Sinar mentari sudah menerangi segalanya dengan jelas.
Saat itu hampir pukul tujuh pagi.
Sulran bangun dalam tenda besarnya. Ia berkedip-kedip sejenak. Tubuhnya terasa kaku tapi kelelahan mulai sirna. Selama bertahun-tahun Sulran selalu mengukur kondisi pasukannya dengan keadaan tubuhnya yang tak lagi muda. Jika ia sudah mulai segar, tentunya pasukannya pun demikian.
[Sudah pagi. Tentunya Fru Gar sudah jatuh dan kosong...]
Ia tersenyum, bangkit mencuci muka. Geliat markas militer bergema dari mana-mana, suara yang begitu akrab bagi dirinya. Namun, kala ia beranjak keluar tenda, ia melihat wajah-wajah bingung bawahannya. Ia melihat Damar sudah bersujud di depan, wajahnya kelam.
Sontak ia mengetahui adanya berita buruk, serunya terheran-heran, "Fru Gar belum jatuh ?"
*
Wander bisa mendengar suara tapal kuda dan ringkik kuda, suara dencing dan kelikan ketopong besi. Pasukan kuda besi akhirnya muncul. Panji mereka berwarna coklat, surai dan jirah mereka berwarna pasir, demikian juga jubah kuda mereka.
Di antara pasukan berkuda kerajaan, terdapat beberapa unit khusus yang dilatih langsung oleh Ordo Kesatria Rinvea, salah satu dari 5 perguruan besar dunia persilatan. Pasukan berkuda yang Wander saksikan ini adalah salah satunya. Pasukan Badai Pasir yang memiliki kemampuan berkuda, memanah, serta keahlian Rijeen tinggi. Tapi lebih tersohor lagi keberanian dan ketangguhan mereka.
Wander melangkah ke depan tanpa kenal takut. Ia seperti sedang jalan-jalan sore. Jubahnya yang robek-robek di bagian bawah tertiup angin pagi, dan setiap langkahnya meninggalkan awan debu halus dan asap putih.
Jalur laju pasukan berkuda itu sudah disiapkan dari jauh. Wander bisa mendengar mereka berpacu. Semakin kencang dan kuat. Benturan mereka cukup untuk memecahkan kepala orang yang berani menghalangi mereka. Demikian kecepatan mereka begitu mengerikan saat mereka muncul di mulut gerbang! Tapi ia terus berjalan maju. Jarak antara ia dan pasukan berkuda itu terus menyusut.
Ketika pasukan berkuda itu dalam jarak jangkau bounya, ia menyapu mereka begitu keras dan kencang, tapi betapa kagetnya ia saat serangannya dipentalkan kapten pasukan itu begitu mudah.
Jarak mereka menyusut drastis. Wander melompat mundur dan mengayun lagi, kali ini berhasil! Bounya menghantam salah satu prajurit terdepan, tapi tidak jatuh. Prajurit itu hanya terguncang, pedang di tangannya berkelebat dan mendadak bounya sudah terpotong lebih pendek setengah kaki.
Wander sekarang dalam bahaya, ketika dua serangannya tidak bisa menembus baju besi dan kekuatan para prajurit itu. Lagipula, jarak mereka sudah terlalu dekat! Ia melompat mundur, tapi mendadak kapten pasukan berkuda itu menggebah tunggangannya sampai melompat tinggi sekali, mengejar Wander yang masih di udara.
Tombak kapten itu meraung di udara!
Wander berhasil menghindari tusukan itu hanya serambut dari lehernya, akan tetapi tongkatnya kembali terpotong semakin pendek untuk menangkis tusukan itu. Wander mendarat dan langsung ditabrak dua ton momentum dari kuda! Duri-duri baju besi kuda itu menggurat jubahnya dan ia terlempar ke belakang demikian kencang hingga ia jatuh menyusur tanah.
Ia terbaring terlentang di tanah, sementara pasukan berkuda itu akan menginjaknya!
Semua prajurit Barat berteriak dan bersorak begitu senang melihat pasukan elit mereka berjaya! Durk dan yang lainnya melihat Wander dalam bahaya segera menembakkan panah, tapi sia-sia, karena tidak bisa menembus baju besi tentara itu! Bahkan sebagian besar dari prajurit itu bisa menangkis anak panah juga.
"Wander!" Durk berteriak!
[Sialan… Aku tahu mereka kuat… Tapi tidak sangka sekuat ini… Mereka mengejutkanku…]
Hawa tenaga berwarna hijau dan biru melingkupi tubuh Wander, tepat ketika seekor kuda akan menginjaknya sampai lumat!
Detik berikutnya, seekor kuda besi berikut penunggangnya terpental ke udara, menabrak yang pasukan lainnya di belakangnya. Suasana sontak kacau. Para penunggang yang lain melihat cahaya hijau dan biru di sekitar tubuh pemuda itu, yang telah berkelebat dengan serangan bou luar biasa cepat.
Kapten pasukan berkuda mengangkat perisainya dan menangkis serangan tongkat itu dengan semua Khicinya! Tadinya, ia bisa mementalkan serangan pemuda ini dengan mudah, tapi sekarang ia sampai terguncang, lalu serangan susulan berikutnya yang luar biasa cepat telah menghantam perutnya, dan ia terlempar dari kudanya.
Wander meraung bagaikan macan dan menerjang ke depan, ke arah pasukan kuda besi itu! Hawa tenaganya berlipat ganda, dan bounya memakan korban demi korban, menghantam setiap penunggang yang bisa ia pukul.
Gaya bertempurnya berubah total. Ia melompat ke sana kemari selincah kera, dari satu kuda ke kuda lain, bahkan terkadang sengaja menghantamkan bou dengan tombak penunggang kuda, menghancurkan senjata mereka berkeping-keping dan menjungkirkan penunggang itu.
Meditasi Tenaga Dewata kedua: Roh Hijau Gunung Biru.
Mendarat di tengah-tengah mereka, pasukan berkuda lainnya mengepungnya dan berusaha membacok atau menusuknya, tapi mereka hanya menemui udara kosong.
Gerakannya sudah lebih cepat bahkan dari kedipan mata. Ia entah sudah ada di kuda lain atau bounya sudah melabrak penunggang lain.
"Jangan takut! Ia cuma sendiri!
"Habisi ia!"
Tiga barisan kuda menerjang langsung ke arah Wander, yang di luar dugaan semua orang mendadak telah melompat dan menghantam semua penunggang kuda di hadapannya begitu cepat dan menjatuhkan mereka semua!
Kejadian itu begitu terpatri dalam ingatan teman-teman Wander… Ketika mereka melihat tiga barisan kuda lainnya yang berusaha membokong mendadak terpental, saat Wander mendadak sudah berada di samping dan menghantam kuda paling depan dengan serudukan bahunya. Barisan kuda itu rubuh ke belakang, saling menghantam bagaikan kartu domino!
*
Momentum terhenti
Burung pun jatuh dari angkasa
Momentum terhenti
Air terjun pun beku
Alam raya terhenti
Terpukau
Momen magis yang hadir di mana saja
Tapi acap kali terlihat kala kepahlawanan timbul
Bukan pahlawannya, bukan penarinya yang pokok
Tapi aksinya, pilihannya, dan tariannya
Yang Esa hadir di situ