Chereads / Suami Sementara / Chapter 32 - Serangan Balik

Chapter 32 - Serangan Balik

Terlihat wajah Shia Tang yang sedang mendongak, gadis itu tampak seperti seorang putri bangsawan dengan senyumannya yang menawan. Lalu ia berkata, "Permainan semacam ini cocoknya dimainkan oleh anak-anak berusia tiga tahun. Aku rasa, aku tidak cocok jika harus berperan sebagai orang gila. Kalau kalian mau, silahkan bermain sesuka hati kalian!" 

Ucapan Shia Tang yang tajam membuat para wanita yang berniat jahat itu tertegun dan tidak dapat berkata apa-apa lagi. Mereka sama sekali tidak menduga bahwa Shia Tang bisa menyerang balik dengan seanggun itu.

Setelah berbicara, Shia Tang pun tersenyum. Ia lalu membungkukan badan dengan hormat, kemudian berbalik dengan anggun dan pergi menjauh dari para wanita jahat itu. Ia tidak tahu bahwa adegan membela diri yang dilakukannya tadi, telah diperhatikan oleh sepasang mata dari sudut seberang sana.

Akhirnya, Shia Tang membawa langkahnya untuk menjauh dari danau buatan itu. Ia segera menerobos semak-semak bunga itu sambil menundukkan kepala dan menepuk-nepuk dadanya. Shia Tang tampak seperti baru saja kembali dari berpetualang.

Melihat itu, bibir tipis pria yang dari tadi memperhatikan Shia Tang tampak sedikit terangkat, mungkin pria itu sendiri bahkan tidak menyadarinya. 

"Steve, perhatikan ada berapa orang wanita disana. Segera hubungi rumah sakit jiwa yang paling terkenal di kota ini dan pesankan kamar untuk mereka!" Suara perintah dari Billy Li terdengar jelas.

Steve kelihatan terkejut, tapi langsung mengangguk dan mengeluarkan ponselnya untuk memotret kumpulan wanita itu satu per satu. Dalam hati Steve berpikir, Bos sepertinya makin lama semakin perhatian dengan istrinya. Aku ingin tahu, apakah bos menyadarinya atau tidak?

Seiring dengan berjalannya waktu, Shia Tang tetap berdiri di pesta itu sambil melihat-lihat di sekelilingnya. Akhirnya, ia melihat sosok kakak kedua berada di kolam air mancur yang berwarna-warni. Hanya saja sekarang kakak keduanya sedang memegang lengan seorang wanita. Mereka terlihat sedang berbicara dan tertawa, terlihat seperti sepasang kekasih yang sempurna. Namun, wanita itu tidak lain adalah Karin Lu.

Saat dalam perjalanan Shia Tang ke pesta ini, ia teringat kakak kedua mengatakan padanya bahwa ayah Karin Lu adalah pemilik sebuah perusahaan besar di Eropa. Perusahaan itu dikirim ke China untuk memilih mitra bisnis di sini.

Shia Tang mengingat kejadian ketika Billy Li harus berdebat dengan Fendi Lu. Seketika itu, ia juga teringat saat dirinya dikepung oleh pria-pria jahat serta kejadian yang melibatkan dirinya dan Karin Lu saat di toko piano.

Saat ini Shia Tang tiba-tiba menyadari, bahwa seharusnya ia tidak melibatkan dirinya sendiri dalam banyak hal, tetapi Kakak kedua membutuhkan kesempatan kerja sama ini, namun Billy Li membutuhkannya juga.

Pada awalnya Shia Tang mengira ini adalah suatu kesempatan bagi dirinya untuk melatih kemampuannya berkomunikasi dengan orang lain. Tidak disangka ia malah melakukan sesuatu yang bodoh dan mengacaukan banyak hal.

Shia Tang terus berpikiran negatif dalam benaknya, Sejak awal saat aku muncul di pesta ini, mungkin dalam hati Billy Li dia sudah menahan kemarahannya, kan? Selain itu, aku memaksanya untuk mengakui bahwa aku adalah istrinya di depan semua orang. Maka akulah penyebab Billy Li kehilangan bisnis. Aku telah membuatnya malu, dan yang lebih parah lagi, mungkin aku akan merusak reputasi grup Keluarga Li.

Shia Tang terus mencoba mencari-cari sosok Billy Li, tetapi sangat disayangkan dirinya tidak bisa menemukan sosok pria itu. Setelah Shia Tang tidak berhasil menemukan sosok Billy Li, ia berpikir untuk pulang sendiri. Ia sekali lagi melihat ke arah air mancur, lalu menundukkan kepala. Membalikkan badan, lalu keluar dari pesta dengan terhuyung-huyung.

Orang kaya biasanya tinggal di wilayah pribadi seperti kompleks villa ini yang begitu luas, Shia Tang harus berjalan sekitar 300 meter untuk bisa mendapatkan taksi. Semakin malam rasanya semakin dingin, Shia Tang berjalan sambil membawa tasnya yang indah. Ia terus berjalan sendirian, ke persimpangan di luar area villa. Lampu jalan yang redup di kedua sisi membuat bayangannya menjadi panjang dan ia benar-benar sendirian.

Dalam setengah perjalanannya, Shia Tang harus berjalan perlahan jalanan yang menurun. Sehingga, membuat kaki Shia Tang terasa sangat tidak nyaman karena menggunakan sepatu hak setinggi 10 cm. Lalu, Shia Tang berhenti melangkah dan melihat sekeliling, berharap tidak ada mobil yang lewat dalam waktu singkat. Shia Tang membungkuk dan melepas sepatu hak tingginya itu, kemudian menentengnya. Kaki putih nan lembut itu melangkah di jalan aspal yang sedikit kasar. Shia Tang merasakan hawa dingin, yang dapat dirasakan dari telapak kaki menjalar ke seluruh tubuhnya.

Shia Tang menghela napas panjang, dengan perasaan lega ia berkata dalam hati Untung ini musim panas, sehingga aku tidak merasa kedinginan. Bahkan jika dilihat dari belakang Shia Tang tampak nyaman berjalan sendirian di tempat itu.

Tiba-tiba sebuah mobil hitam melaju dengan perlahan-lahan di belakang gadis itu. Steve yang duduk di kursi pengemudi berpikir jika dirinya terus mengemudi dengan kecepatan seperti ini, mungkin bosnya akan menyadari keberadaan istrinya. 

Steve tidak bisa menahan diri untuk tidak melirik ke kaca spion melihat bosnya yang duduk di kursi belakang sedang berkonsentrasi dengan laptopnya. Lalu, Steve melihat lagi sosok Shia Tang yang terus berjalan dengan telanjang kaki tidak jauh di depan mobil yang sedang ia kemudikan. 

Steve ragu-ragu, haruskah dirinya memberitahukan bosnya jika istrinya ada di depan mereka sekarang...