Saat ibu Zhu Haimei belum menyebut soal masalah peramal, ibu mertuanya masih tenang. Akan tetapi, begitu ibunya menyebut masalah itu, ibu mertuanya pun langsung tersenyum dingin dan berkata, "Kehidupan Phoenix? Malas-malasan dan tidak bekerja, sementara orang lain harus menghidupinya? Itu bukanlah kehidupan phoenix."
"Yang kamu katakan itu tidak benar. Haimei ku sedang memasak sekarang. Bagaimana bisa kamu menyebutnya bermalas-malasan? Lagipula, bukankah Dongyuan mu juga naik jabatan menjadi seorang Komandan Kompi?"
Setelah mendengar itu, ibu mertuanya menjadi sangat marah. "Jangan tidak tahu malu, Putra tertuaku dipromosikan menjadi seorang Komandan Kompi karena hasil usahanya sendiri. Lagipula, kamu sudah menyuap Tuan peramalnya agar seluruh keluargaku percaya padanya."
Di sisi lain, ada Zhu Haimei yang mendengar percakapan mereka dengan jelas. Apa? Menyuap? Apa maksudnya? Zhu Haimei semakin fokus untuk mendengarkan percakapan mereka sambil merebus air.
Jantung ibu Zhu Haimei langsung berdegup dengan kencang setelah mendengar ucapan barusan, ia kemudian berteriak, "Siapa yang menyuap? Katakan dengan jelas, siapa yang menyuap?"
Ibu mertuanya lalu mendengus kesal. "Kamu takut ketahuan, kan? Jangan panik begitu."
Entah mengapa, ibu Zhu Haimei tiba-tiba tidak ingin berdebat dengan besan nya lagi. "Aku tidak mau banyak bicara denganmu. Aku lihat, kamu tidak memerlukan ayam ini di rumahmu, jadi lebih baik aku bawa pulang lagi." Ibu Zhu Haimei lalu menolehkan kepalanya ke arah dapur dan berkata, "Haimei, Ibu pergi dulu. Datanglah ke rumah nanti." Setelah mengatakan itu, ia pun pulang dengan membawa ayam di tangannya.
"Aku mengerti." Jawab Zhu Haimei, ia masih linglung setelah mendengar perdebatan barusan, tetapi ia perlahan-lahan mengerti. Tadi malam ibunya berkata bahwa beliau sudah bersusah payah untuk membuatnya menikah dengan Shen Dongyuan. Ternyata ibunya menyuap seorang peramal untuk mengelabui keluarga Shen Dongyuan. Fakta ini membuat Zhu Haimei merasa malu dan gelisah.
Sudahlah, ia tidak mau terlalu memikirkannya. Begitu air sudah mendidih, ia keluar untuk menemui ibu mertuanya. "Bu, aku benar-benar tidak bisa memasak makanan babi. Bagaimana kalau Ibu mengajariku terlebih dahulu?"
Karena suasana hati ibu mertuanya sedang buruk, beliau pun menanggapinya dengan sinis. "Apa? Kehidupan Phoenix? Keluarga kami sudah tidak mempercayainya."
Meskipun ditanggapi dengan nada sinis, tetapi Zhu Haimei berusaha untuk tetap tersenyum. "Ajari aku Bu. Aku berjanji besok akan bangun pagi untuk memasak makanan babi."
Karena kaki ibu mertuanya masih belum sembuh, maka beliau hanya bisa memberikan arahan dengan menunjuk ini dan itu. Meskipun ibu mertua Zhu Haimei masih merasa kesal, tetapi ia tetap mengajari menantunya itu, karena tidak ada orang lain lagi yang bisa ia suruh.
Setelah kejadian tersebut, Zhu Hai Mei bangun pagi-pagi dan merebus air di panci besar untuk merebus makanan babi. Kemudian ia menarik dombanya ke luar, dan membawanya ke atas tumpukan rumput. Setelah itu, ia memberi makan dan minum pada ayam.
Ia sudah membicarakannya dengan ayah mertuanya agar tidak melepaskan ayam ke luar. Mereka berdua sepakat bahwa tidak akan ada ayam yang berkeliaran, dan tidak akan ada kotoran ayam lagi, sehingga halaman rumah mereka menjadi sangat bersih dan rapi.
Karena sibuk mengerjakan rutinitasnya dari pagi, perut Zhu Haimei menjadi sangat lapar, ia pun makan dengan porsi secukupnya. Setelah lima atau enam hari berlalu, ia merasa ikat pinggang celananya menjadi longgar. Ketika kakak iparnya datang, ia juga terkejut saat melihat Zhu Haimei. "Berat badanmu turun lagi?"
Zhu Haimei kemudian menarik lengan bajunya dan menyiram kol yang ditanam di luar. Ketika ia mendengar kakak iparnya berkata demikian, ia tidak bisa menahan diri untuk menyentuh wajahnya. "Benarkah?"
Shen Hualian pun tak bisa menahan tawanya saat melihat tingkah Zhu Haimei. "Aku masih bisa berbohong ternyata, Ibu di mana?" tanyanya sambil sedikit bercanda.
Zhu Haimei lalu melihat ke dalam rumah. "Aku tidak tahu."
"Aku akan pergi mencarinya." Shen Hualian berkata sambil berjalan menuju rumah.
Wang Chunlai yang ada di belakangnya, membawa tas dan menyapa Zhu Haimei. "Sibuk ya, coba tebak apa ini?"
Suami kakak iparnya tersebut membawa sebuah tas, lalu terbesit sesuatu di kepala Zhu Haimei. Ia kemudian berkata, "Persik kuning?" 'Apakah Kakak ipar benar-benar ingin membuat makanan kaleng itu?' Tanya Zhu Haimei dalam hati.
Wang Chunlai lalu mengacungkan ibu jarinya. "Pintar, Adik ipar. Apa menurutmu kita bisa melakukannya? Ayo kita coba dulu."
Wang Chunlai terus-menerus memikirkan hal tersebut hingga tidak bisa tidur. Otaknya dipenuhi dengan rencana membuat buah persik kuning kalengan. Ia berpikir seperti pepatah lama yang mengatakan; 'Jangan dibelenggu oleh apa pun. Beranilah dalam melakukan apa yang ingin kamu lakukan.' Sekarang, kebijakan negara secara bertahap sudah mulai longgar, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal itulah yang membuat Wang Chunlai ingin mulai mencoba sesuatu, mungkin saja ia bisa sukses.
Setelah Zhu Haimei berpikir sejenak, ia berkata "Aku harus mencobanya dulu. Apakah persik kuningnya sudah matang?"
Kemudian Wang Chunlai membuka tas yang dibawanya dengan cepat, lalu memperlihatkan pada Zhu Haimei bahwa persik kuningnya masih belum matang. Ia juga dengan khusus memilihkan buah-buah itu sendiri di kebunnya.
Zhu Haimei lalu melihat satu per satu buah persik yang seukuran dengan kepalan tangan tersebut. Tas tersebut berisi buah persik yang sedikit menguning. "Tidak terlalu bagus, bagaimanapun juga buahnya harus 80% matang. Buah-buah di dalam tas ini baru menguning."
"Itu gampang. Lusa, buah ini bisa matang 80%. Aku punya cara agar buah-buah ini bisa matang 80%. Katakan padaku, apa lagi yang harus dibeli? Aku akan membelinya."
Apakah kakak iparnya bersungguh-sungguh?
Kalau semua bahannya sudah dibeli, maka akan mudah untuk membuatnya. Tetapi apakah Wang Chunlai bisa mendapatkan barang yang ia inginkan? Ia tidak berani menjaminnya.
Lalu, ibu dan ayah mertuanya terlihat keluar dari rumah. Ketika mereka melihat tas itu, mereka langsung bertanya, "Apa buah persik kuningnya bisa dimakan sekarang?"
"Belum. Aku menyuruh Chunlai menutupinya agar bisa matang, kalian makan lah dulu."
Ibu mertuanya pun cemberut. "Apakah buahnya bisa lezat jika dibiarkan matang dengan cara ditutup? Lebih baik kamu menjualnya seharga dua yuan saat musim gugur."
Shen Hualian pun berkata, "Menjualnya di musim apapun juga sama saja." Ia kemudian mengedipkan mata pada Wang Chunlai untuk memberi isyarat. Wang Chunlai lalu segera mengangkat tasnya ke dapur.
Malam itu Shen Hualian tidak pergi, dan tidur bersama dengan Zhu Haimei di satu ranjang.
"Adik ipar, apa kamu tahu bagaimana cara membuat makanan kaleng ini? Apa saja yang harus dibeli? Katakanlah."
"Ada satu barang yang tidak mudah untuk dibeli." Ujar Zhu Haimei sambil menatap bola lampu yang cahayanya tampak redup.
"Apa?"
"Pewarna makanan. Jika kita tidak memasukkan pewarna makanan, maka warnanya akan sangat jelek. Kalau warnanya jelek, aku khawatir tidak akan laku dijual."
Shen Hualian tentu tidak tahu apa itu pewarna makanan.
"Kak, jangan khawatir tentang masalah ini. Aku akan pergi keluar besok, tolong kakak beritahu Ibu."
"Oke, kamu boleh pergi. Kemarin, Ibuku memujimu di depanku. Ibu mengatakan bahwa sekarang kamu menjadi rajin dan sudah bisa memasak."
Zhu Haimei hanya tertawa dan tidak membalas ucapan barusan. Tentu saja ia harus rajin. Jika tidak, apa ia masih bisa tetap tinggal di sini?
Keesokan harinya, Zhu Haimei pagi-pagi sekali sudah pergi.
Begitu melihat Shen Hualian yang sibuk mengerjakan pekerjaan rumah, ibu mertuanya langsung mengerutkan kening. "Di mana Haimei?"
Shen Hualian lalu tertawa dan berkata, "Sepanjang hari di rumah itu juga cukup melelahkan, Bu. Jadi, aku akan menggantikannya selama satu hari."
"Apakah ia bisa kelelahan hanya karena melakukan beberapa pekerjaan rumah dengan tubuh gemuknya itu?"
"Ibu tidak boleh berkata seperti itu. Bukankah ibu juga akan merasa lelah setelah seharian bekerja? Sekarang Ibu harus bersyukur karena Haimei sudah berubah."
Saat ini, ibu mertuanya tidak bisa mengatakan bahwa ia membenci Zhu haimei, meskipun selama beberapa hari belakangan, ia selalu menatap Zhu haimei dengan tatapan dingin. Beliau tidak bisa benar-benar membenci Zhu Haimei karena menantunya itu sudah berubah dan menjadi benar-benar berbeda dari sebelumnya. Zhu Haimei yang sekarang, selalu berbicara dengan benar dan logis, serta melakukan berbagai hal dengan rapi, bahkan masakannya juga terasa lezat. Tidak peduli bagaimana buruknya ia berbicara pada Zhu Haimei, dan menyuruhnya bekerja, menantunya itu sama sekali tidak mengeluh sedikitpun. Menantunya akan melakukan apa yang harus ia lakukan seperti biasanya.
Saat ada kerabat datang, Zhu Haimei juga tersenyum dan menyapa mereka, serta menuangkan teh. Menantunya itu akan sibuk melakukan ini dan itu demi menjamu tamu tanpa terkecuali. Siapa pun tidak akan ada yang bisa menemukan kekurangan Zhu Haimei. Akan tetapi, ada satu hal yang tak bisa ia lakukan sama sekali, yaitu bekerja di ladang.
Saat ibu mertuanya menyuruhnya pergi untuk menyiangi rumput, Zhu Haimei tidak bisa menyelesaikan tugasnya dalam waktu setengah hari, padahal ia hanya harus menyiangi rumput sejauh dua meter. Zhu Haimei justru segera berlari ke bawah naungan pohon untuk beristirahat. Melihatnya seperti itu, benar-benar membuat orang kesal.
Ibu mertuanya lalu menghela nafas. "Tidak ada yang bisa aku lakukan tentang hal itu. Aku akan benar-benar puas ketika aku bisa menggendong cucuku. Dongyuan sudah berusia dua puluh tahun lebih. Di desa ini, pria seumurannya sudah mempunyai anak yang sudah bisa berjalan."
"Cepat atau lambat, ia pasti akan membiarkan Ibu menggendongnya."
Ibu mertua Zhu Haimei yang sedang berdiri di depan Shen Hualian kemudian bertanya, "Apakah menurutmu mereka sudah melakukan malam pertama?"
Meskipun Shen Hualian sudah memiliki dua orang anak, tetapi begitu ibunya membicarakan topik ini, wajahnya tiba-tiba memerah dalam sekejap. "Buat apa Ibu mengkhawatirkan hal itu?"
"Malam nanti, kamu tanyakan padanya."
Wajah Shen Hualian lalu berubah menjadi tegang. "Tidak mau, aku tidak akan menanyakan hal itu padanya. Kalau Ibu penasaran, tanyakan saja sendiri." Kata Shen Hualian kemudian berbalik dan pergi untuk memberi makan babi.