Chereads / ANTARA AKU DAN MALAKA / Chapter 17 - SULTAN YANG TIDAK BERWAJAH

Chapter 17 - SULTAN YANG TIDAK BERWAJAH

Di sebuah panjera gelap, kepten bajak laut di penjarakan bersama teman-teman nya. Ia geram dan ingin segera keluar dari tempat itu.

Namun ia belum menemukan cara. Namun bukan bajak laut jika tidak mampu lolos dari sebuah kurungan sederhana.

"Hei kau"panggil kapten bajak laut ke seorang penjaga penjara'

Penjaga itu mendekat "kenapa??"

"Anak mu ada berapa?"

si Penjaga merasa ada yang tidak beres dengan nada bicara si bajak laut "kau tidak perlu tahu"

"Kasian kamu hidup dalam kemiskinan, maksud ku kami bisa memberi mu uang banyak jika kamu mau membuat kesepakatan dengan kami"tawar nya'

Mendengar nya membuat si penjaga berfikir. Hati nya bimbang namun apa yang di katakan bajak laut itu adalah benar.

"Kamu mau kasih aku berapa"

"Roy bawa kantong emas itu kesini"perintah nya'

Roy anak buak kesayangan sang kapten memperlihatkan sekantong emas.

Si penjaga menjelit, ,"itu banyak sekali, aku bisa kaya jika memiliki itu"fikir nya dalam hati.

"Bagaimana kamu setuju??"tawar si kapten'

"Baiklah, apa yang harus aku lakukan"

"Lepaskan kami"

Si penjaga melemparkan kunci ke dalam sel. Dan Roy melemparkan sekantong emas keluar sel.

"Bagus dengan begini kita akan balas dendam. Parameswara tunggu kau, aku akan menebas kepala mu"

***

Teriakan kebebasan para bajak laut menggema di lorong penjara. Mereka tidak hanya bebas tetapi mereka juga membuat kekacauan dengan melepas tahanan lain.

Segenap perajuit kerajaan datang untuk mengatasi kekacauan namun mereka kemudian habis di makan masa tahanan yang mengamuk.

Kapten bajak laut dan kru nya berlari mencari jalan keluar namun mereka tiba di aula penjara dan melihat sesuatu yang sangat mengejutkan.

"Bukan kah itu gambar sultan Malaka"tanya kapten'

"Benar kapten, mereka memajang gambar sultan di ruangan ini"

"Aku seperti kenal dengan wajah itu, hahahahaha tidak kusangka sultan adalah...parameswara, Parameswara adalah sultan Malaka"

Roy mengambil gambar itu dan memperhatikan setiap lekukan wajah nya "sultan tak berwajah, itu karena ia tidak pernah ada di istana"

"Bagus kita akan membunuh parameswara dan sultan"

sakali tepuk dua lalat akan mati, tidak kusangka Dewi Fortuna memberkati ku.

***

"Terimakasih fiqoh, kami jadi tertolong"ucap parameswara '

"Sama-sama, kalian akan langsung pergi??"

"Iya kami harus mengantarkan surat dari sultan"

"Biar aku antar ke kapal"tawar fiqoh'

Mereka kembali ke pelabuhan, di bibir pelabuhan fiqoh mengucapkan selamat jalan. "Lain kali mampir lagi"

Parameswara kembali ke ruangan kemudi dan Vano mengembangkan layar. Kapal pun kembali berlayar menjauh dari bibir pelabuhan.

Dengan kecepatan penuh kapal hebat itu berlayar di laut lepas. Setalah jauh dari Brunai Maria menyadari sesuatu.

"Ahmed, Ahmed dimana"kata Maria khawatir'

Aisyah mendekati Maria "aku tidak melihat nya jangan-jangan...

Aisyah berlari menuju ruangan kemudi "Ali.."teriak aisyah'

Spontan parameswara terkejut dengan ekspresi Aisyah "ada apa?"

"Ahmed tinggal"

"Maksud nya"

"Ahmed tidak ada disini dia tinggal di Brunai"

***

Parameswara memanggil semua orang untuk membahas masalah Ahmed. Di lain sisi mereka harus cepat menuju silla dan di lain sisi mereka masih memikirkan tentang Ahmed.

"Kita tinggal kan saja dia"ujar vano'

Aisyah tidak setuju dengan ide itu "kita jemput, kita belum terlalu jauh"

vano berdiri dan menatap Aisyah kesal

"Kita tidak punya waktu untuk memikirkan tentang Ahmed karena Kwang lebih penting"jawab vano'

"Tapi tetap saja kita tidak boleh meninggal kan dia sendiri disana"Aisyah membantah'

Parameswara hanya diam, ia menyaksikan dua pendapat yang sama-sama penting dan benar.

Beberapa saat ia berfikir.

Dan ia memutuskan

"Kita kembali ke Brunai menjemput Ahmed"tegas parameswara'

Vano berdiri ia bersih keras tidak setuju "tapi kapten...

"Ahmed bagian dari kita, kalian ingat karena ada Ahmed kita bisa makan tempo hari"

Vano diam, itu tanda nya ia tidak bisa menolak keputusan parameswara.

Parameswara memutar arah kapal kembali menuju Brunai.

***

Butuh waktu untuk kembali menepi ke pelabuhan. Karena mereka telah berjalan lumayan jauh, jadi lumayan memakan waktu.

Dari menara tertinggi kapal vano meneropong ke arah pelabuhan namun pemandangan mengerikan membuat ia tak berkedip. "Apa apaan ini?"

Vano turun dari menara kapal. Ia menceritakan apa yang ia lihat kepada Maria dan yang lain.

Berlahan kapal menepi, vano melempar jangkar. Dan sebuah pemandangan mengerikan mereka lihat di pelabuhan.

Mayat bergelimpangan, banyak kepala manusia yang terpisah dari badan nya. Pelabuhan itu hancur seperti baru saja terjadi pertempuran.

Parameswara mendekati salah satu mayat prajurit Brunai yang bersimbah darah.

"Ada yang hidup di sini" teriak Anjani'

Parameswara dan yang lain berlari ke arah Anjani dan melihat seorang pekerja pelabuhan sedang sekarat dengan luka tebasan di dada.

"Tuan, ada apa disini"tanya Anjani sembari memangku kepala nya'

"Suku dalam, mereka menyerang"kata nya lemah'

Tak lama kemudian pekerja itu meninggal.

Mereka tidak percaya akan melihat pemandangan mengerikan itu disana.

"Apa yang terjadi disini"

"Ahmed, dimana dia"ucap Aisyah khawatir