Almira sangat sedih melihat perubahan sikap suaminya. namun dia tak ingin buru-buru menuduh suaminya berselingkuh dengan Larisa. meskipun dari sikap Revan terlihat sekali mereka mempunyai hubungan istimewa.
Almira mengambil air wudhu. setiap usapan air itu membuatnya kembali tenang.walau dia sudah sholat dzuhur tadi, tapi dia ingin sholat dua rakaat untuk meredakan emosinya. dia ingat sebuah hadist Rasulullah bersabda, "Kemarahan itu dari setan, sedangkan setan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah." (HR. Abu Dawud)
setelah sholat dua rakaat, Almira menengadahkan tangan memohon pada sang Pencipta untuk membuka pintu hati suaminya.
Almira enggan keluar dari kamar sampai melewatkan waktu makan malam. sedang dari kamar dia mendengar suara laki-laki dan perempuan yang sedang bersendau gurau.akrab sekali. semudah itukah Revan memalingkan hatinya. sejenak bayangan masalalunya berkelebat saat awal-awal dirinya menikah dengan Revan. Revan begitu dingin padanya. dan sekarang Revan melakukannya lagi. entah apa yang sebenarnya terjadi. kenapa suaminya mendadak berubah seperti ini?
******
Revan dan Larisa menonton televisi berdua. menonton sinetron komedi yang membuat mereka tertawa dan melupakan masalah mereka sejenak.terutama Revan. mulutnya mungkin bisa tertawa , tapi tidak dengan hatinya.
"Van,ini koq aku kayak ada yang basah ya.. pinggang ku sakit Van" ucap Larisa tiba-tiba.
"Jangan-jangan kamu mau lahiran Sa?"
"iya kayaknya Van.."
"Al, Almira cepat kesini!" Revan memanggil Almira dengan nada tinggi karena panik.
Tak butuh waktu lama, Almira segera keluar dari kamar. dan menghampiri Revan.
"Ada apa ini mas?"
"Larisa sepertinya mau melahirkan.aku mau bawa dia kerumah sakit Al. kamu mau ikut?" saking paniknya Revan tidak sadar mengajak Almira kerumah sakit. dia lupa kalau dia sedang menghindari Almira.
"iya mas aku ikut sama kalian. aku khawatir dengan keadaan mbak Larisa".
"Tolong ambilkan tas biru di kamar larisa. " Almira berlari mengambil tas yang dimaksud , tas itu sudah dipersiapkan untuk perlengkapan persalinan untuk ibu dan anak.
Revan membopong Larisa ke dalam mobil diikuti Almira. mereka segera melaju ke rumah sakit bersalin.
Larisa semakin kesakitan. setelah beberapa lama mereka sampai juga di rumah sakit. Larisa langsung dibawa keruang bersalin.
"Bapak mau menemani bu Larisa di dalam?" tanya seorang perawat yang menyangka Revan adalah suami Larisa. Almira hanya diam menatap sendu suaminya.
"Iya , saya akan menemaninya" jawab Revan. Revan tidak bermaksud apa-apa. dia hanya ingin memberi kekuatan untuk Larisa. dan mungkin ini adalah kesempatan satu-satunya dalam hidupnya menemani wanita melahirkan meski bukan istrinya.
Revan berjalan masuk ke ruang bersalin dia melihat Larisa yang kesakitan. posisi dia ada di samping kepala Larisa. dan jalan lahir tidak terlihat olehnya. karena dia juga tidak ingin melihatnya.
"sakit sekali Van" Larisa bercucuran keringat menahan rasa sakit yang frekuensinya semakin lama semakin dekat jaraknya.
"sudah pembukaan 8 Pak, sebentar lagi anak anda akan lahir." ucap Dokter perempuan yang sedang menangani Larisa.
"berdzikir Sa" Revan menyuruh Larisa mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah agar bisa mengurangi rasa sakit. dia terharu melihat bagaimana perjuangan seorang ibu melahirkan. tanpa Revan sadari airmatanya menetes.
"Pembukaan sudah lengkap Bu Larisa" Dokter memandu Larisa mengejan. kira-kira stengah jam bayi laki-laki itu lahir. dia diletakkan dada Larisa. sedang Revan mengalihkan pandangannya dengan airmata yang menetes.dia terharu, saat ia ingat mungkin selamanya dia tidak akan merasakan menemani istrinya sendiri melahirkan. dia melangkah keluar ruangan dan mendapati Almira yang masih duduk di ruang tunggu. melihat Revan yang berjalan keluar, Almira segera menghampiri Revan.
"gimana mas? apa sudah lahir bayinya?"
"Alhamdulillah sudah Al,"
"Alhamdulillah ,laki-laki apa perempuan mas?".
"Laki-laki Al."
mereka pun duduk berdua, mereka saling diam.
"semoga aku bisa secepatnya hamil lagi y mas". tiba-tiba Almira mengucapkan itu. Revan menoleh ke arah Almira tapi tidak menjawab apa yang diucapkan Almira.
Sesaat kemudian perawat keluar, meminta Revan untuk mengadzani bayi Larisa. Revan pun melakukannya. Revan takjub melihat bayi mungil yang masih merah itu tampak lucu sekali.dia mengadzani ditelinga sebelah kanan. Bayi itu tampak tenang berada dalam gendongan Revan. tidak bisa membayangkan bagaimana bayi ini nanti akan tumbuh tanpa ada ayah disampingnya. sekecil itu sudah menjadi yatim. Revan menatapnya dengan sendu.
Revan menyerahkan kembali bayi itu kepada perawat. waktu sudah hampir subuh.proses persalinan Larisa dari pembukaan 3 waktu sampai dirumah sakit sampai melahirkan membutuhkan waktu kurang lebih 5 jam.
Revan keluar ruangan, melihat istrinya yang masih ada di ruang tunggu,Almira tertidur. karena semalaman mereka semua tidak tidur
Revan melepaskan jaketnya dan menyelimutkannya ketubuh Almira. Almira yang merasa tiba-tiba terasa hangat ,mengerjapkan matanya.melihat sosok Revan dihadapannya.
"maaf mas aku ketiduran".
"ga apa-apa".
ash-Shalâtu Khairun Minan Naum
"Udah adzan shubuh mas, ayo kita sholat dulu" Revan mengangguk , mereka berjalan beriringan mencari lokasi masjid di sekitar rumah sakit.
********
3 hari setelah Larisa melahirkan, dia sudah diperbolehkan pulang. karena bisa melahirkan normal maka dia bisa pulang lebih cepat. Revan menjemput Larisa di rumah sakit. sedangkan Almira masih bekerja.
"Apa aku harus balik lagi ke rumahmu Van?" tanya Larisa saat akan masuk ke dalam mobil Revan.
"tentu saja Sa, memang siapa yang akan bantuin kamu jagain Kenzo nanti kalau diapartemen sendirian?" iya Larisa memberi nama pada bayi laki-lakinya Kenzo Mahardika. Mahardika adalah nama almarhum suaminya.
Larisa tampak berfikir dan membenarkan apa yang dikatakan Revan ada benarnya juga. di rumah Reva juga ada mbak Tami yang membantu mereka. Revan melakukan mobilnya sesaat setelah mereka semua masuk ke mobil.
"Apa Almira tidak keberatan Van,kalo aku dan Kenzo tinggal di rumahmu?" Larisa membuka percakapan saat mereka didalam mobil.
"dia tidak akan keberatan Sa, karena dia yang ingin kamu tinggal di rumah kami. sebentar lagi mungkin aku akan mengurus perpisahan kami. aku tidak mau dia terlalu lama bersamaku. aku berharap dia bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari aku"
"Jangan membuat keputusan terburu-buru mengambil keputusan Van. Jika masih saling mencintai kenapa harus berpisah?. Kalian bisa adopsi anak kalau kalian mau".
"Aku sudah memikirkannya Sa, itu adil buatku. tapi tidak adil bagi Almira. sebagai seorang wanita tentu dia juga ingin merasakan bagaimana rasanya hamil dan melahirkan.sedangkan aku tidak bisa memenuhi semua itu untuknya."
"Kamu sayang banget sama Almira ya Van?"
"sangat amat Sa, aku akan berkorban apapun untuk kebahagiaannya.setidaknya itulah caraku untuk menebus kesalahanku dulu".
"memangnya kamu pernah buat salah apa sama dia Van?"
"sudahlah Sa, aku tidak mau mengingat hal itu lagi. sekarang yang penting adalah kebahagiaan Almira. mungkin dia akan tterluka dengan perpisahan ini. tapi setelah dia menemukan seseorang yang dia cintai lagi, aku yakin dia akan melupakanmu."
"Lantas apa kamu akan menikah lagi setelah bercerai."
"Kamu gimana si Sa? mana ada wanita yang mau bersama laki-laki sepertiku meski tampan dan mapan. hahaha"
"dasar sombong. ada koq yang mau nerima kamu apa adanya Van".
"hahaha gila kamu Sa. siapa emang yang mau sama laki-laki kayak aku?"
"Aku Van". Revan melirik Larisa sekilas dan kembali menatap jalanan yang lurus.
**************