Chereads / Isalaka Tours / Chapter 1 - 1. Mila, Amelia Dan Study Tour

Isalaka Tours

🇮🇩Sasha_Maria
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 12.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - 1. Mila, Amelia Dan Study Tour

"Mila, dah gelap, kita harus balik niih!"

Seorang cewek berkacamata memanggil temannya.

"Tunggu, sebentar lagi Mel.." Bisik cewek bernama Mila itu sembari jongkok di tengah hutan.

"Aneh banget, harusnya ada di sini." kata Mila dalam hatinya.

.

.

Sedang apa mereka sebenarnya?

.

.

.

Satu jam setengah yang lalu, dua anak yang merupakan bagian dari study tour sebuah SMA swasta kota Bogor ini memisahkan diri dari rombongan begitu memasuki jam bebas untuk berburu oleh-oleh.

Mereka tengah mengunjungi sebuah lokasi study tour yang tidak begitu umum, yaitu hutan cagar Gunung Halimun.

Tidak banyak hal yang dapat menghibur rombongan sampai mungkin dapat kau dengar gerutu sayup terdengar bersama cuitan burung. Hanya beberapa yang nampak antusias salah satunya adalah Mila Karmila, bermata serius, berambut pendek, seorang anggota koran sekolah yang standby dengan kamera tergantung di dadanya yang low profile.

Seorang gadis kurus, berambut panjang dengan kacamata mengikutinya. Mia Amelia atau biasa dipanggil Amel, sudah berteman dekat sejak MOS bersama Mila.

Nama yang mirip dan absensi mendekatkan mereka, dan lebih lanjut hobi yang sama akan occult mengantarkan mereka sampai menjadi pengurus koran sekolah di tahun kedua.

"Ada banyak hal yang dapat kita liput di sini Mil." Amel menunjuk dengan jempol salah satu kawasan punden berundak.

"Takut banget nunjuk aja pake jempol Mel."

"Sshoh, alien nerd kayak lu ga bakal musti belajar lebih banyak lagi soal ginian nih."

Amel menarik lengan Mila dan keduanya berdiri de hadapan spot megalitik lain.

"Menhir ini contohnya, adalah medium penghormatan masyarakat kuno terhadap arwah dan leluhur. well, penjelasan gue bisa salah, tapi situs ini juga menjadi medium buat arwah yang datang."

Angin berhembus halus pada rambut pendek Karmila, gadis itu nampak serius.

"Padahal awalnya cuek si Mila." pikir Amel dalam hatinya.

"Oh tunggu, lu ga mikir soal batu ini ada hubungannya sama alien kan?"

Mila menoleh, "Loh, jadi ga mungkin yah?"

"Aduhh" Amel facepalm.

"Dah, mending lu coba ambil gambar sono, mulai dari batu berundak yang dikawatin tadi."

Mila mengangguk dan mulai mengambil beberapa foto dengan kamera SLR-nya. Foto situs tidak perlu repot yang penting jelas, sekarang tinggal cek sekitar saja.

.

Ada beberapa fauna yang keliatannya asik kalau bisa dia foto tapi apa daya lensa yang dia bawa tidak mumpuni. Jadi dia memutuskan untuk memfoto beberapa tumbuhan saja dan yang aneh-aneh seperti jamur di dahan tumbang. Dengan angle yang tepat, hasilnya bagus juga buat wallpaper PC pikirnya.

.

Ketika sedang asik mencari obyek, sesuatu muncul di viewfinder kamera. Bukan ilusi, ada rubah gunung atau yang biasa lokal sebut ajag tengah berdiri melihat ke arah kamera.

"Krek"

Satu gambar dan Mila berpikir untuk mendapatkan lebih.

Pelan-pelan dia menghampiri, ajag tersebut masih tetap tegap berdiri. Jantung berdegup gugup sampai jarak di antara keduanya semakim dekat.

"SRAK!"

"Bugh!"

Ajag itu melompat ke arah Mila, membuatnya kaget setengah mati.

"Aduuuh anjir hee.. pinggang guee.." rintih Karmila, dan begitu dia sadar, hewan yang menerjangnya sudah tidak terlihat lagi.

Tidak lama setelah itu Amel menghampirinya.

"Duuh Mil, ngapain si luu pake jatuh segala.." Amel membantunya berdiri.

"Ada rubah Mel, lu liat ga? lucu anjir merah gitu kayak di jepang."

"Adaw!" Amel menyentil dahi temannya.

"Lu tuh ya, masi bagus kita ga jauh banget, apa lu ga takut apa kalo sampe kenapa-kenapa.."

Mila menyengir kuda.

.

"Coba dicek lagi tuh, ada yang jatoh juga ga?"

"Gada lah, kamera aman, dompet juga ada di bis."

"paling dada gue aja rada sakit ditabrak ajag barusan."

"EH!? gada anjir!!" Karmila kaget sembari meraba dadanya yang agak rata.

"Eh iya anjir, dada lu kemana Mil?!"

"Bukan geblee, lu liat kalung gue kemana inii.."

.

.

Di situlah awal dari kedua gadis malang ini sibuk di tengah hutan.

Nampak kemudian, keduanya sadar mungkin kalung itu diambil rubah gunung. Amel minta agar temannya ikhlas.

"Duh, itu kalung pengasih nyokap gue Mel, mana bisa gue ikhlasin gitu aja.."

"Ya tapi kalau bener diambil gitu bisa apa kita Mel, dah yuk mending kita balik dah mau sore loh tar malu kalo sampe dicariin sekelas."

"Tapi nanti anter gue ya ke pos jaga, mau gue laporin kali bukan kejadian di gue aja. Lo tau kan, monyet di Ubud aja bisa panen barang gituan!"

"Iya dah, sini cepet! merinding gue makin sore." Gegas Amel sembari mendorong temannya pulang.

.

.

.

Pukul empat sore, keduanya sampai di parkiran setelah melapor pada pos penjaga.

"Orangnya sih bilang tenang, emang beberapa kali kejadian, tapi jarang banget. Nanti katanya dihubungi gitu ke nomor kalo ketemu." gerutu Mila.

"Ya udah, cheerio Mil, tuh bis kita dah mo jalan."

Keduanya menjejakan kaki ke dalam bis, Mila menghibur diri sambil mengecek foto yang ada di kamera. Cuek seperti biasa, Mila tidak begitu akrab dengan anak yang lain.

Amel mengikutinya dari belakang, sepertinya entah kelelahan atau bosan, tidak begitu banyak energi di bis. Atau mungkin karna hal yang lain.

"Dap" pintu bus tertutup setelah guru pembimbing naik.

Mila masih terpaku pada kameranya, tapi Amel mulai menyadari sesuatu. Dia menepuk paha temannya dan berbisik, "Mil.. Mil.."

"Apa sih, kalo lu mau ke toilet harusnya tadi."

"Bukan jir, itu.. itu"

"Ha, apaan siih?" Mila mendekatkan telinganya pada mulut Amel.

"Lu liat nah, ke kursi belakang, sebelah si Erin, deket pintu."

Mila pelan mengintip.

"SET!" Mila menempel kembali di kursinya.

"Eh iya anjir anjirlah siapa itu jeung.."

Keduanya menyadari ada sosok asing di antara mereka, seorang gadis dengan jaket hoodie berbahan parasut warna hitam, gadis itu berponi panjang dengan mata yang tajam dan ekspresi dingin. Ketika Amel dan Mila mengintipnya kedua kali, mereka bertemu pandang dengan gadis tersebut.

Keduanya bergeming dan merunduk di kursi, ketakutan. Amel yang duduk di sisi luar menutupi pandangannya dengan tangan.

"Eh, Mel, yang laen kok pada ga ngeh ya anjirr.."

"Gatau jir, lu sih, kita doang kali yang diikutin."

"Eh, kok gue sih.. lagian.."

Belum selesai Mila menyelesaikan kata-katanya, si anak perempuan yang sedang mereka bicarakan sudah berdiri di samping kursi Amel. Keduanya shock mampus sampai pupil mata mengecil dan bulu kuduk merinding parah.

.

Amel komat-kamit sambil menutup mata sementara Mila mengulum bibirnya sambil menahan nafas, dia duduk tegap berusaha menenangkan diri. Namun apa yang terjadi kemudian, tidak terpikirkan oleh keduanya.

"Kalian salah.."

perempuan misterius itu berujar.

Dia kemudian duduk di kursi seberang, "woosh".. orang yang tadinya tampak tidur terlelap di kursi mendadak hilang menjadi asap. Mila memaksa temannya untuk membuka mata. Amelia tetap berkeras untuk menolak.

.

Gadis misterius itu memegang paha Amelia dan berkata,

"Seluruh bis ini kecuali kita adalah bayangan, dan kita sedang menuju ke dunia lain."