Chereads / Isalaka Tours / Chapter 2 - 2. Isalaka, Energi Dan Sinergi Transisi

Chapter 2 - 2. Isalaka, Energi Dan Sinergi Transisi

Menjelang terbenamnya matahari, bus yang dikendarai Mila dan Amelia tengah melaju di atas liuk jalan aspal pegunungan.

"Kita masih ada di bumi, kita belum pergi." ujar Mila

"Stop ngesanin kita bakal dibawa ke planet lain. Aduh tuh kan bener.. ga ada." Amel gusar mengecek tasnya yang ternyata hanya ilusi. Kesalnya dia sampai memukul kursi dan membuat sosok palsu temannya hilang menjadi asap.

"Dirimu ga perlu khawatir, kalau nanti perlu baju ganti, saya bisa pinjamkan. Ya, mungkin kalau kita sampe dalam kondisi utuh, ha ha haa." celoteh si perempuan misterius yang sebelumnya diduga bukan manusia itu.

Agak kesal mendengarnya, Amel kembali duduk dan melipat kedua tangan di bawah dada, menoleh ke arah si perempuan asing, menyipitkan kedua matanya dan bertanya sinis, "Situ kayaknya tahu betul soal ini, bisa tolong kasih tahu apa sebenarnya ini?"

Mia Amelia dan logat khas-nya ketika kesal. Perempuan ini paham betul perkara diculik makhluk halus ke dunia lain bukanlah hal sepele lantas dia heran mengapa ada orang sesantai si anak perempuan yang sepertinya tampak lebih muda satu tahun dari dirinya, atau setidaknya karena dia lebih pendek dari Mila.

Perempuan misterius itu tersenyum dan tertawa melalui hidungnya, Amel begitu serius, sementara Mila tampak sibuk mencoba berinteraksi dengan pengendara lain yang nyatanya tidak dapat melihat mereka.

"Gak, saya enggak tahu banyak, cuman kebetulan aja sering denger dan sengaja ikut jalan. Oiya, saya Astrid btw. Soal keluar dari sini sih, kayaknya udah telat gitu ya, bentar lagi kita beneran pergi." Astrid mengakhiri kalimat dengan menunjuk ke arah depan dengan dagunya.

Seraya tenggelamnya matahari di arah barat, sosok bayangan ilusi di dalam bus terbenam menjadi asap. Dari ujung kepala orang yang nampak tertidur di kursi belakang, mengurai ke ujung kaki mengalir ke koridor depan.

Dari asap yang berkumpul di situ terbentuklah sesosok wanita cantik berkulit bersih, berhidung mancung, berpakaian ala pramugari bus, lengkap dengan topi dan dasi. Wanita tersebut tersenyum dan menyapa sopan.

"Selamat datang di Isalaka Tours, saya Kanjeung Isalaka akan menjadi pemandu kalian."

.

"Akhirnya muncul juga." pikir Astrid. Dia tersenyum yakin seperti orang yang melihat hujan setelah dia bilang akan hujan sekitar lima detik lagi.

Amel menghela nafas panjang, bermacam pikiran di dalam kepalanya dan Mila hanya bisa terpaku melihat kehadiran Kanjeung Isalaka yang mempesona dengan stelan hijaunya.

Sementara Kanjeung Isalaka melanjutkan, tidak ada seorangpun dari ketiga penumpang bus Isalaka yang sadar bahwa laju bus sudah tidak seperti biasanya lagi. Begitu cepat seperti kilat, mereka tengah memasuki gerbang alam dunia lain yang gelap.

"Sedari zaman dahulu bahkan sebelum Masehi, ada manusia yang dikirim pergi ke dunia lain, dengan atau tanpa kehendak mereka. Isalaka adalah salah satu yang memfasilitasinya."

"Kalian mungkin sering atau setidaknya pernah mendengar tentang kisah orang diculik Jin, nah hal ini serupa meski juga berbeda karena bukan hanya Isalaka yang dapat membawa kalian."

.

Kejadian seperti ini memang bukan hal asing di kalangan lokal. Faktanya, diwaktu yang sama, bus study tour yang asli saat ini sudah ada di jalan raya kota menuju Bogor tanpa ada seorangpun yang menyadari Mila dan Amelia di antara mereka adalah ilusi, atau biasa orang menyebutnya sebagai setan.

Sebelumnya bus juga berangkat setelah seluruh murid telah duduk di kursinya, termasuk ilusi Mila dan Amelia. Tidak ada yang merasa aneh pada hal ini, kecuali seorang petugas di pos jaga yang kemudian bingung sendiri setelah Mila melapor di posnya, karen perasaannya mengingat bahwa bus study tour SMA yang dari Bogor telah berangkat beberapa menit yang lalu.

Mila di dalam bus yang asli ini tampak duduk menunduk, masih menggunakan kalung pemberian ibunya.

.

.

Keadaan Mila dan Amelia yang semula tampak tertekan kini tampak lebih santai berkat Kanjeung Isalaka dan impresi tour agency-nya. Keduanya dibuat percaya bahwa mereka baik-baik saja dan hanya akan menjalani perjalanan mistis seketika.

Padahal jika mengetahui bagaimana Astrid mempersiapkan isi tasnya, perjalanan ini mungkin akan lebih dari sekedar berjalan-jalan. Dalam hatinya, Astrid berpikir bahwa sejauh ini kabar mengenai jasa travel antar dunia terbukti benar adanya dan sungguh dalam pikirannya lebih lanjut dia tidak tahu pasti hal apa yang menanti di sana. Meskipun begitu, Astrid tampak telah membulatkan tekad, tangannya mengepal di dalam kantung jaket.

.

Kanjeung Isalaka, masih dengan pandangannya lurus ke depan, menerangkan lebih lanjut di bawah sinar lampu bus yang kadang mati nyala tidak teratur.

"Mengenai dunia yang akan kalian datangi adalah sebuah dunia dimensi paralel, alam semua makhluk, bagian penting dari seluruh semesta ciptaan-Nya."

"Manusia tertentu menyebutnya altgaia, iblis menjulukinya alam jin, namun kami biasa memanggilnya Etherim karena Ether adalah kandungan vital di sana."

.

"Ether adalah unsur berharga karena itu banyak pribadi dan kelompok yang memperebutkan Etherim selama berabad-abad. Namun tujuan perjalanan kalian bukanlah menyelamatkan dunia atau semacamnya. Mengenai detail misi akan dijelaskan nanti kemudian."

Amelia mengerutkan dahinya. Sebagai seorang maniak occult dia pernah berdiskusi dengan Mila yang sci-fi nerd mengenai aether. Di sini nampaknya ether yang dimaksud bisa saja berbeda atau mungkin fakta lain yang mereka belum ketahui. Mengingat Mila pernah berkata bahwa satu unsur dengan kondisi biasa jika berada di lingkungan tertentu akan mengalami perubahan struktur. Baginya teknologi ekstra terestial adalah misterius. Kala itu mereka sepakat bahwa sumber energi tidak wajar itu benar adanya, menerima kemungkinan bahwa hal seperti sihir adalah bentuk dari manipulasi energi yang melibatkan unsur tidak dikenal yang belum dipelajari secara umum atau terintegrasi dengan teknologi saat ini.

"Mil.." tepuk Amelia di paha Mila, temannya itu juga sepertinya paham betul apa maksudnya, keduanya satu pikiran tertuju pada satu hal serupa.

Tapi Mila tersenyum lebar, tampak bersemangat begitu tahu dia akan dibawa ke dunia lain dengan unsur misterius yang mungkin dapat membuat Tesla menjadi gila.

Mila menyembunyikan rasa tertariknya, bertanya dengan sopan dan pelan,

"Maaf kanjeung, kalau kami dibawa ke Etherim ini, apa kami diberi semacam 'bekal' untuk hidup di dunia penuh 'sihir dan keajaiban' tersebut?"

Amel melirik rekannya dengan ekspresi yang berkata, "orang ini.." Tentu yang dia maksud adalah kekuatan super power yang dimiliki setiap protagonis Isekai yang kerap populer dalam Manga,

Kanjeung Isalaka tampak paham apa yang dimaksud Mila, mungkin grup lain yang dia berangkatkan selain Mila pernah menanyakan hal serupa.

"Iya, benar, kalian tentu saja akan kami bekali dengan kekuatan atau sihir. Khas Isalaka."

"Kami tidak membutuhkan anggota untuk meninggal terlebih dahulu seperti agency lain demi merekonstruksi tubuh dan jiwa agar cocok dengan kondisi Etherim. Sebagai gantinya, Isalaka mengembangkan ruh pendamping atau yang dalam literasi orang timur tengah sebut sebagai Qareen. Kalian akan mendapatkan kekuatan berdasar dari apa yang direfleksikan oleh potensi terpendam kalian."

"Semoga kalian dapat survive dari inisiasi proses sinergi."

Setelah Kanjeung Isalaka mengakhiri kalimatnya, tiba-tiba kuping Mila terasa peka, laju bus yang semula mulus tiba-tiba mulai berguncang dan hanya terdengar suara mendengung panjang.

"nguuuuuuuuuuuung.."

.

.

.

Amel bahkan Astrid panik, mereka bicara atau berteriak, tidak ada suara yang keluar atau terdengar bahkan suara mereka sendiri.

Muncul sinar terang dari arah depan, semakin terang dan "Bump." Waktu seolah melambat, Mila terhempas ke dalam gelap, melayang seperti tenggelam dibanding terbang.

Tidak ada siapapun kecuali dirinya.

.

.

.

Mila merasakan punggungnya menabrak sesuatu, mendapati ruang hampa sebelumnya telah berganti.

Dirinya terbaring di atas permukaan rumput hijau, dengan tangan yang masih menggapai, ke arah atas, langit yang biru cerah dia lihat. Kupu-kupu putih baru saja terbang dari ujung jarinya.

"Uuh, di..mana ini ?" heran Mila.

Dia kemudian bangun dan duduk bersila.

Kaget bukan main dirinya ketika dari belakang seekor harimau loreng mengelus kepalanya.

.

Mila menjauh dengan refleks, meronta dan kakinya gemetar ketakutan.

Terduduk berhadapan, di depannya harimau itu perlahan menghampiri lalu kemudian berbaring seperti kucing.

"Gi.. gila apa ini.. tapi gue.. ga.. gatahan pengen ngelusss." Teriak Mila dalam nurani terdalamnya.

Harimau loreng yang berjenis harimau jawa itu nampaknya tidak keberatan jika Mila ingin menyentuhnya, bahkan dia mengguselkan kepalanya pada kaki Mila.

Dan, protagonis kita yang suka hewan berbulu ini menyentuhnya.

.

.

.

.

.

.

Sekilat raga menyentuh kusma, kesadaran Mila Karmila terbawa pada raga, cuplikan flashback secara acak dan cepat dari waktu pertama dia menemukan rubah di Gunung Halimun terhenti di masa kecilnya ketika dia diberi kalung oleh ibunya di hari pemakaman sang nenek.

Rasa ngilu di sekujur tulang, dingin bukan main ketika kedua telapak tangan Mila mengecut dan mengembang.

Jantung berdetak pelan namun kencang.

Beragam suarapun terdengar menyebut hal acak serta memanggil namanya.

"Mila.. Mila Karmila Renggasih."

Dunia berputar sangat cepat, Mila menutup matanya.

Detak jantung berhenti

aliran oksigen tidak sampai ke kepala

mata seolah dipaksa terbelalak

Mila dapat merasakan seluruh urat nadinya mengencang

kering, menyempit, kulit kepala seolah ditarik.

.

Sosok harimau loreng muncul pada pandangannya begitu dekat.

.

Satu tarikan nafas panjang, kepalanya tertunduk ke arah tanah. Mila meraih kembali denyut jantungnya, dengan nafas lelah tersenggal-senggal, mata yang semula tidak bisa kini mulai berkedip.

Suara gaduh, gemuruh tanah, bau yang menyengat..

"Ini, sebuah pertempuran!!?"

.

.

.

Mila mendapati dirinya berdiri di atas gurun, di tengah pergolakan darah antara dua suku berdarah panas, manusia Jackal dengan Orc berkulit abu.