Chereads / Balada dr. Marmer dan Roti Kompyang / Chapter 7 - Mamang Mesum

Chapter 7 - Mamang Mesum

Dua tahun lalu sebelum acara pertunangan digelar...

"Selamat datang...Delia", tulisan pada selembar kertas yang dibawa seorang lelaki berkacamata hitam dengan rambut sedikit gondrong. Laki-laki bertubuh tinggi itu mengenakan kemeja bertangan panjang yang dilipat mendekati sikutnya. Tampak urat-urat yang timbul ditangannya menambah kesan maskulin. Walaupun terkesan urakan namun, dapat dipastikan pakaian dan aksesoris yang dikenakannya bukan cap abal-abal.

Walau sedikit ragu Delia menghampiri lelaki kekar yang sejak tadi terus memperhatikannya. Belum sempat Delia melontarkan pertanyaan lelaki itu dengan sigap menyabet koper yang dibawa Delia.

"Hey..?!" pekik Delia kebingungan.

"Kamu Delia kan?! Haha..gadis kecilku udah besar!" Lelaki itu tertawa riang sambil mengusap-usap kepala Delia.

Delia terkejut sambil mendorong tubuh lelaki itu. Sejenak ia memerhatikan lelaki itu dari ujung rambut sampai kakinya. Dalam hati tak henti ia menggerutu dan berusaha mengingat siapa lelaki yang begitu berani mengelus-elus kepalanya.

"Sungguh lelaki yang tidak sopan menyentuh seenaknya seorang gadis, berhijab pula, memangnya dia suamiku apa?!" gumam Delia.

"Maaf..ya Mas, anda siapa?! suruhan orang tua saya? kok berani-beraninya menyentuh dan ngatain saya gadis kecilku emangnya mas papa saya?!".

"Ish..ish..galaknya emang bener kamu gadisku haha..masa kamu lupa sama Mas?!".

"Siapa?!", Delia mengernyitkan dahi. Isi kepalanya sibuk mencari-cari file yang mirip dengan lelaki itu. Tak lama raut wajahnya langsung berubah, berkali-kali ia menatap dan memastikan bahwa dugaannya benar. Ya, lelaki itu adalah...

"Hah..kau?! Mamang Mes...", sekejap lelaki itu merangkul sambil menutup mulut Delia, mencegahnya melanjutkan kata-katanya.

"Ssst..udah pamali gadis kecilku gak boleh ngomong kasar panggil aku Mas Danang yaaa..!". Danang menarik lengan Delia masuk ke dalam mobil.

"Eh..tapi..tapi..tunggu dulu lepasin..ih". Delia tak berdaya mau tidak mau ia pun menuruti Mas Danang dengan wajah cemberut. Kemudian mobil sedan hitam yang dinaikinya melaju menembus gelapnya malam meninggalkan bandara Soekarno-Hatta.

Beberapa saat suasana di dlm mobil begitu hening sesekali Danang melirik ke arah Delia. Begitu juga dengan Delia, ia sungguh tak percaya tampilan mas Danang yang ini sangat berbeda dari mas Danang yang dikenalnya dulu.

"Apa yang dia makan selama ini? tubuhnya jadi setinggi ini dan kurus", Bisiknya dalam hati.

"Apa?! Kamu terpesona ya sama mas? Mas jadi ganteng kan?". Ucap Danang membuyarkan lamunan Delia.

"Aduh..aku kok tiba-tiba mual ya?! Ueeek..!"

"Hehe...udah jangan pura-pura bilang aja takjub gituu..", goda Mas Danang terkekeh.

"Ih..iya deh takjub, takjub sama mamang yang gak berubah dari dulu sok kepedean narsis!", ungkap Delia. Walaupun dalam hati kecilnya ia membenarkan bahwa sekarang mas Danang terlihat lebih maco dan keren pasti banyak wanita yang mengejarnya. Seperti dulu Delia sering dititipi surat cinta atau bingkisan yang ditujukan untuk mas Danang dari teman-teman atau yang mendadak mengaku teman hanya demi pesannya tersampaikan untuk mas Danang. Karena Delia dianggap orang yang paling dekat dengannya dan saat itu ia masih sangat kecil dan polos. Dulu mas Danang memang sering kebagian jatah mengasuh Delia, saat ibunya meminta bantuan ibu Delia membungkus parcel pesanan pelanggan. Membuat parcel memang usaha sampingan yang dilakukan ibu mas Danang disela kesibukannya menjadi guru di SMA. Terkadang pada waktu-waktu tertentu pesanan parcel membludak dan ibunya terbiasa meminta bantuan ibu Delia karena memang mereka tetangga dekat. Hubungan kedua keluarga itu sudah seperti saudara, Danang sudah tak canggung bolak balik ke rumah Delia hanya sekadar meminta sarapan atau bermain bersama Delia. Kebiasaan itu sudah dilakukan sejak ia sering ditinggal oleh orang tuanya ke luar negeri. Sampai Danang kuliah, akhirnya mereka memutuskan untuk menetap di Malaysia.

"Mamang.. kemana orang tuaku kok mamang yang jemput sendirian?! Emang mamang udah tinggal di sini lagi?!".

"Kok..kamu manggil aku mamang terus sih?! masa orang ganteng gini dipanggil mamang?! emang mamang baso!" mata Danang mendelik sinis.

"Iya..deh iya mas Danang puas! udah tuir juga cocoklah dipanggil mamang"

"Apa? tua gitu maksud kamu?ih.. apaan cuma beda delapan tahun aja dibilang tua? Kenapa sih..kamu ketus terus sama mas?kan kita udah lama gak ketemu kamu gak kangen? Ato kangen mau digendong kayak dulu..?!" Danang tersenyum geli.

"Dih..dasar mamang mesum! sapa pula yang mau digendong sama mamang mesum, udah sih jawab dulu pertanyaan aku jangan ngomong yang nggak mutu!"

"Yeay..gitu aja ngambek padahal dulu rengek-rengek minta gendong!haha.."

"Aku panggil mamang terus nih?! ayo cepetan jawab?"

"Iya..iya bener ya panggil mas. Ehem..jadi gini mas memang berencana pulang ke Jakarta. Eh..pas nyampe Jakarta mas dengar dari tante kalau kamu juga mau liburan di Jakarta ya udah mas dimintai tolong jemput kamu karena si Om terjatuh di kantor jadi tante harus ke rumah sakit".

"Hah..mas Danang berita sepenting itu kenapa nggak bilang dari tadi?! aduh..gimana keadaan papa sekarang? ayo antar ke rumah sakit sekarang mas cepat!"

Delia terlihat cemas.

"Tenang ..tenang gadis kecil kamu tuh kebiasaan suka panik makanya mas baru bilang sekarang, sudah gak apa-apa kok si Om cuma terkilir aja kakinya sekarang pasti sudah di rumah nunggu kita".

"Beneran?! gak bohong kan?! Buruan sih nyetirnya lama.."

"Ngapain juga bohong, udah kamu tenang aja nyuruh mas ngebut? tar kalo ada apa-apa mau tanggungjawab?!"

"Ah..ya udah terserah mas aja males berisik kalau deket mamang emang.."

"Hmm..awas yak udah berani melawan sekarang ..mas gendong nih..tar turun dari mobil"

"Ih.. dasar mamang mesum! awas ya kalo berani?!"

"Emang mau diapain kalo berani?!"

"Iiih...udah diam! Mas nyetir aja ya..fokus aku capek mau tidur okay!". ucap Delia kesal ia segera menyandarkan kepala dan menejamkan matanya meski sebenarnya ia tidak mengantuk.

Sementara Danang menahan tawa melihat tingkah Delia, ia teringat gadis kecil manja selalu merengek minta digendong. Jika ia menolak gadis itu terus menangis kencang menarik perhatian semua orang sehingga Danang tak kuasa menolak permintaannya. Sekarang gadis kecil itu berada di sampingnya. Gadis kecil yang kini sudah tumbuh dewasa menjadi seorang wanita cantik yang membuat ritme jantungnya tak beraturan.

"Ah..Danang yang benar saja kau menyukai gadis kecil ini?!". Danang segera menepis pikirannya itu. Mungkin ia hanya kelelahan dan membutuhkan istirahat hingga ia berpikir yang tidak-tidak, bagaimana mungkin ia menyukai gadis yang sudah seperti adik baginya. Danang segera menyalakan radio di dalam mobilnya mendengarkan musik adalah langkah yang tepat untuk menenangkan pikirannya.