Chereads / Jiwa Yang Terlahir Kembali / Chapter 5 - Pria Baik Menikahi Istri Pemalas

Chapter 5 - Pria Baik Menikahi Istri Pemalas

Zhu Haimei fokus pada pekerjaannya mencabuti rumput dengan menggunakan sekop, tetapi lengannya semakin lama terasa semakin sakit. Saat ia masih kecil dan bibinya masih bercocok tanam, ia pernah ikut pergi bekerja dengan beliau. Ketika kakak laki-laki dan perempuannya sedang memangkas rumput di depannya, Zhu Haimei akan bertingkah konyol di belakang mereka. Kakak-kakaknya itu memiliki rasa sayang yang begitu besar terhadap dirinya. Mereka lebih sering menyuruhnya untuk bermain daripada membantu di ladang, karena tidak tega harus membuatnya kelelahan. Semakin ia memikirkan kenangan itu, matanya mulai berkaca-kaca hingga air matanya pun tak bisa terbendung lagi. Entah kapan ia bisa mengunjungi bibi dan pamannya lagi, apakah mereka akan merindukannya? 

Akan tetapi ia yakin bahwa bibi dan pamannya akan hidup dengan baik karena di sana masih ada kakak-kakaknya yang sangat berbakti. Zhu Haimei lalu berdiri dan mengusap keringat yang membasahi wajahnya. Lengan dan kakinya terasa sakit karena kelelahan bekerja. Ia merasa puas saat melihat ladang sayur yang ada di belakangnya tampak bersih. Zhu Haimei lalu berbalik dan melihat ke depan, di sana masih ada sedikit rerumputan yang harus ia bersihkan. 

Sambil menunggu pergantian hari, Zhu Haimei kembali menggemburkan tanah untuk menanam bibit-bibit sayuran agar tidak perlu membeli sayuran di musim panas tahun ini. 

Ia hanya perlu menanam bok choy dan pekerjaanya hari ini akan segera berakhir. Mungkin karena ada terlalu banyak rumput, jadi bok choy yang tumbuh berukuran sangat kecil. Meskipun berukuran sangat kecil, tetapi pertumbuhannya sangat padat. Ia kemudian teringat bahwa dulu pamannya pernah berkata, "Jika menanam bibitnya terlalu dekat, maka bibitnya tidak akan subur. Jika ingin bibit yang subur, maka kita harus mencabut beberapa bibit yang lain agar bibit memiliki ruang untuk tumbuh. Jika jarak tanamnya benar, maka bibit akan tumbuh dengan baik." 

Zhu Haimei kemudian berjongkok di depan bibit sayuran itu dan bertanya-tanya, bagaimana cara mencabutnya? 

Lalu tiba-tiba terdengar sebuah suara dari sampingnya. "Pertama, cabut bibit yang besar dan biarkan bibit yang kecil tumbuh. Bibit yang besar bisa dimakan." 

Zhu Haimei segera berdiri setelah mendengar suara kak Huang. "Kak Huang," sapanya. 

Sepertinya kak Huang sudah tidak lagi marah kepadanya. "Hari sudah siang. Jangan memaksakan diri untuk bekerja. Kepalamu bisa pusing karena terkena panas matahari yang menyengat." Saran kak Huang. 

"Baik, Kak." Jawab Zhu Haimei. 

Setelah itu, kak Huang berbalik dan pergi menuju ke ladang sayurnya sendiri. Zhu Haimei lalu melihat ke arah ladang keluarga kak Huang. Bok choy di ladang sayur mereka tumbuh dengan baik karena bibitnya tidak tumbuh berdesakkan. Pasti karena kak Huang sering mencabutnya untuk dimakan. 

Ia melihat kak Huang mondar-mandir untuk waktu yang lama, tetapi hanya membawa dua mentimun di tangannya. Zhu Haimei lalu dengan cepat berjongkok dan mencabut beberapa bok choy besar kemudian memberikannya pada kak Huang. Tindakannya tersebut membuatnya mendapat tatapan tak percaya dari kak Huang. 

Zhu Haimei lalu berkata, "Ambillah, Kak Huang. Tolong maafkan kesalahan yang dulu pernah aku lakukan dan jangan marah lagi padaku." Ujarnya sambil menyerahkan bok choy pada kak Huang. 

Kak Huang mengambil bok choynya setelah melihat ketulusan yang terpancar di wajah Zhu Haimei. "Kalau begitu, lanjutkan pekerjaanmu dan segeralah pulang untuk memasak." Kata kak Huang pada Zhu Haimei. 

"Baik, Kak. Kak Huang lebih baik pergi saja dulu. Aku akan pulang setelah selesai menanam ini dan sekop mu akan aku kembalikan nanti malam." Balas Zhu Haimei. 

Kak Huang mengangguk sambil tersenyum, tetapi hatinya sebenarnya masih merasa ragu dengan perubahan sikap Zhu Haimei. Mengapa wanita itu tiba-tiba berubah? Pasti akan lebih baik kalau Zhu Haimei bisa terus bersikap sopan seperti ini. Dahulu, kak Huang bersikap baik kepadanya karena suami Zhu Haimei adalah seorang komandan kompi, sedangkan suami kak Huang hanya komandan peleton. Ia sengaja bersikap baik agar suaminya mendapat dukungan dari suami Zhu Haimei, tetapi siapa sangka kalau Zhu Haimei adalah orang yang sangat menyebalkan. 

Hati kak Huang sempat diliputi perasaan hangat saat menanggapi perubahan sikap Zhu Haimei yang menjadi lebih baik, tetapi suasana hatinya berubah dalam sekejap saat teringat perlakukan Zhu Haimei yang pernah merebut makanan Qiang Qiang. 'Sebaiknya, kita lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya.' Pikir kak Huang. 

Zhu Haimei sudah selesai mecabuti semua rumput yang ada di ladang sayurnya, lalu bergegas untuk pulang. Akan tetapi ia bingung saat memikirkan menu makan siangnya, karena tadi pagi ia sudah memakan satu porsi mie untuk sarapan. Di dapur rumahnya hanya tersisa dua genggam remahan mie. Ia tidak bisa mengatasi rasa laparnya hanya dengan memasak sayuran untuk makan siang. 

Tetapi Zhu Haimei tidak punya pilihan lain. Ia akhirnya berjongkok dan mencabut beberapa bok choy muda sebelum pulang. Di rumah masih ada sedikit tepung sehingga ia bisa membuat kue sayuran untuk makan siangnya. Memikirkannya saja sudah membuat air liurnya mau mengalir keluar. Zhu Haimei juga masih memiiki simpanan uang sebesar 4.6 yuan, namun ia tidak tahu apa yang bisa ia beli dengan uang tersebut. 

Jika Shen Dongyuan melihat perubahan sikapnya hari ini, apakah hati pria itu akan luluh? 

Memikirkan pria itu membuatnya menjadi bersemangat. Aduh, mengapa ia menjadi seperti ini? 

Ketika Zhu Haimei berada di dekat tempat latihan, ia membenarkan letak kajang kecil yang ada di depan dahinya. Sebenarnya, ia tidak bisa melihat apapun karena ada sebuah dinding di depannya. Indra pendengarannya kemudian mendengar sebuah bunyi peluit, sepertinya suara peluit panjang itu menandakan bahwa latihan sudah berakhir. Zhu Haimei pun bergegas pulang agar tidak bertemu dengan para prajurit. Meskipun ia sudah mempercepat langkahnya, tetapi ia tetap bertemu dengan beberapa orang, termasuk kak Wu yang merupakan suami dari kak Huang. 

"Kak Wu." Sapa Zhu Haimei. 

Sementara itu, Wu Tianlei menatap Zhu Haimei dengan tatapan heran. Apalagi saat melihatnya membawa sebuah sekop dan bok choy, serta memakai celana yang terlihat kotor. Ini adalah kali pertama Wu Tianlei melihat seorang Zhu Haimei menanam sayur di ladang, karena dulu Zhu Haimei selalu meminta bantuan istrinya untuk melakukan hal tersebut. 

Kapten Shen pernah mengatakan bahwa Zhu Haimei adalah seorang wanita pemalas. Begitu kapten pulang ke rumah, ia akan mencium bau tidak sedap karena Zhu Haimei tidak pernah membersihkan rumah. Kapten Shen juga bilang sendiri bahwa orang lain akan menikahi seorang perempuan yang baik, sedangkan ia tidak. Ia menikah dengan induk babi besar yang rakus, kotor, dan pemalas. Akan tetapi, sosok Zhu Haimei yang Wu Tianlei lihat sekarang terlihat bersih dan rapi, bahkan pergi bekerja di ladang. 

Zhu Haimei segera menundukkan kepalanya setelah melihat tatapan heran Wu Tianlei, lalu bergegas pulang ke rumah. 

Wu Tianlei pulang ke rumah dan melihat dua piring di atas meja. Salah satu piring tersebut berisi mentimun dengan bawang putih yang sudah dihaluskan dan yang satunya lagi berisi tumis bok choy. Dua hidangan tersebut membuatnya menjadi bersemangat. "Istriku, menu hari ini benar-benar luar biasa." 

"Lihatlah wajahmu yang tampak begitu bahagia hanya karena dua hidangan saja." Kata kak Huang sembari membawa dua mangkuk nasi. 

Wu Tianlei lalu meraih roti kukus dan menggigitnya. "Bagaimana tidak bahagia? Dua piring menu makanan di kantin harganya 0.6 yuan, tetapi sekarang aku tidak harus membayar itu karena kamu sudah memasakkannya untukku disini. Istriku, aku akan memberimu uang dan membelikan mu baju baru setelah ayah sembuh." 

Kak Huang lalu duduk dan berkata, "Kamu tahu tidak siapa yang memberikan bok choy ini padaku?" 

"Ini dari orang lain? Bukankah kita juga punya ini di ladang kita?" Kak Wu bertanya balik. 

"Kita tidak punya banyak bok choy di ladang karena sudah dimasak setiap hari. Bok choy ini adalah pemberian dari istri kapten Shen." Jawab kak Huang. 

Wu Tianlei terkejut setelah mendengar ucapan istrinya barusan. "Apakah Zhu Haimei yang memberikannya?" 

Kak Huang lalu menceritakan kronologi kejadian saat Zhu Haimei memberikan dua buah bok choy padanya. Akan tetapi kak Huang khawatir kalau besok Zhu Haimei akan berubah seperti semula. Kak Huang juga tidak habis pikir, mengapa orang yang begitu baik seperti kapten Shen harus menikah dengan seorang perempuan pemalas dan menyebalkan seperti Zhu Haimei. Ia kemudian berkata, "Pria baik akan menikahi wanita pemalas, pria yang tidak punya kemampuan akan menikahi wanita cantik, kalau dipikir-pikir ucapan ini juga tidak salah." 

Setelah termenung untuk beberapa saat, Wu Tianlei kemudian angkat bicara. "Kita tidak boleh mengatakan seperti itu. Bagaimana kalau aku juga menasehati kapten Shen untuk sedikit memperhatikannya? Tapi menurutku akan lebih baik jika istrinya bisa berubah menjadi wanita yang sangat berbudi luhur sepertimu." 

Kak Huang tersipu malu setelah mendengar pujian yang terdapat pada ucapan suaminya barusan. Ia kemudian berkata, "Jangan terlalu ikut campur dengan urusan orang lain. Kita harus lihat dulu, apakah Zhu Haimei akan kembali menjadi dirinya yang menyebalkan atau akan benar-benar berubah menjadi pribadi lebih baik." 

Wu Tianlei lalu menganggukan kepala, setuju dengan ucapan istrinya barusan. 

Mari tinggalkan kak Huang yang sedang menggosip bersama suaminya, dan beralih pada Zhu Haimei yang telah tiba di rumahnya. Ia mencuci wajahnya lalu menjatuhkan diri ke tempat tidur dan pikirannya mulai menerawang jauh. Sekarang ia memang masih bertubuh gemuk, tetapi ia bukanlah pemalas seperti sebelumnya.