Billy Li tidak lagi menatap laptopnya dan langsung memberi perintah, "Steve, Fendi Lu menginginkan tanah di Dongyang. Kamu urus semuanya besok."
Sebenarnya, Billy Li masih tidak percaya jika tanah lebih penting daripada membiarkan putrinya mendapatkan seorang menantu. Selama itu bisa menjatuhkan keluarga Tang, sebidang tanah bukanlah apa-apa baginya.
"Baik, Bos!" Sambil membalas perkataan bosnya, Steve terus memandang istri bos yang berjalan di depan mobil yang dikemudikannya. Di jalan depan sana sudah tidak ada lampu lagi. Kemudian, Steve berpikir, Haruskah aku menyalakan lampu mobil?
"Susul saja." tiba-tiba terdengar Billy Li mengucapkan kata-kata itu dengan cuek sambil melihat ke depan dengan dingin.
Steve menuruti perintah bosnya. Dengan cepat steve menyalakan lampu depan mobil untuk menerangi jalan wanita yang tenggelam dalam kegelapan. Kemudian, mempercepat laju mobil. Steve tahu bahwa bosnya itu selalu mengetahui apapun.
Shia Tang terkejut dengan cahaya terang yang tiba-tiba muncul dari belakang. Kemudian ia berhenti melangkah dan menepi. Ia tidak ingin ada orang yang mengenalinya. Kalau itu terjadi, pasti akan ada desas-desus negatif tentang Billy Li.
Namun, ketika Shia Tang menunggu mobil itu lewat, perlahan-lahan mobil itu malah berhenti di depannya. Shia Tang merasa terkejut ketika jendela mobil itu mulai diturunkan dan memperlihatkan seorang pria bermata gelap dan dingin duduk di dalamnya.
Mengingat reputasi dirinya saat ini, secara tidak sadar Shia Tang merapatkan kaki dan dengan cepat menyembunyikan sepatu yang sedang ia tenteng. Kejadian itu tampak seperti seorang anak kecil yang telah melakukan sebuah kesalahan, lalu ia sedang mencoba untuk menutupi kesalahannya itu.
Kemudian Steve yang sudah turun dari mobil, membukakan pintu untuknya. "Silakan, Nyonya."
Shia Tang mengenakan sepatu yang telah disembunyikannya dengan cepat di depan mobil, sambil menggigit bibir dengan ringan. Kemudian, sebelum masuk ke dalam mobil ia terlihat sedikit menarik roknya.
Sebelum masuk tiba-tiba lampu dalam mobil menyala, hal itu membuat Shia Tang menjadi gugup. Setelah masuk ke dalam mobil, Billy Li tidak menatapnya lagi. Jari-jari Billy Li yang ramping itu kembali sibuk dengan laptopnya, seolah setiap menit dalam hidupnya harus digunakan untuk bersaing.
Shia Tang kemudian berkata dalam hati, Pasti Billy Li sangat marah padaku karena telah menghancurkan bisnisnya. Billy Li pasti sengaja menjemputku karena dia takut seseorang akan melihatku yang sedang berjalan sendirian untuk pulang, itu semua pasti akan berdampak buruk pada reputasinya.
Kemudian, Shia Tang mengambil napas dalam-dalam dan mengumpulkan keberanian untuk meminta maaf kepada Billy Li, "Maaf, aku seharusnya tidak datang ke pesta ini." Shia Tang menunduk tidak berani menatap Billy Li. Ia yang saat ini sedang merasa ketakutan, terus mengencangkan genggaman pada roknya.
Dengan suara dingin Billy Li membalas, "Aku kan sudah bilang, kalau lagi berbicara lihatlah aku!"
Terlihat Shia Tang langsung mengangkat kepalanya sebagai tanggapan atas pernyataan Billy Li. Jika ia sedang melihat ke dalam mata Billy Li, Shia Tang langsung berpikir, bahwa sebenarnya pria ini adalah sosok yang rendah hati.
Lalu, Shia Tang mengulangi permintaan maafnya, "Maaf, aku seharusnya tidak datang ke pesta ini."
Perlahan Billy Li menutup laptopnya, "Oh ya?" Mencibir Shia Tang dengan tampak cuek. Pernyataan itu menjelaskan bahwa Billy Li tidak akan menerima permintaan maaf Shia Tang.
"Aku benar-benar tidak tahu jika kejadian ini akan mempengaruhi bisnismu." Shia Tang berkata seperti ini karena dia berharap bisa kembali mendapatkan kepercayaan Billy Li.
Billy Li terus menatap Shia Tang. Entah sedang tersenyum atau tidak, tetap saja membuat orang yang ditatap merinding. Untuk waktu yang lama, akhirnya Shia Tang mendapat tanggapan. "Tidak masalah..."
Setelah mendengar itu, Shia Tang langsung menampilkan wajah ceria. Tetapi kalimat Billy Li berikutnya membuat Shia Tang kembali kecewa, "Sejak awal aku memang tidak berencana mendapatkan seorang wanita untuk memenangkan proyek kerjasama ini. Tetapi, hal yang aku inginkan tetap harus berada di tanganku, hanya saja prosesnya yang berbeda."
Shia Tang kecewa, lalu ia kembali berpikir, Apakah itu sebabnya Billy Li masih menolak untuk percaya padaku? Apakah itu alasan kakak kedua mengajaknya ke pesta ini?
Tangan Shia Tang yang kecil, dengan lembut menggenggam tasnya karena di dalamnya terdapat klip dasi yang selalu ia bawa kemanapun. Pada saat seperti ini Shia Tang tidak punya keberanian untuk memberikan klip dasi itu pada Billy Li.
Setelah banyak berpikir, Shia Tang membalas ucapan Billy Li, "Sebenarnya, kamu tidak perlu memandangku seperti itu untuk mengakuiku..." Kemudian, Shia Tang melanjutkan perkataannya dalam hati, Itu tidak perlu sama sekali, lagi-lagi hal itu malah membuatku menyalahartikan itu sebagai bentuk kepedulian.
Billy Li menatap Shia Tang dengan dalam, tetapi saat ini posisinya sedang berbalik tidak menatapnya. Sehingga, terlihat dari jendela mobil yang sedang memantulkan ekspresi sedih Shia Tang.
Kejadian ini menjadi momen yang membingungkan…