Cheng Zhiyan paham maksud dari ibunya, Cheng Zhiyan pun pasrah.
Cheng Zhiyan terdiam sebentar, lalu berjalan ke samping Xiaotu dan membungkukkan badannya, sepasang tangannya yang putih bersih menyentuh wajah bulat Xiaotu. Wajah Xiaotu dipenuhi dengan air mata, dari telapak tangannya terasa dingin.
"Xiaotu, ayo aku akan mengantarmu membeli permen, setuju?" Cheng Zhiyan tersenyum dan menatap Xiaotu dengan matanya yang jernih, dan suaranya pun terdengar sangat hangat.
Xiaotu yang sedang menangis sangat keras, seketika perhatiannya teralihkan. Dia mengusap hidungnya, dan dengan suara yang sengau bertanya: " Membeli permen apa??"
"Membeli Permen Susu Da Baitu, setuju?" Cheng Zhiyan tersenyum dan bertanya sambil mengulurkan tangannya dan mengelus rambut Xiaotu.
Itu adalah permen kesukaan Xiaotu, bukan hanya karena manis saja, melainkan juga karena namanya mirip dengan nama Xiaotu.
"He'em." Xiaotu menganggukkan kepala sambil mengusap hidungnya, dan meregangkan genggamannya dari celana ayahnya, alih-alih justru memegang tangan Cheng Zhiyan.
Akhirnya ayah Xiaotu lega dan juga merasa sedikit dicampakkan.
Anak perempuannya sangat mudah sekali di bohongi!!
Dia melihat Cheng Zhiyan dan Xiaotu, satunya besar dan satunya kecil lalu menarik nafas dalam-dalam, baiklah, anak dan menantunya sudah mempunyai urusan sendiri, dia juga sudah harus pergi.
————
Setelah ayah Xiaotu pergi, Xiaotu menangis dan membuat gaduh selama dua hari di rumahnya, kemudian kembali ke rutinitas biasa.
Setiap hari Xiaotu selalu merepotkan Cheng Zhiyan.
Misalnya….
"Kakak Jus Jeruk, lihat, aku menggambarmu, mirip tidak?" Kedua tangan Xiaotu memegang selembar kertas A4, seperti menunjukkan sesuatu yang sangat berharga ke hadapan Cheng Zhiyan.
Cheng Zhiyan menunduk, melihat ke kertas yang ada di hadapannya, ada sebuah pancake besar, dua buah garpu, dan telinga yang miring, lalu bibir yang merah, Cheng Zhiyan pun bingung.
Gambaran yang terlihat tidak jelas seperti itu Xiaotu tanyakan kepada Cheng Zhiyan mirip atau tidak??
"Mirip kah, mirip kah??" Xiaotu menatap Cheng Zhiyan dengan dengan penuh antusias dan menunggu pujian dari Cheng Zhiyan.
Cheng Zhiyan terdiam cukup lama, akhirnya dia memaksa dirinya sendiri, melawan kata hatinya dan menganggukkan kepala: "Mirip, kamu menggambar sangat bagus."
"Hehehe…" Xiaotu dengan polosnya tertawa.
Pernah juga...
"Kakak Jus Jeruk, aku ingin tidur.." Xiaotu mengucek matanya, dan terhuyung-huyung ke arah Cheng Zhiyan.
"Masuklah kedalam selimut dan merebahlah." Cheng Zhiyan menepuk-nepuk bantalnya dan menghadap ke Xiaotu.
"Aku ingin rebahan di kakimu."
"....."
"Aku juga ingin mendengarkan cerita."
"...."
"Dan Kakak juga harus menepuk-nepuk pantatku."
"...."
Cheng Zhiyan hanya terdiam: "Mengapa permintaanmu semakin lama semakin banyak??"
"Pasti dong, karena aku kan sudah besar." Xiaotu membanggakan dirinya di hadapan Cheng Zhiyan.
"Anak yang sudah besar bukankah seharusnya bisa tidur sendiri?"
"Uuuuh… aku belum besar, aku masih anak kecil." Xiaotu dengan segera mengubah perkataannya, kemudian, tanpa menghiraukan sepatah kata pun dari Cheng Zhiyan, dia langsung merebahkan dirinya di kaki Cheng Zhiyan, dan memejamkan matanya, lalu dengan suara manja berkata: "Aku sudah siap, ayo mulai."
Cheng Zhiyan melihat mata Xiaotu yang sudah terpejam, dan perlahan mengulurkan tangannya, lalu menepuk pantatnya yang tertutupi selimut beberapa kali sambil membacakan cerita, dan Xiaotu pun akhirnya tertidur.
Waktu berlalu sangat cepat, rasanya baru saja berkedip dan tiba-tiba sudah bulan Mei, satu minggu lagi sudah menjelang ulang tahun Xiaotu yang ke-4. Cheng Zhiyan sudah dipaksa Xiaotu untuk membelikan kado ulang tahun.