Chereads / Kakera / Chapter 12 - Vengeance

Chapter 12 - Vengeance

Setelah selesai mandi dan berdandan seadanya dengan baju yang telah disiapkan oleh ibunya Kiki. akupun mengajak Kiki untuk menikmati pesta 17 Agustus di balai kota. Akupun berhasil membuat Kiki tertawa dan menikmati hari ini. Sungguh aku bahagia melihat senyum cerianya telah kembali seperti sedia kala namun tetap saja sedih karena esok ia akan pergi. Aku telah diijinkan tinggal dirumah Kiki, meskipun aku belum sempat menjelaskan... atau lebih tepatnya cerita bohong agar aku dapat tinggal disana. Aku tak mungkin bercerita bahwa aku telah membunuh orang dan ingin tinggal di rumah orang lain karena tidak ingin kesepian.

Puas menikmati acara 17 Agustusan. Kamipun pulang ke rumah. Di perjalanan aku melihat mobil yang aku kenal. Mobil salah satu teman penyusup yang membunuh papa dan mama. Aku sangat mengenal betul mobil itu, mobil yang sempat singgah di rumahku untuk entah mengambil sesuatu dari temannya. Mobil itu terparkir pada suatu rumah yang terlihat kosong.

"Dapat Kalian...."

Perasaan dendam dalam hatiku mulai bergejolak. Tapi aku tak mungkin melakukannya saat ini. Terlebih lagi Kiki ada didekatku. Aku tak ingin dia terlibat apa lagi mengetahui bahwa aku akan mengotori tanganku yang sangat kotor akan nafsu dendamku.

***

Tengah malamnya, tanpa kata pamit ke Kiki dan ibunya, akupun pergi diam-diam menuju rumah tempat mobil itu terparkir. Sambil membawa tas sekolah dengan membawa "peralatan" yang kubutuhkan. Akupun pergi dari rumah Kiki untuk mencari petunjuk yang barusan kudapat tadi sore. kemungkinan mobil itu telah tidak ada lagi di rumah itu, tapi setidaknya aku bisa mendapatkan suatu petunjuk di rumah itu.

Jalanan yang begitu sepi dan dingin, hanya suara langkah kaki dan desau angin malam yang ada. Ah, tidak lupa juga suara anjing malam yang melolong menjadi musik alami di kota kecil ini.

Mobil itu masih ada rupanya.

Aku masuk kedalam rumah tua tersebut dengan berhati-hati agar tidak menimbulkan banyak suara. Rumah biasa berhiaskan debu dan sarang laba-laba. Rumah ini berlantai kayu berdebu bersuasanakan sunyi mencekam.

Setengah jam aku memeriksa seluruh kamar dan lantai rumah ini, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa ada orang yang pernah masuk ke rumah ini. Lalu kenapa mobil itu terparkir di luar? Apakah rumah ini sekedar tempat parkir mobil itu? akupun memeriksa kembali rumah ini dan menemukan satu hal yang menarik.

Lantai rumah ini terdengar nyaring. Rumah ini hanya satu lantai, tapi kenapa suara lantainya berbunyi nyaring? Seakan-akan masih ada ruang kosong dibawah lantai ini. Tapi terlihat dari luar kelihatan jelas kalau rumah ini hanya rumah sederhana berlantai 1. Karena yakin rumah ini kosong, aku menyalakan senter agar dapat melihat lebih jelas.

Aku arahkan senterku untuk menerangi ruangan tempat aku berada. Sesekali aku menghentakkan kakiku untuk memastikan ruang kosong di lantai bawah ini. Di pojok ruangan terdapat alas kaki yang ditempatkan secara aneh. Aku tidak melihatnya karena alas kaki itu berwarna hitam sehingga tidak begitu kelihatan ketika disinari cahaya bulan. Kusingkirkan alas kaki itu dan...

Pintu rahasia!

Sebuah pintu bawah tanah. Kurasa disini aku bisa menemukan petunjuk yang kucari. Akupun dengan sekuat tenaga mencoba membuka pintu ini yang ternyata sangat berat. Meskipun tidak terkunci, aku tidak menyangka pintu ini sedemikian berat untuk diriku yang masih SD ini.

Setelah berhasil membuka pintu itu dengan susah payah. Akupun menerawang ruangan ini. Aku tidak bisa melihat keadaan sekitar ruangan ini dengan pencahayaan seadanya dari senterku. Akupun menuruni tangga pintu rahasia ini.

"Plick"

Cahaya terang langsung menerangi ruangan ini. Sebuah lampu yang menempel di langit-langit ruangan ini yang tidak lain adalah lantai 1 rumah ini tiba-tiba menyala.

Siapa yang menyalakan lampu?

Aku tak sadar ternyata aku masuk perangkap.

Aku terkepung. Ada 5 orang di ruangan ini. Di setiap sudut ruangan ini terdapat 1 orang yang berjaga. Dan yang menyalakan saklar lampu adalah orang yang berada di depanku. Menatapku dengan tatapan merendah.

"Seperti yang Profesor itu bilang. Seseorang akan menemui kita dan itulah target kita"

Orang yang ada di depanku kelihatan adalah pemimpinnya.

Berbicara arogan seakan dia sudah menunggu kedatanganku.

"Tapi masa, anak kecil begini target kita?"

Salah satu dari mereka yang terlihat kurus angkat bicara

"Masa bodoh. Profesor itu sudah bilang, Siapapun yang berhasil masuk sampai ke ruangan ini adalah target kita.Tak usah banyak cingcong, lagi pula bayarannya GEDE."

Siapa Profesor yang mereka maksud? Kenapa mereka bisa tahu kalau aku akan datang pada mereka? ini sungguh menyebalkan. Aku masuk dalam perangkap dengan mudahnya.

Perlahan-lahan merekapun mendekat beberapa langkah mendekatiku. Aku tidak bisa lari karena mereka juga telah menutup pintu keluar dibelakangku. Kurasa ada 1 orang lagi yang sengaja menunggu diluar dan segera menutup begitu aku masuk ke ruangan bawah tanah ini. Akupun segera merogoh tasku dan memegang pisau yang hendak kukeluarkan.

"Kenapa nona kecil? Mau keluarin duit ya?"

Si kurus mendekat.

"Apa yang abang-abang lakukan di rumah ini?"

"Hmm... itu urusan orang dewasa. Anak kecil tidak perlu tahu, tapi kalau di kasih uang mungkin abang mau kasih tahu."

Sontak mereka tertawa. Tak satupun dari mereka memegang senjata selain tangan kosong, dengan ini berarti aku berada di atas angin dengan pisau di tanganku. Mereka akan kesulitan melawanku yang memiliki senjata. Setidaknya, si kurus ini akan kubunuh duluan. Melihat temannya dibunuh olehku mungkin... mereka akan takut dan membebaskanku atau malah semakin marah, tapi daripada menyerah, aku lebih suka melawan hingga akhir.

"Woy... Ngapain bengong bocah tengil?!"

Salah satu dari mereka mulai menghardikku, aku kemudian memandang dengan tatapan kaget dan memelas.

"Kok aku dimarahi bang? Aku kan cuma mau nanya bang."

"Abang akan marah kalau tidak dikasih duit. Sini tasmu! Kamu pasti bawa uang kan? KASIH!"

"Duit mulu isi pikiranmu!"

Salah satu dari teman mereka menyeletuk.

"Berisik, suka-sukaku dong!"

"Kok galak begitu bang? Aku kan cuma nanya. Nih bang..."

Akupun merogoh isi tasku dan berusaha tampak lugu, Si kurus yang tadinya menghardik kemudian sedikit melunak dan segera mendekatiku.

"Yah gitu dong. Anak pintar."

Ketika dia menyodorkan tangannya. akupun langsung menusuk perut orang itu dengan pisau yang sudah kusiapkan dalam tasku. Hanya saja pisau itu tidak menancap perutnya karena orang itu tiba-tiba saja menjauh. Salah satu temannya yang berambut pirang menariknya sehingga selamat dari tusukanku. Setelah menarik temannya, diapun maju dan...

'PUAK'

Aku terkena tendangannya yang membuatku terpental. Dadaku terasa sangat sakit karena tendangan langsung pria itu. Pria yang menendangku mendekat. Rambutnya yang pirang dan pendek dengan baju ala preman yakni, kaos dan jaket yang robek-robek beserta celana jins yang lututnya telah bolong. Wajahnya yang kotor karena dengan debu serta ekspresi wajahnya yang dingin, iapun mengangkat kakinya...

'Gyeet'

"Agggggggggggghhhh"

Tanganku yang memegang pisau diinjak dengan sangat kuat. Rasa sakitnya membuat genggamanku terhadap pisau itu melemah hingga akhirnya terlepas dari tanganku.

"Br-brengsek... hampir saja aku mati karena bocah sialan itu!"

Si kurus yang hampir saja perutnya kutusuk mulai mengumpat. namun terlihat jelas di matanya bahwa dia sangat ketakutan karena tindakanku barusan. Si kurus yang hampir kutusuk itu kemudian mengambil pisauku yang terjatuh. Aku menggunakan tanganku yang satunya untuk berusaha mengangkat kaki orang berambut pirang itu tapi tidak bisa. Aku melepaskan diri dengan berusaha mencoba menggigit pergelangan kakinya yang tapi...

"Agggh"

Kakinya semakin kuat menginjak tanganku sehingga membuatku semakin tidak berdaya. Sementara orang yang hampir saja aku bunuh semakin dekat dengan pisau di tangannya.

"Ah... sepertinya aku tidak bisa balas dendam. Bahkan aku tak dapat membunuh satupun dari mereka. ah....Kiki... maafkan aku..."

Selesai aku bergumam dalam hati tiba-tiba orang yang menginjak kakiku menendang perutku dengan sangat keras.

Kemudian semuanya gelap...