Setelah pulih total tiga hari kemudian, Wander merasa segalanya bagaikan baru. Ia segera menyadari lagi bahwa hanya dengan sehat saja sudah jadi hal yang paling ajaib di dunia, lebih lagi dengan kekuatan yang terus mengalir dalam dirinya, semakin lama semakin kuat seiring terjalinnya setiap napas.
Ia mulai bisa membersihkan rumah dan mengerjakan pekerjaan dengan cepat dan baik!
Dalam waktu dua bulan saja, setiap pojok yang dahulu ia tidak punya waktu untuk bersihkan, sekarang sudah dipel dan dibersihkan. Dari lampu-lampu hias, lukisan gantung tinta hitam dari Zirconia, guci Mauro, sampai lemari-lemari buku sekarang mulai dibersihkan sekali dalam dua minggu. Ia bahkan punya lebih banyak waktu membantu Gurunya di kebun. Kekuatannya meluap dan berlipat ganda, dan ia merasa sangat sehat.
Indranya menjadi lebih peka, dan Gurunya terus mengujinya setiap saat.
Gurunya akan menjebak muridnya, memasang perangkap, menyandungnya, atau berusaha mengagetkannya. Tapi Wander bisa menghindari hampir semuanya. Permainan ini menjadi kebiasaan dan bahkan kesenangan tersendiri selama latihan, memaksa Wander untuk selalu siaga dan terus mengasah kemampuan barunya.
Ketika mereka berendam pun, Wander sekarang bisa menambahkan aliran energi ke Gurunya, sehingga mempercepat waktu pertukaran suhu air dua kali lipat. Pada akhir bulan kedua, mereka harus mengganti air mandi dua kali setiap kali karena airnya terlalu cepat setimbang suhunya.
Namun latihan Kurt menjadi makin intensif dan sulit. Setiap satu setengah bulan, Wander akan mulai mengalami gejala awal sampai puncak "ledakan" siklus Chi. Namun, setelah siuman, ia akan menjadi jauh lebih kuat lagi.
Enam bulan telah berlalu sejak Wander berlatih ketika ia akhirnya diizinkan pulang ke rumahnya. Ia baru saja menyelesaikan gerakan terakhir dari Tarian Fudera, gerakan 'Merak Merunduk'. Kedua telapak tangannya membentuk sebuah lengkungan anggun di atas kepalanya, di samping tubuhnya, lau perlahan menyatu di depan dadanya sambil ia perlahan berlutut.
Gurunya berkata, "Bagus sekali. Latih terus Wuan."
Wajah Wander bersinar gembira mendengar pujian langka gurunya.
Mendadak Gurunya berkomentar sambil menyentuh rambutnya, "Rambutmu sudah panjang, ya?"
"Eh... Iya..."
Kurt tampak berpikir sebentar, sebelum ia berkata, "Sudah enam bulan kamu di sini. Hmm… Betapa cepatnya waktu terasa. Sekarang, kamu pulang sana ke rumah dan potong rambutmu."
Wander terpaku sejenak! Ia begitu senang hingga ia melompat-lompat gembira di tempat! Ia sangat merindukan keluarganya, meskipun ia enggan juga meninggalkan Gurunya.
"Nah, kamu akan pulang ke rumahmu hari ini juga," Kurt memerintahkan, lalu memberikan Wander sekeranjang penuh bunga, hadiah, kue, bahkan sekantong besar daun teh, kopi, dan bubuk cokelat ke tangan Wander sebagai hadiah dan sebuah surat untuk orangtuanya.
Ia lalu memperingatkan Wander bagaimana kalau di luar ia harus terus bersikap rendah hati dan rajin berlatih, jangan menggunakan Khici di luar, dan jangan mengatakan hal yang tidak perlu soal latihannya.
Ia terus menguliahi Wander sampai anak itu terlihat tidak sabar sekali. Ia begitu merindukan rumah dan keluarganya! Ketika akhirnya ceramah selesai dan ia diizinkan pergi, begitu keluar dari gerbang, ia langsung berlari sepanjang jalan dengan keranjang hadiah erat-erat dipegangnya.
Memperhatikan dari jauh muridnya yang penuh semangat itu pergi, Kurt mendadak merasa sedikit hampa.
"Enam bulan... Enam bulan bagaikan mimpi. Ya, benar-benar seperti mimpi," desahnya sembari tertawa bahagia.
Kurt lalu masuk dan tawanya makin keras. Lalu ia mulai menyanyikan lagu-lagu gembira dan perayaan begitu keras, sampai menakutkan burung-burung dan lebah yang sedang mampir di taman hutannya.
Umari'l Waya
Tujuh bulan yang lalu...
"Aku akan menghentikan sementara pelayanan kalian mulai besok."
"Ehhhh?!" Suara-suara gabungan lelaki dan perempuan di depannya begitu kaget jika bisa dikatakan tidak histeris.
"Kamu bilang kami dipecat, Master Kurt?"
"Kesalahan apa yang pernah kami lakukan?"
"Bukan itu… Aku tidak bisa menjelaskannya pada kalian sekarang… Aduh, jangan menangis Shizu. Kumohon janganlah khawatir. Besok adalah hari baik."
Para pelayan rumah, koki, sampai centeng-centengnya menangis lalu berteriak protes ketika mendengarnya.
"Siapa yang akan mengurus Wisma ini?"
"Siapa yang akan memasak?"
"Siapa yang akan belanja?"
"Siapa yang akan membuat teh?"
"Kebun boleh rapi, tapi kalau rumah pasti akan jadi sarang cecak, Tuan!"
"Demi Divara nan Agung! Jangan bicara seperti aku ini sudah tak berguna! Lagipula, aku tidak memberhentikan kalian! Ini hanya sementara! Lagipula yang paruh waktu bisa membantuku berbelanja."
"Tapi...."
"Ini hanya sementara. Setengah tahun paling cepat, delapan bulan paling lama. Aku janji. Dengar, aku akan melipat gandakan gaji kalian sementara kalian tidak bekerja. Gunakan waktu ini untuk pulang ke kampung atau bersama dengan keluarga kalian. Selama itu, upah kalian tiga kali lipat dan semua ongkos ditanggung."
Sebagian besar pelayan tampak begitu gembira mendengar janjinya, tapi sebagian lainnya meragu,
"Master tidak memecat kami bukan? Sebab yang berhak hanya Pa..."
Kurt langsung memotong,"Tidak! Tidak! Dan untuk terakhir kalinya, Tidak! Aduh, bagaimana ya aku bisa meyakinkan kalian? Aku tidak mungkin memecat kalian! Kalian kan pelayan Bag...."
Tapi kata-katanya keburu tenggelam dalam sorak gembira para pegawainya yang sudah lega saat Kurt mengeluarkan surat perjanjian yang mengatur 'liburan' para pengurus wismanya itu.
Sebulan setelah Wander pulang...
"Inilah muridku, Wander. Panggil saja Wuan. Nah, Wuan… orang-orang ini adalah pegawaiku yang setia. Mereka telah pergi liburan selama tujuh bulan terakhir karena mereka telah begitu layak mendapatkannya setelah mengabdi bertahun-tahun kepadaku. Sekarang mereka telah kembali untuk tinggal bersama kita di Wisma ini. Anggaplah mereka keluargamu juga."
Wander membungkuk dengan malu, kini menyadari siapa pemilik begitu banyak kamar dan ruangan di wisma tersebut. "S-salam kenal, Bapak dan Ibu."
"Aduh betapa imutnya!"
"Halo, Wander!"
"Ia tampak malu..."
"Wajahnya begitu merah. Apa ia sakit?"
Kurt memperhatikan itu, "Hmm… Kenapa, Wuan?"
"T-tidak apa-apa, Guru. Hanya… Aku baru tahu kenapa ada begitu banyak kamar di rumah… Dan mereka pasti tahu aku tidak membersihkan dengan rapi… dan jendela-jendelanya begitu banyak… apalagi peralatan perak… Aku tidak pernah tahu…" Ia tanpa sadar mengoceh dengan malu sambil menutupi wajahnya.
"Aduh lucunya anak ini!" Semua pelayan perempuan berkata serentak.
Salah satu pelayan laki-laki separuh baya berbisik, "Kami akan mengajarimu cara membersihkan semua perhiasan perak nan merepotkan itu, Wander."
"Juga sandaran tangan tangga putar," celetuk salah satu pelayan laki-laki dengan wajah bosan.
"Tenang saja, kita sekarang satu keluarga di sini, iya kan semuanya?" kepala pelayan laki-laki berseru.
"Tentu!" Mereka semua menyahut dengan riang.
Kurt tertawa senang, melihat bagaimana malu dan lembutnya Wander ketika dikelilingi pelayannya yang riang gembira.