Pada dasarnya Xia Wanan tidak mengenal semua orang yang menghadiri acara itu. Terlalu sulit kalau menyuruh asisten Zhang yang sibuk untuk memperkenalkan satu per satu para tamu undangan padanya. Jadi Xia Wanan mencari sudut yang sepi dan menghabiskan waktu seorang diri.
Mungkin karena ada begitu banyak orang, sehingga Xia Wanan yang berada di pojokan jadi tidak tampak terlalu menonjol. Xia Wanan hanya memainkan ponselnya sebentar, karena sinyal di tempat itu tidak terlalu bagus. Karena sinyal internetnya begitu lambat, Xia Wanan yang kesal lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas dan memejamkan matanya.
Meskipun dia sedang berada di lingkungan yang sangat bising, Xia Wanan masih bisa tidur di tempat ramai itu.
Akhirnya, dia bangun dari mimpinya karena mendengar dua orang asing sedang berbicara.
"Sayang, bagaimana bisa kamu datang kemari sendirian?"
"Kamu terlihat sangat lelah. Mau mencari tempat yang lebih tenang untuk istirahat sejenak?"
"Sayang, aku ada di sini untuk menemanimu."
"Tidak usah, saat datang kemari, kau sibuk sekali, 'kan? Selesaikan saja pekerjaanmu. Aku sungguh tidak masalah menunggu sendirian di sini."
"Sayang, aku akan menemanimu di sini selama lima menit."
"..."
Xia Wanan mau tak mau membuka matanya dan melihat ke sumber suara yang membangunkannya.
Tidak jauh di depan bagian kirinya, ada sepasang pria dan wanita yang sedang duduk.
Tempat duduk mereka berdua sangat dekat dengan Xia Wanan, sehingga Xia Wanan dapat mendengarkan percakapan mereka dengan jelas. Seluruh percakapan kedua orang tersebut merupakan kalimat yang begitu sederhana, tapi Xia Wanan merasa ada perasaan iri yang tidak dapat dijelaskan setelah mendengar mereka berdua.
"Sayang, sudah lima menit. Cepatlah kembali dan selesaikan pekerjaanmu. Tidak usah memedulikanku..."
"Aku akan menemanimu selama lima menit. Jangan memasang wajah tidak senang begitu. Istriku, aku hanya ingin menemanimu, atau bagaimana kalau kau ikut bersamaku?"
"Tidak mau. Mereka semua laki-laki. Jika aku ikut pergi bersamamu bukankah nanti malah jadi gawat?"
"Tidak masalah. Tinggal jawab saja kalau ada yang tanya. Aku ada di sampingmu dan lebih bisa diandalkan. Ayo pergi."
Wanita itu tidak menolak. Sambil tersenyum, dia berdiri bersama pria itu.
Wanita itu mengenakan rok panjang. Si pria mungkin takut jika istrinya akan jatuh saat berjalan, sehingga saat istrinya berdiri, hal pertama yang dilakukan pria tersebut adalah menata rok istrinya dan menahannya agar istrinya bisa berjalan dengan lebih mudah.
Saat mereka menjauh, Xia Wanan juga samar-samar bisa mendengar percakapan mereka.
"Sayang, kamu tenang saja. Aku akan berhasil dalam bisnis ini. Lalu ketika aku sukses, aku akan mengganti cincin di tanganmu menjadi cincin yang lebih mahal daripada sekarang..."
Dua orang itu berjalan semakin menjauh, sehingga Xia Wanan jadi tidak bisa mendengar percakapan mereka berdua dengan jelas lagi. Sekeliling Xia Wanan pun jadi tenang kembali.
Xia Wanan menatap tempat di mana kedua orang asing tersebut duduk sebelumnya. Xia Wanan hanya bisa menghela napas sejenak, lalu melihat tangannya.
Xia Wanan melihat kelima jarinya yang putih. Jangankan cincin berlian, bahkan cincin pernikahan saja tidak ada.
Dia lantas mendongak dan mengedarkan pandangannya pada jamuan. Matanya dengan mudah menemukan sosok Han Jingnian.
Di bawah lampu kristal, Han Jingnian berdiri dengan elegan dan terlihat tampan sambil memegang gelas. Dia mengobrol dengan orang-orang di sekitarnya, namun hanya mengeluarkan kata-kata seperlunya. Kebanyakan dari mereka lah yang saling mengobrol satu sama lain. Namun Han Jingnian sangat sopan dan dia akan mengangguk untuk menunjukkan bahwa dia mendengarkan.
Xia Wanan menemukan alasan untuk pergi dengan berkata dirinya lelah dan ingin istirahat sejenak. Han Jingnian hanya mengangguk dan membiarkannya pergi. Tapi ketika Xia Wanan tidak kembali, Han Jingnian tidak bermaksud mencarinya, seolah-olah ada atau tidak keberadaan Xia Wanan di sampingnya tidak menjadi masalah bagi Han Jingnian.
Xia Wanan menyandarkan kepalanya di atas meja, lalu ia memejamkan mata untuk menutupi sorot sedih di matanya. Ujung jari tangan kirinya berulang kali mengusap jari tengah kanannya.
Karena pikiran Xia Wanan sedang tidak fokus, dia jadi tidak sadar jika ada langkah kaki yang mendekatinya.
.