Wajah Lin Xi berubah menjadi kaku dan senyuman di wajahnya menghilang, "Kenapa kamu menanyakan itu?" Anggap saja Lin Xi memimpikannya, tidak mungkin juga dia akan menceritakannya!
"Kalau kamu tidak memimpikannya, kenapa reaksimu seperti itu? Tinggal jawab iya atau tidak saja sudah cukup."
"Tidak!" Lin Xi menjawab pertanyaan Jian Xiaoqiao dan menatapnya dengan pandangan yang aneh, "Xiaoqiao, kamu bertanya seperti itu, bukan karena kakakmu yang menyuruhmu kan?"
"Bagaimana mungkin?!" Jian Xiaoqiao melambaikan tangannya, lalu meletakkan tangannya di bawah dagu, "Ayo kita belajar lagi!"
Aneh!
Kenapa Jian Xiaoqiao bisa memimpikan Gu Mesum, sementara Lin Xi tidak memimpikan kakaknya?
Tidak masuk akal!
Melihat Jian Xiaoqiao yang agak aneh, Lin Xi pun bertanya, "Xiaoqiao, ada apa? Kenapa kamu terlihat seperti sedang melamun?" Setelah mengatakannya, Lin Xi meletakkan tangannya ke dahi Jian Xiaoqiao.
"Tadi malam aku memimpikan Si Gu Mesum!"
"Apa?" Lin Xi tidak bisa menahan tawanya, "Gu Yishen adalah tunangan mu, wajar kalau kamu memimpikannya."
"Bukan begitu. Sebelumnya aku tidak pernah memimpikan dia. Kenapa sekarang aku memimpikannya?" Jian Xiaoqiao tidak sedang sakit kan?
Lin Xi menutup mulutnya dan menertawakan Jian Xiaoqiao.
Dia sudah jelas merasakan sesuatu kepada Gu Yishen!
Masih saja mencoba untuk mengelak!
Lin Xi tersenyum dan memegang tangan Jian Xiaoqiao, "Xiaoqiao, sebenarnya Pak Gu benar-benar orang yang baik. Kamu harus memperlakukannya dengan baik juga. Jika dia sampai menyukai gadis lain, tangisanmu tidak akan berguna!"
"Aku tidak mungkin menyukai Si Gu Mesum. Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku!"
"Percayalah padaku!" Ujar Lin Xi yang merasa Jian Xiaoqiao tidak mempercayai apa yang dia katakan. Jian Xiaoqiao masih menggelengkan kepalanya. Padahal menurut Lin Xi, Pak Gu sangat baik kepada Jian Xiaoqiao.
"Baiklah. Aku tahu kamu mengatakannya demi kebaikanku. Jangan bicara tentang Si Gu Mesum lagi. Ayo belajar!"
Jian Xiaoqiao berusaha keras agar bayang-bayang Gu Yishen tidak lagi muncul dalam pikirannya.
Walau apapun yang dia pikirkan, bayang Gu Yishen dari waktu ke waktu tetap muncul.
Sikap dinginnya, sikap kasarnya, kepeduliannya…
Semua jenis ekspresi Gu Yishen ada dalam pikiran Jian Xiaoqiao. Hal ini membuat Jian Xiaoqiao melambaikan tangannya dan mengatakan, "Pergi, pergi…"
Lin Xi yang sedang membicarakan tentang pelajaran merasa aneh dengan kata-kata yang keluar dari mulut Jian Xiaoqiao, "Xiaoqiao, apa kamu tidak apa-apa?". Apakah ia mengalami gangguan mental?
"Aku…" Jian Xiaoqiao langsung bereaksi, "Tidak apa-apa. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu!"
"Aku baru sadar kalau akhir-akhir ini kamu belum beristirahat dengan baik. Jangan berpikir terlalu banyak. Aku sudah selesai membicarakan tentang pelajaran. Jangan lupa mengerjakan tugas sekolah, Senin nanti tugas itu akan dikumpulkan!"
"Oke. Aku tahu!"
Lin Xi menutup bukunya, "Xiaoqiao, kamu harus belajar dengan sungguh-sungguh. Kita harus bisa masuk universitas bersama-sama. Kita tetap harus duduk satu meja!" Ujar Lin Xi.
"Mahasiswa baru duduk sendiri-sendiri, tapi kita bisa duduk bersebelahan." Ucap Jian Xiaoqiao sambil tersenyum.
"Kamu tahu, ada berapa banyak teman di luar sana, tapi yang seperti aku hanya ada satu. Jadi, kamu harus berjuang. Aku tahu kamu bukan orang yang bodoh. Kamu hanya pemalas!"
"Aku malas?" Jian Xiaoqiao mengerutkan keningnya.
"Bukankah kamu pernah mengatakan kalau kamu berharap bisa menjadi seperti orang-orang pada umumnya? Tapi lihat kelakuanmu sekarang, kamu tidak terlihat seperti orang yang normal!"
"Bagaimana mungkin aku tidak terlihat seperti orang yang normal?" Tanya Jian Xiaoqiao sambil berdehem pelan.
"Bukankah kamu masih memikirkan kejadian dengan Qingmei waktu itu?"