Chereads / Jiwa Yang Terlahir Kembali / Chapter 6 - Tidak Dapat Menemukan Pekerjaan

Chapter 6 - Tidak Dapat Menemukan Pekerjaan

Meskipun Zhu Haimei merasa lapar, tetapi itu tidak menghentikannya untuk tetap berbaring di tempat tidur karena terlalu lelah setelah bekerja di ladang. Ia tidak tahu sudah berapa lama ia berbaring di atas tempat tidur. Ia kemudian bergegas keluar saat mendengar suara ketukan pintu, tetapi tidak ada siapapun disana. 

Zhu Haimei lalu berdiri termenung di ruang tamu. Di dalam sakunya ada uang sebesar 4.6 yuan, tetapi ia tidak boleh menghabiskannya dalam sekejap. Ia tiba-tiba teringat bahwa Shen Dongyuan memiliki gaji bulanan sebanyak seratus yuan dan sebagian dari uang tersebut selalu dikirim ke rumah setiap bulan. 

Singkatnya, bulan ini ia sudah meminta uang pada Shen Dongyuan sebesar 40 yuan dan sekarang hanya tersisa 4.6 yuan. Padahal masih ada delapan hari lagi hingga akhir bulan. Apakah Zhu Haimei harus meminta uang lagi pada Shen Dongyuan? Tidak. Ia terlalu malu untuk melakukannya. 

Zhu Haimei akhirnya merebus semua remasan mie yang masih tersisa. Setelah itu, ia menambahkan beberapa sayuran dan menyantapnya dengan lahap. Ia lalu menepuk-nepuk perutnya yang masih terasa lapar sembari tersenyum pahit. Zhu Haimei pernah hidup susah, tetapi sesulit apapun itu ia tidak pernah merasa kelaparan seperti ini. Sekarang, ia bahkan tidak bisa makan dengan kenyang. Akhirnya kini ia mengerti apa yang disebut dengan 'hidup sangat miskin.' 

Zhu Haimei lalu menghela nafas dan mulai berkemas, karena akan pergi ke kota. Jika ia tidak salah ingat, hari ini adalah pertengahan musim panas. Itu berarti sinar matahari akan terasa menyengat dan tidak akan ada angin yang berhembus. Meskipun cuaca sedang panas-panasnya, tetapi ia tetap memutuskan untuk pergi dan mencari pekerjaan dengan berbekal kemampuan mendesain yang pernah ia pelajari di kehidupan yang sebelumnya. Zhu Haimei lalu merogoh sakunya dan mengambil uang sejumlah 4.6 yuan untuk membeli beberapa bahan makanan. Setelah itu, ia harus mencari kerja untuk menyelesaikan masalah kebutuhan makanan dan pakaiannya. 

Ia lalu melihat isi lemarinya, tetapi tidak bisa menemukan pakaian apapun yang layak untuk dipakai. Jika hal seperti ini terus berlanjut, mungkin ia benar-benar tidak akan bisa bertahan. Lebih baik ia memakai baju bermotif bunga yang sebelumnya pernah ia pakai, karena hanya pakaian itu yang layak dipakai untuk pergi keluar rumah. 

Setelah berganti pakaian, Zhu Haimei pun mengambil jam tangan yang sudah dibungkus dengan rapi beserta kupon makanan dan uang, lalu memasukkannya ke dalam tas selempangnya kemudian berjalan keluar rumah. 

Begitu Zhu Haimei berjalan keluar dari kompleks militer, ia bisa merasakan panas matahari yang luar biasa menyengat dan membuat tubuhnya berkeringat. Ia lalu mengambil saputangan kecil untuk menyeka keringat di dahinya sembari sebisa mungkin berjalan di tempat yang tertutup bayangan pohon. Sekarang cuacanya belum terlalu ekstrim, tetapi panasnya sudah seperti ini. Jika hal ini terus berlangsung tanpa adanya kipas, lemari es dan AC, lalu bagaimana Zhu Haimei bisa melewati musim panas dengan tubuh gemuknya yang seperti ini? 

Karena sinar matahari terlalu menyengat, Zhu Haimei berniat untuk membeli sebuah payung. Akan tetapi ia urung melakukannya saat ingat bahwa dirinya hanya memiliki uang sebesar 4.6 yuan. Lebih baik ia menggunakan uang itu untuk mengisi perutnya, baru setelah itu memikirkan cara untuk bertahan di cuaca panas ini. 

Dalam ingatan sang pemilik tubuh asli, ia hanya pernah sekali pergi ke pasar untuk membeli begitu banyak kosmetik. Saat membersihkan rumah kemarin, Zhu Haimei memutuskan untuk menyimpan krim pelembab kulit dan membuang kosmetik yang lainnya ke tong sampah. Meskipun tanda pemberhentian bus ada di sebelah selatan, tetapi ia tidak menunggu di sana, melainkan di bawah sebuah pohon rindang yang tak jauh dari tempat pemberhentian bus. 

Dua atau tiga ratus meter ke selatan ada sebuah tempat konstruksi. Zhu Haimei tak tahu proyek pembangunan apa yang dilakukan di sana, tetapi ia bisa melihat sekelompok orang datang dan pergi dari sana. Sementara itu, beberapa orang pekerja proyek tersebut tampak bernaung di bawah pohon besar yang ada di sebelahnya untuk makan. 

Bekerja di luar pada jam-jam ini benar-benar sebuah penderitaan. Mencabuti rumput di ladang pada pagi hari saja panasnya minta ampun, apalagi para pekerja proyek tersebut. Mengapa hidup ini sangat sulit? Aku yakin mereka tidak digaji untuk menghadapi suhu tinggi seperti ini. Pikir Zhu Haimei. 

Saat sedang memikirkan hal tersebut, busnya pun datang. Untungnya, tidak ada seorangpun di dalam bus. Karena busnya belum menggunakan metode pembayaran mesin otomatis, kondekturnya pun segera bertanya pada Zhu Haimei dengan nada bicara yang sinis. "Mau ke mana?" 

"Ke pasar Jinjiang." Jawab Zhu Haimei. 

"0.2 yuan. Duduklah di belakang agar tidak menghalangi jalan orang lain, lalu turun di pemberhentian terakhir." 

Zhu Haimei hanya bisa menghela nafas setelah mendengar ucapan barusan. Kenapa di mana-mana ia selalu didiskriminasi? Ia kemudian duduk di barisan paling belakang. Karena tubuhnya yang gemuk, ia harus menempati tempat duduk untuk dua orang. Pandangan matanya kemudian menatap ke luar jendela. 

Kota yang ia tinggali ini bernama Kota Jiang yang berada di bagian utara China, tapi ia tidak pernah mendengar nama kota ini sebelumnya. Tempat tinggalnya berjarak cukup jauh dari pusat kota. DI sepanjang perjalanan, ia dapat melihat lokasi konstruksi, desa dan ladang. 

Di luar jendela bus, ada pohon-pohon besar yang tumbuh berjajar dan daunnya tampak berkilauan karena diterpa sinar mentari, benar-benar sebuah pemandangan yang indah. Jika cuacanya tidak begitu panas, ini benar-benar waktu yang tepat untuk bepergian. Akan tetapi ekspresi Zhu Haimei tiba-tiba berubah menjadi suram saat mengingat kejadian pada kehidupan sebelumnya. Kalau saja waktu itu ia bisa sedikit tenang, bukankah ia akan bisa pergi dengan teman baiknya? Tetapi apa hebatnya dari bepergian dengan teman baik, jika pada akhirnya kehidupannya berganti lagi. Kalau bukan karena ditabrak, ia tidak akan mungkin bisa berada di kehidupan yang sekarang. 

Menurut sejarah yang pernah Zhu Haimei pelajari, perekonomian saat ini tidak terlalu berkembang. Ia pernah mempelajari desain iklan pada kehidupannya yang dulu, tetapi saat ini sepertinya pengalamannya tersebut tidak begitu berguna. 

Di dalam bus terasa sangat pengap dan panas karena tidak ada AC. Apalagi Zhu Haimei duduk di bagian yang paling sudut, ia benar-benar sangat menderita. Ketika bus memasuki kota, ia sekuat tenaga menahan diri untuk tidak muntah, lalu bergegas turun ketika sudah tiba di pasar Jinjiang. 

Pasar Jinjiang sangat ramai, ada begitu banyak orang yang datang dan pergi di tempat ini. Hal itu karena tempat ini merupakan tempat yang paling berkembang di seluruh kota. Di sini ada bangunan rumah susun yang berjajar dan di bawahnya juga ada banyak toko seperti toko pakaian, toko buku, toko kelontong dan sebagainya. Zhu Haimei lalu mengambil uang sebesar 4.4 yuan yang ada di dalam tasnya, tetapi ia tidak berani masuk ke toko manapun. 

Setelah beberapa saat berkeliling, pakaiannya pun basah karena berkeringat. Tiba-tiba, ada sebuah iklan kecil yang dipasang di luar pasar yang berhasil menarik perhatiannya. Iklan tersebut sebenarnya hanya berupa selembar kertas berwarna merah. Pada kertas tersebut tertulis satu baris kalimat yang tak beraturan: Dicari pekerja serabutan, 60 yuan/bulan, tidak ada uang makan dan tempat tinggal. Setelah membacanya, Zhu Haimei lalu dengan cepat menghitung seluruh biaya yang telah ia habiskan untuk datang ke sini. Ia menghabiskan 0.4 yuan untuk naik bus pulang-pergi dan biaya makan untuk sehari paling sedikit sekitar 1.2 yuan. Belum lagi kalau ada masalah yang tidak terduga, sisanya ada 20 yuan dalam sebulan. Uang sebanyak itu cukup untuk apa? Lebih baik lupakan saja. Selain itu, ia adalah seorang ahli desain iklan. Jika ia bekerja sebagai pekerja serabutan untuk mereka, bukankah itu terlalu menyedihkan? 

Setelah membaca beberapa iklan kecil, Zhu Haimei menjadi tahu kalau rata-rata gaji perbulannya adalah sekitar 50-60 yuan dan semuanya tidak cocok untuknya. Apalagi semua pekerjaan tersebut adalah pekerjaan sambilan. Pada masa ini, keberadaan seorang tenaga kerja benar-benar terlalu tidak dihargai. 

Setelah setengah hari berkeliling tanpa membeli barang apapun, perutnya pun mulai keroncongan. Makan siangnya tadi, sudah lama tercerna di perutnya. Di depan sebuah toko kecil, ada sebuah mesin es krim kuno dan ada seorang anak yang berdiri di depannya. Lalu penjaga toko mengambilkan es krim untuk anak tersebut. Saat mencium aroma manis es krim, air liur Zhu Haimei seperti mau mengalir keluar. 

Zhu Haimei tidak boleh memikirkan makanan lagi. Kalau terus memikirkannya, ia mungkin akan semakin kelaparan. Ia kemudian segera menjauh dari mesin es krim tersebut. Satu es krim harganya 0.1 yuan, itu sama seperti harga setengah kilogram tepung. Lebih baik ia membeli tepung untuk membuat kue agar bisa makan sampai kenyang daripada makan es krim. Lagipula ia juga sudah pernah memakan es krim sebelumnya. 

Zhu Haimei tidak sadar telah mengelilingi dua jalan pasar setelah berjalan untuk waktu yang lama. Pada akhirnya, ia membeli satu alat tulis dan satu buku kecil yang paling murah seharga 0.2 yuan. Pada saat ini, ia harus membayar semuanya dengan kupon. Tapi sekarang di sakunya hanya ada kupon makanan. 

Setelah keluar dari pasar, Zhu Haimei kembali berkeliling untuk melihat apakah ada pekerjaan yang cocok untuknya atau sesuatu yang bisa ia lakukan. Lalu ada seorang kakek tua yang membuka sebuah toko kecil sedang memandangnya dengan tatapan iba. Kakek tua itu kemudian mengambilkan sebuah bangku kecil dan menuangkan air untuknya. Zhu Haimei pun duduk di bangku kecil itu dengan kondisi tubuh yang sudah lemas. Kakek tua tersebut merasa prihatin saat melihat Zhu Haimei. Kakek itu kemudian memberikan kipas padanya.