Xiafeng juga tidak sungkan kepada Cheng Zhiyan. Xiafeng naik turun mengelilingi rumah Cheng Zhiyan, dan kembali lagi ke ruang tamu yang berada di lantai bawah lalu merebahkan diri di sofa. Xiafeng memuji:"Rumahmu bagus sekali! Ayah dan ibumu juga tidak berada dirumah, kamu bisa melakukan apa saja yang kamu inginkan. Oiya, Cheng Zhiyan, ayo kita menonton TV."
"Tonton sendiri saja." Cheng Zhiyan berdiri di dapur, sedang menuang air sambil berbicara kepada Xiafeng: "Remot TV ada di meja teh."
"Baiklah, aku jadi terkesan tidak sopan." Xiafeng mengambil remot yang berada di meja teh lalu menyalakan TV dan mengatur meja untuk menonton tayangan yang disiarkan.
Setelah Xiaotu meletakkan tas nya di lantai dekat pintu masuk, dengan segera sepasang kaki mungilnya melangkah menuju depan sofa. DIa lalu berusaha menaiki sofa dengan sekuat tenaga, kemudian duduk di dekat Xiafeng dan ikut menonton TV.
Di TV sedang tayang sebuah drama yang menyedihkan.
Tokoh utama wanita yang sedang menangis itu bagaikan buah pir yang bermandikan hujan, berdiri di hadapan tokoh utama pria dan bertanya sambil menangis tersedu-sedu: "Kita sudah jelas-jelas sudah pernah melakukan hubungan intim, tapi mengapa kamu tidak mengakuiku!? Cepat katakan, jawab aku.."
Tokoh utama pria itu bersandar di jendela, dengan rokok terjepit di antara sela-sela jarinya. Dia menatap jauh ke luar jendela, dengan suara yang pelan ia berkata: "Maaf…"
Tokoh utama wanita itu menangis dan berkata. "Kamu tidak perlu meminta maaf kepadaku, aku tidak ingin mendengarmu meminta maaf…."
Tokoh utama pria itu menundukkan kepalanya lalu menghisap dalam-dalam rokoknya, dengan berat hati dia berkata: "Tapi, Jinger sudah memiliki anak dariku, aku harus menikahinya."
Tokoh utama wanita seketika itu merasa dirinya bagai tersambar petir, dia benar-benar tidak percaya apa yang barusan didengarnya: "Tidak bisa, tidak bisa, bukankah kamu pernah mengatakan bahwa aku yang paling kamu cintai?? Bagaimana bisa ada wanita lain???"
"Maafkan aku.." Tokoh utama pria itu kembali menghisap dalam-dalam rokoknya, sebelum membuangnya. Pria itu berbalik badan lalu meraih perempuan itu sambil memojokkannya ke dinding dan menciumnya dengan penuh hasrat.
"Aduh…" Xiafeng yang melihat adegan itu langsung menengok ke arah Xiaotu. Ketika bocah itu melihat mata Xiaotu yang hitam, besar, dan bulat, tidak berkedip saat melihat layar TV, wajah kecilnya penuh dengan kebingungan.
"Anak kecil tidak boleh melihat adegan seperti ini!" Xiafeng dengan segera menutup mata Xiaotu dengan tangannya.
"Kakak Angin, apa yang kamu lakukan? Kenapa paman itu memakan bibir bibi?" Xiaotu melepaskan tangan Xiafeng dari matanya sambil melanjutkan menonton TV dari celah-celah jarinya.
"Mereka sedang berciuman, aduh, kamu jangan melihatnya." Karena Xiafeng tidak bisa lagi menghalangi Xiaotu, Xiafeng dengan cepat mengambil remot TV dan mematikannya.
"Aku belum selesai melihat…" Xiaotu melihat layar TV yang tiba-tiba menghitam, kemudian memandang Xiafeng dengan kesal dan bibir yang cemberut.
"Ini.. ehem… buah sudah datang, ayo kita makan buah dulu." Xiafeng sedikit gugup melihat Xiaotu, dia kemudian menengok kearah Cheng Zhiyan yang datang membawa sepiring buah, akhirnya Xiafeng bisa membahas topik baru.
Xiaotu juga mengikuti arah tatapan Xiafeng yang sedang menatap Cheng Zhiyan, dan benar saja, Cheng Zhiyan membawakan buah semangka kesukaannya.
"Yeey!! Makan semangka!!" Xiaotu yang melihat buah semangka seketika lupa dengan acara di TV, dan dengan riang lari menghampiri Cheng Zhiyan.
Xiafeng menyeka keringat di dahinya dan menarik nafas dalam-dalam.
"Oiya, Cheng Zhiyan, ini untukmu." Xiafeng memakan semangka sambil teringat akan sesuatu.