"Mas janji, sudah ya mas gak mau lihat kamu menangis lagi. Nanti kalau mas nggak ada kamu gak boleh nangis, mas nggak rela air matamu di usap oleh orang lain" sambil mengusap air mata Yumna yang sudah membanjiri pipinya. Baju Dicky pun sudah basah dengan air mata Yumna yang sejak tadi tidak ingin melepas pelukannya.
🔹🔹🔹
Mama dan papa datang menjenguk anak kesayangannya yang beberapa minggu terbaring tak sadarkan diri. Suatu keajaiban Arsya tersadar tidak lama setelah kehadiran Yumna. Mama dengan bahagia memeluk anak lelakinya itu.
"Syukurlah kamu sudah sadar, tahu begini mama bawa Yumna dari kemarin. Sangkin rindunya ya sama Yumna?"
"Mama apaan si"
"Di mana calon mantu mama?"
"Arsya suruh istirahat pulang dulu ma, kasihan dari kemarin kan jagain Arsya"
"Dari kemarin dia nggak tidur, sekalinya tidur dia seperti mimpi panggil nama siapa yaa?" mama mencoba mengingat.
"Ah mama jadi penasaran kenapa dia seperti itu, seperti ada trauma a. Melihat kamu terbaring tak sadarkan diri, Yumna sangat sedih. Apa ini ada hubungannya sama ketika dia pingsan di rumah a" lanjut mama menjelaskan keadaan Yumna sebelum Arsya sadar.
"Sudahlah ma, Aa tidak ingin mengungkit luka lamanya"
***
**Di rumah Yumna**
"Mas Raffli beneran mau nungguin?"
Raffli hanya mengangguk
"Ya sudah istirahat saja, Tata masak dulu ya. Nanti kalau selesai, Tata bangunin"
Yumna pun pergi ke dapur dengan membawa bahan masakan yang di beli di supermarket. Dua jam kemudian semua masakan sudah selesai, Yumna membangunkan Raffli untuk makan.
Raffli pun makan masakan Yumna dengan lahapnya, sudah lama sekali terakhir kali saat berpamitan dengam Dicky dulu. Bunda juga berada di meja makan menemani Raffli makan.
"Kamu gak makan Ta?" tanya Raffli heran melihat Yumna hanya diam tidak menyentuh makanannya
"Nanti saja mas, Yumna belum selera makan"
'Dulu tiap pulang pasti kamu selalu minta aku masakin mas' batin Yumna
'Terakhir kali kamu datang dan menggangguku memasak, dan itu adalah saat terakhir aku memasak untukmu' lanjut Yumna dalam pikirannya
⏪⏪Flash Back
*POV YUMNA*
Pagi itu kamu datang tanpa memberi kabar, mengagetkan tapi membuatku bahagia. Kejutan yang tak pernah di sangka.
"Assalamu'alaikum" terdengar salam dari luar
"Waalaikumsalam" suara salam terdengar dari luar. Aku buru- buru keluar membuka pintu. Aku terkejut melihat dua lelaki dengan masih dengan menggunakan seragam hijau lorengnya dia tersenyum di depan pintu.
"Mas Dicky !!! kok pulang gak bilang?"
"Mas kangen sama kamu Ta"
"Kangen? bukannya baru sebulan lalu ketemu mas? biasanya saja berbulan-bulan kuat. Lagian mana ada orang kangen di kawal. hihi "
"Emang gak boleh? sekarang kamu calon istri mas" protes Dicky
"Hah iya deh iya calon suami. Hmm pak kapten sudah makan?"
"Belum, pulang langsung ke sini"
"Mas Raffli ayo masuk, Tata lagi masak bentar lagi selesai"
"Iya ta, makasih" jawab Raffli dengan sopan
"Kok dia aja yang di suruh masuk, mas enggak?"
"Mas juga, tunggu sini Tata ke dapur dulu ya nanti masakannya gosong"
Kamu bahkan tak mendengarkanku, justru sibuk mengikuti ke dapur. Bukannya membantu, justru menggoda dan membuat masakanku lebih lama matang.
Siapa sangka hari itu terakhir kalinya kita makan bersama dan masakan terakhir yang ku buatkan untukmu.
Delapan bulan kemudian . . .
Pagi itu dengan gembira aku berdandan cantik di kamar, aku sedang mempersiapkan pakaian untuk pergi ke Jakarta menjemput mas Dicky yang akan pulang beberapa hari lagi. Dari luar bunda memanggilku untuk segera turun. Dengan wajah sumringah aku turun, ternyata ada seorang tamu menunggu di ruang tamu rumah.
Dia masih mengenakan seragam lengkap. Ya dari belakang aku kira itu adalah mas Dicky, aku sudah sangat bahagia dan hampir memeluknya dari belakang.
'Mas Dicky? bukannya bilang pulang beberapa hari lagi kok udah di sini?' lelaki itupun berbalik sedangkan aku masih bergumam dengan pikiranku.
"Mas Raffli? kok bisa ada disini? ada perlu apa? mas Dicky mana? bukannya pulangnya masih beberapa hari lagi?" Aku merasa heran dengan kedatangan mas Raffli ke rumahku.
Aku mengetahui jika mas Raffli adalah sahabat baik mas Dicky karena setiap kali datang ke rumah, dia selali di kawal oleh mas Raffli. Dan terakhir kali, saat berpamitan mendapat tugas di luar negeri mmas Raffli yang mengawal mas Dicky.
Mas Raffli hanya diam tidak menjawab pertanyaanku.
"E .. Anuuu, kami pulang lebih awal na" Raffli tampak bimbang menyampaikan pesannya.
Dengan wajah berbinar aku merasa sangat bahagia, mas Dicky yang pulang beberapa hari lagi hari ini justru memberikanku kejutan.
"Benarkah mas?"
Mas Raffli hanya diam mengangguk tanpa sepatah kata pun
"Lalu di mana mas Dicky? kok nggak ada?"
"Emm itu . . . "
Aku sudah merasakan ada yang tidak beres. Lalu aku mendesak mas Raffli untuk berbicara.
"Mas Raffli, mana mas Dicky !!!" teriakku kepada mas Raffli
"Ini, kamu bacalah" sambil memberikan kertas dan sebuah benda yang aku tahu itu pasti milik mas Dicky
"Apa ini mas?" tanyaku dengan penasaran
Dengan segera aku membaca lembaran kertas yang di berikan oleh mas Raffli sebelum dia memberikan jawaban. Kakiku terasa lemas tidak berdaya, tiba-tiba jatuh ke lantai masih dengan memegang kertas yang di berikan oleh mas Raffli. Ah rasanya ini sama seperti drama korea, tidak ini tidak nyata.
📄📄📄
"Assalamu'alaikum Tata sayang, apa kabarmu hari ini? aku harap semoga kamu baik-baik saja dan tetap akan baik-baik saja kelak.
Kamu tahu kan jika aku sangat menyayangi kamu? Aku berharap kamu pun demikian. Berjanjilah jangan pernah menangis, jangan pernah bersedih lagi saat aku tidak ada di sampingmu.
Terima kasih telah menemaniku selama ini, terima kasih telah menjadi wanita terhebatku. Jika bukan karena kamu, aku tidak akan mengejar impianku. Di masa tersulit, kamu yang selalu ada. Aku harap kita akan menua bersama hingga maut yang memisahkan kita.
Aku tahu kamu pasti sedang menunggu kedatangaku. Akupun tidak sabar segera bertemu denganmu. Maafkan aku sayang, jika yang datang padamu hanya sepucuk kertas ini.
Aku berharap kamu tidak akan pernah membaca surat ini sampai kapanpun, jika kamu membaca suratku ini berati aku telah pergi jauh dari sini. Meski aku tidak lagi ada di sampingmu tetaplah berbahagia sayang, dan tetaplah menjadi wanita hebat seperti sekarang.
Meski aku tidak lagi di sini, aku akan tetap menjagamu dari kejauhan. Pada saatnya nanti semoga kita akan di pertemukan lagi di sana, ku harap kamu masih menjadi wanita yang ku cintai dan mencintaiku. Sampai pada saat itu tiba, jika ada lelaki yang bisa menjagamu dari dekat aku akan sangat bahagia melihatnya. Aku akan tenang meninggalkanmu"
lelaki yang sangat mencintaimu, Dicky Adhiyudha Pradhana
Aku tidak percaya dengan surat yang ku baca, air mata sudah membasahi seluruh wajahku. Kaki ku sudah mulai lemas, aku terjatuh di lantai dengan masih memegang surat mas Dicky.
Dengan berat hati mas Raffli menceritakan semuanya kepadaku. Mendengar itu tentu saja aku tidak percaya, bagaimana mungkin ini terjadi sedangkan beberapa hari lagi memang mas Dicky akan pulang.