Chapter 41 - Kalah

Terdengar suara teriakan Lan Qianyu yang kesakitan dari dalam kamar, suara jeritan itu terasa bagaikan pisau yang menusuk hati Xiao Qi.

Xiao Qi memejamkan matanya rapat-rapat dan tidak berani terus mendengarkannya. Pada saat hatinya sedang sangat kacau, ponselnya tiba-tiba berbunyi lagi. Dia mengambilnya dan melihat ke layar. Melihat nama yang tertera di sana, ekspresi wajahnya langsung berubah. Xiao Qi pun bergegas berjalan menjauh dan mengangkat teleponnya…

"Xiao Qi, lama tidak bertemu denganmu!" Terdengar suara Xiao Han yang sedingin es. Suaranya itu juga membawa sedikit aura yang berbahaya.

"Xiao Han, sebenarnya apa maumu?" Xiao Qi berseru marah. Tadi Xiao Qi baru saja menerima telepon dari Zhu Min yang mengatakan bahwa Xiao Han pulang ke rumah keluarga Xiao dan memaksa ayahnya, Xiao Jinpeng untuk menyerahkan perusahaan kepadanya. Zhu Min menentang keras dan Xiao Jinpeng sekarang sedang menunggu kabar dari Xiao Qi. Asal Ye Yan setuju memberikan bantuan modal kepadanya, Xiao Qi akan tetap dapat mempertahankan posisinya di keluarga Xiao.

Tetapi, untuk mendapatkannya dia harus mengorbankan Lan Qianyu!

"Hah! Jelas-jelas kau tahu tapi masih saja bertanya." Xiao Han tertawa mencemooh, "Semua yang kau miliki itu seharusnya adalah milikku. Sekarang… aku mau mengambilnya kembali satu per satu."

"Sembarangan…" Xiao Qi berseru dengan murka, "Xiaoshi adalah milikku, Qianyu juga milikku, aku tidak akan membiarkanmu merebutnya!"

Selesai berkata-kata, Xiao Qi pun langsung memutuskan sambungan telepon. Dia memutar kepalanya memandang ke arah kamar Ye Yan, tidak ada lagi keraguan seperti yang tadi diperlihatkannya, hanya ada sebuah keyakinan yang kuat. Dia ingin menang dari Xiao Han, dia harus menang darinya!!!

Dia tidak boleh gagal…

Xiao Qi melangkah dengan langkah-langkah lebar ke hadapan Zhao Jun lalu bertanya dengan serius, "Apakah yang kau katakan tadi benar? Apakah Ye Yan benar-benar mengatakan asal bisa melewati malam dengan Qianyu maka dia akan membantu perusahaanku?"

"Tentu saja benar." Zhao Jun tersenyum, "Ye Yan sendiri yang mengatakannya, kata-katanya itu bukan bohong."

"Baik." Xiao Qi tersenyum dingin sambil mengangguk, dia lalu berbalik dan memutuskan untuk pergi. Dia melangkah dengan sangat cepat seakan-akan ingin segera meninggalkan tempat yang menakutkan ini. Dia tidak ingin ragu-ragu lagi. Terdengar suara jeritan kesakitan Lan Qianyu di belakangnya, namun dia dengan sekuat tenaga menutup telinganya dan berlari keluar dari ruangan itu menuju ke dek…

**

Di dalam kamar, Lan Qianyu terjatuh dengan lemas ke lantai. Dia diam mematung di sana bagaikan sebatang kayu. Matanya menatap pintu kamar tanpa berkedip. Dia benar-benar tidak berani mempercayai telinganya, Xiao Qi telah pergi, benar-benar telah pergi. Xiao Qi tidak datang menolongnya dan malah mengorbankannya demi keuntungan keluarganya. Dia bahkan tega dengan tangannya sendiri mendorong Lan Qianyu naik ke atas ranjang pria lain…

Apakah ini adalah tunangannya, pria yang selama tiga tahun ini selalu bersamanya, pria yang kepadanya dia akan mempercayakan seluruh hidupnya???

Sayang sekali…

"Kamu kalah!" Ye Yan berjongkok di samping Lan Qianyu, jari-jarinya yang panjang menyentuh ringan dagu Lan Qianyu dan mengangkatnya. Dia tertawa dengan arogan dan tanpa merasa bersalah, "Kamu sudah kalah!"

Lan Qianyu mendongak menatapnya dan bertanya kaku, "Ye Yan, apa sebenarnya tujuanmu?"

Ye Yan sengaja menjebaknya, menindasnya dan membuat suara jeritannya terdengar oleh Xiao Qi. Pada saat dia melawan, Ye Yan berbisik di telinganya dan mengajaknya bertaruh. Lan Qianyu tanpa ragu menyanggupinya karena dia sangat percaya bahwa Xiao Qi pasti akan menolongnya.

Namun sekarang, dia sudah kalah telak.

Lan Qianyu melihat wajah Ye Yan yang dipenuhi senyum kemenangan, hatinya merasakan kebencian yang amat sangat. Kebencian karena mulai saat ini hidupnya akan dikendalikan oleh orang lain dan bukan lagi menjadi miliknya sendiri…

Ye Yan melakukan semua ini seolah-olah untuk menghancurkan kepercayaannya dan membuatnya putus harapan terhadap cinta dan kehidupan. Melihat wajah Lan Qianyu yang dipenuhi keputusasaan dan kehancuran itu, Ye Yan tertawa dengan sangat riang seakan-akan dia sedang menikmati hiburan yang paling menyenangkan…

Lan Qianyu tidak mengerti mengapa Ye Yan memperlakukannya seperti ini, dia juga tidak merasa kalau telah melakukan sesuatu yang membuat Ye Yan tersinggung sehingga dia membalasnya seperti ini.

Namun Lan Qianyu tahu, Ye Yan pasti memiliki sebuah tujuan, sebuah tujuan yang menakutkan…