dasar adek rese" gerutu Alvin dalam hati.
Bu Dahlia hanya senyum-senyum melihat tingkah anak-anaknya. dia pikir ini pasti akal-akalannya Aisyah biar Alvin dan Almira bisa dekat.
"kalau gitu bunda siapin makanan buat kalian dulu ya. Almira kamu ga usah sungkan disini. anggap saja rumah sendiri ya" Bu Dahlia meninggalkan Alvin dan Almira berdua.
Alvin mengajak Almira ke halaman belakang rumahnya. disana ada gazebo kecil di pinggir kolam renang. ada juga disamping-sampingnya ditumbuhi bunga mawar berwarna merah. sejenak Almira mengingat dia suka sekali dengan bunga mawar merah, dulu setiap hari ulangtahunnya , Alvin selalu memberinya bunga mawar berwarna merah. yang kemudian dia keringkan dan di simpan dalam album.sungguh hal yang konyol.pikir Almira.
"kenapa melamun?"
"eh maaf ga papa koq"
"kita duduk disitu ya" Alvin menunjuk gazebo miliknya.
"iya"
mereka duduk dalam suasana canggung. mereka seperti orang yang tidak pernah saling kenal sebelumnya.
"Emm Al, kamu sibuk apa sekarang? kamu ga mau balik kerja lagi ditempat ku?"
"Aku belum ada kesibukan apa-apa Vin,aku ga berniat kerja kantoran lagi. apalagi dengan statusku yang sekarang , takut jadi fitnah kalau kerja sama kamu lagi. aku berniat buka usaha aja. tadi Aisyah kasih saran buat bikin online shop aja"
"oh gitu ya?padahal aku masih membutuhkan bantuanmu Al. Aku belum dapat sekretaris baru".
"kenapa ga cari lagi Vin?"
"ga tahu belum ada yang bisa gantiin kamu.termasuk di hati aku".
Almira diam, wajahnya bersemu merah. dia tahu kemana arah pembicaraan Alvin selanjutnya. makanya dia malas menanggapinya.
terlalu dini untuk membuka hatinya untuk orang baru. walaupun Alvin sudah pernah singgah di hatinya bertahun-tahun sebelum kenal dengan Revan. Tapi semenjak menikah dengan Revan, Almira berusaha mengikis perasaan cintanya pada Alvin dan menggantikannya dengan Revan. Ah Almira jadi ingat Revan lagi sekarang.
"Al,"
"ya Vin"
"Aku boleh ngomong sesuatu sama kamu?"
"Tinggal ngomong aja kali Vin"
"emm Al, apa aku boleh mengisi hatimu lagi?"
"maksudmu?
"Maaf aku tidak sedang mengajakmu pacaran Al, aku ga mau nambah dosa lagi. tapi apa boleh aku meminangmu? jujur sampai saat ini belum ada yang bisa menggantikan posisimu di hatiku Al. sampai kamu udah nikahpun aku masih setia menunggu".
"Jadi kamu menunggu jandaku Vin?"
"eh bukan begitu, tapi aku masih menyebutmu dalam doaku selama ini"
"jadi kamu yang doain aku cerai sama mas Revan?"
"Aduh jadi salah lagi ngomongnya. aduh gimana y ngomongnya. enggak aku ga pernah doain kamu cerai. tapi aku berdoa minta kamu sama Allah buat jadi istriku suatu hari nanti"
"sama aja Vin. kamu doanya pas aku udah jadi istri orang , berarti kamu pengen aku cerai kan?"
"Aduh salah lagi. ah tau ah.capek ngomong sama kamu Al"
Almira tersenyum melihat wajah cemberut Alvin. Dengan Alvin memang selalu membuatnya merasa nyaman. dengan Alvin dia bisa jadi dirinya sendiri, marah, ngambek, adu argumen udah jadi makanan mereka sehari-hari dulu. Tapi untuk memulai kembali hubungan dengan Alvin rasanya masih terlalu dini membicarakannya saat ini. Dia belum berniat menjalin hubungan dengan siapapun sekarang. fokusnya sekarang ingin membuat usaha dan menghasilkan uang agar dia tidak merepotkan kakaknya Fajri terus.
"Seru banget ngobrolnya?" ucap bu Dahlia yang datang membawa 2 gelas jus jeruk dan beberapa cemilan.
" Terimakasih bu jadi ngrepotin" ucap Almira.
"enggak koq nak, bunda senang kamu kesini.udah lama bunda pengen ketemu sama kamu nak. kamu masih tinggal di.perumahan sini Al?"
"udah enggak koq bu, saya sekarang tinggal dirumah kakak didaerah cengkareng."
"jauh sekali Almira. emang kenapa ga tinggal di daerah sini lagi?"
Almira enggan menjawab, Alvin yang peka dengan keadaan itu buru-buru mengalihkan pembicaraan bundanya .
"Bun, Alvin sama Almira sholat dulu ya."
"oh ya bunda sampai lupa nawarin Almira sholat dulu tadi. y sudah sana. jadiin Almira makmummu ya Vin!"
ucapan bu Dahlia terdengar rancu di telinga Almira.
Setelah sholat Almira minta ijin untuk pulang. karena sudah terlalu lama dia berada di rumah itu. statusnya yang janda menjadikan dia lebih hati-hati membawa diri.
"Vin, antarkan Almira pulang ya.Ais malah masih molor di kamar. gimana sih itu anak ga tahu diri banget udah nyuruh Almira nganterin pulang,sekarang malah ditinggal tidur".
"Almira pulang sendiri aja bu. Almira ga mau pulang berdua saja sama Alvin." Bu Dahlia menangkap perkataan Almira. memang benar mereka bukan muhrim jadi tidak boleh berduaan saja. akhirnya bu Dahlia menawarkan diri mengantar Almira juga.
"Biar bunda ikut ya. bunda pengen tahu rumah kakakmu juga . Biar kapan-kapan kalau mau kesana udah tahu rumahnya."
"emang bunda mau ngapain kesana lagi?" tanya Alvin
"Ya nglamar Almira buat anak bunda lah".
"eehhh bunda"
"maaf bunda keceplosan. udah ayo berangkat"
bu Dahlia tertawa .sedang Alvin dan Almira sama-sama bersemu merah wajahnya
********