"Hei."
"Hei."
Xia Wanan mendengar suara seseorang terus memanggilnya, lalu menyadari suara itu berasal dari seseorang di sebelahnya yang tengah menunduk. Perlahan-lahan Xia Wanan mendongakkan kepala untuk melihat orang itu.
Hal pertama yang Xia Wanan lihat adalah rok panjang berwarna emas dan terlihat memesona di bawah pencahayaan lampu kristal.
Tapi kedua mata orang tersebut yang indah lebih memesona lagi. Xia Wanan merasa sudah tidak asing dengan wajah wanita yang menghampirinya.
Xia Wanan menatapnya selama beberapa detik, dan segera ingat kalau wanita itu bernama Qin Shujian.
Terakhir kali Xia Wanan melihat Qin Shujian adalah di pesta Han Zhijin. Saat itu ia hanya melihat dari kejauhan. Jika melihatnya dari dekat seperti sekarang, Xia Wanan harus mengakui kalau Qin Shujian memang benar-benar layak menjadi artis nomor satu di seluruh China karena penampilannya sungguh sangat cantik.
Qin Shujian tidak bicara lagi dan hanya tersenyum pada Xia Wanan. Xia Wanan sepenuhnya yakin penampilannya tidak bisa dibandingkan dengan Qin Shujian setelah melihatnya dari atas hingga bawah.
Tapi Xia Wanan hanya mengagumi Qin Shujian sebentar, lantas segera mengalihkan pandangannya seolah-olah tidak ada Qin Shujian di sana. Dia juga tidak berniat bicara dan menyapanya balik.
Qin Shujian yang melihat reaksi Xia Wanan mengalihkan pandangan dan mengacuhkannya, membuat Qing Shujian mengerjapkan mata tak percaya..
Qin Shujian sangat percaya diri dengan penampilannya. Banyak orang tidak bisa mengalihkan pandangannya saat menatap penampilan Qin Shujian. Tetapi hanya Xia Wanan yang menatapnya sekilas seperti barusan.
Qin Shujian melihat Xia Wanan tidak mengatakan apapun, lalu mengabaikannya seolah dia tidak ada di sana. Qin Shujian bahkan tidak melihat Xia Wanan menatapnya lekat-lekat ataupun membuka mulut untuk bicara dengannya. Selain kesombongan Xia Wanan, masih banyak yang Qin Shujian tidak sukai dari wanita tersebut. "Hei, hei. Kau dengar tidak kalau aku sedang bicara denganmu?"
"..."
"Apa kau tidak tahu cara menghormati orang lain? Kau tidak lihat ada orang lain yang sedang bicara padamu?"
Xia Wanan tetap diam.
"Lupakan saja. Kau mau bicara atau tidak, aku juga tidak ingin mendengarkannya," Qin Shujian terus bicara meski Xia Wanan tidak menyahutinya.
"..."
"Aku tidak peduli bagaimana kau bisa kenal dengan kak Jingnian. Tapi kuminta agar kau segera menjauhi kak Jingnian."
Xia Wanan tetap diam.
"Banyak wanita yang menyukai kak Jingnian, tetapi tidak ada satu pun yang dilihat oleh Kak Jingnian. Jangan sampai kau berpikir meski sudah mendampingi Kak Jingnian di acara jamuan makan malam ini dan duduk di sampingnya, lalu kau jadi berharap bisa dekat dengan Kak Jingnian. Kuberitahu, ya! Itu tidak mungkin!"
"..." Xia Wanan masih diam.
"Sudah berapa lama kau kenal dengan Kak Jingnian? Aku sudah satu tahun kenal dengannya. Apa kau tahu selama ini Kak Jingnian memperlakukanku dengan sangat baik? Bahkan dia berinvestasi di film yang kubintangi. Selain itu, Kak Jingnian juga mensponsori perhiasaan pada filmku. Jadi dibandingkan denganku, kau punya kelebihan apa? Kau pikir di antara kita berdua, siapa yang akan dipilih oleh kak Jingnian?"
Xia Wanan masih tetap diam.
"Kuharap kau ingat apa yang kukatakan padamu hari ini. Aku sekarang masih bisa bicara baik-baik denganmu. Kuberitahu, ya, jika kau masih mencoba mendekati kak Jingnian lagi, kau akan berada dalam masalah besar!
"Kau dengar, tidak?!"
Sedari tadi hanya Qin Shujian sendiri yang bicara keras-keras. Sedangkan Xia Wanan, dia tetap duduk di sofa dan tidak bergerak sama sekali. Qin Shujian merasa dirinya terus dipandang rendah oleh Xia Wanan. Pada akhirnya, dia bicara sambil mendorong Xia Wanan, "Kau bisu, ya? Dari tadi kau terus diam saja!"
Qin Shujian terus mengguncang tubuh Xia Wanan hingga membuatnya hampir jatuh, tapi Xia Wanan bisa menjaga keseimbangannya dengan cepat. Kemudian Xia Wanan pura-pura menguap sambil membuka matanya. Beberapa orang yang hadir di pesta sedang memandangi kelakuan Qin Shujian dari tempatnya masing-masing. Beberapa detik kemudian, Xia Wanan bermaksud mencairkan suasana, lalu berkata, "Aku tidur dari tadi, kenapa kau belum pergi juga?"
·