Chereads / Dikala Cinta Menyapa / Chapter 18 - Bab 18 ( Permintaan Tak Masuk Akal )

Chapter 18 - Bab 18 ( Permintaan Tak Masuk Akal )

Tak ada satupun kata yang ada dipikiran Monica, yang menurutnya mungkin untuk pria itu katakan. Tentu saja tidak ada satupun. Karena ia mulai merasa kesal harus menunggu cukup lama untuk pria itu mulai bicara.

Monica menatap pria itu jengkel. Ia merasa keputusannya untuk mendengarkan adalah salah. Pria itu terus membisu selama lima menit sejak mereka mengasingkan diri berdua. Dan ini tentunya membuat Monica cukup kehilangan kesabarannya.

"Kau ingin mengatakannya atau tidak? Jika tidak maka aku akan pergi," seru Monica dengan kesal. Ia mulai menimbang ulang tindakannya yang dirasanya cukup bodoh karena terlalu baik terhadap orang yang sudah menyakitinya.

ternyata ancaman Monica itu cukup ampuh untuk membuat pria itu mulai bicara.

"Aku ingin kau meminta pada Kakekmu untuk menghentikan semua yang dilakukannya padaku?" seru Hendrik akhirnya.

Monica terkejut. Dari sekian banyak hal yang ia pikirkan akan diucapkan Hendrik...

Seperti, aku meminta maaf dengan tulus?

Aku menyesal telah melakukan ini semua padamu?

Dan aku sungguh berharap kau mau untuk memaafkanku atau lain sebagainya..

Pria ini justru meminta ia membujuk Kakek untuk apa..??

"Apa maksud ucapanmu? Memangnya apa yang sudah dilakukan Kakek padamu?" Monica bertanya dengan wajah serius dan menuntut penjelasan. Ia agaknya cukup terkejut dengan tuduhan yang tidak disangka-sangkanya.

"Kakekmu tidak hanya menghalangi aku mendapatkan investor baru. Tapi ia juga mulai menggagalkan kerjasamaku dengan beberapa pihak penting. Aku tahu aku sudah sangat salah dengan sikapku padamu selama ini. Terlebih lagi untuk yang terakhir kalinya..." Hendrik membuat jeda sebentar dalam penuturannya. Monica terus menyimaknya.

"Tapi, bisakah kau memohon pada Kakekmu untuk tidak mempersulitku lagi? Jika dia terus melakukan ini, aku.. aku pasti akan segera dipecat atau mungkin aku akan langsung dimutasikan dari pekerjaanku. Aku sungguh tidak ingin itu sampai terjadi," terang Hendrik lagi dengan tidak menentu dan depresi. Ia telah memendam kegundahannya itu selama beberapa lama dan itu cukup membuatnya stress luar biasa.

Monica menatapnya dengan tidak percaya, "Kau menuduh Kakekku melakukan sesuatu padamu? Tidakkah kau berpikir bahwa itu semua terjadi karena ketidakmampuanmu dan ketidakberuntunganmu dalam masa-masa sekarang? Semua orang pernah mengalami itu. Tapi kau tidak bisa asal saja menuduh Kakekku sebagai penyebab dari semua masalahmu ini. Itu jelas sudah sangat keterlaluan."

Monica tidak bisa menerima perkataan Hendrik yang menurutnya tidak masuk akal. Atas dasar apa Kakeknya harus melakukan itu pada Hendrik? Dan apa untungnya?

"Aku tidak menuduh Kakekmu. Aku hanya mengatakan hal yang sebenarnya. Kamulah yang sudah menyebabkan semua itu terjadi. Dan kau harus mempercayai aku," Hendrik sangat frustasi, ia tidak tahu harus berkata apalagi agar Monica mempercayainya. Ini jelas bukan hal yang menyenangkan untuk diakui Monica mengingat wanita ini sangat menjujung tinggi sikap anti-kekuasaannya itu.

Hendrik sudah mengenal Monica cukup lama, dan sepengetahuannya monica adalah sosok yang antipati terhadap segala bentuk ketidakadilan, nepotisme atau permainan kekuasaan yang sering terjadi dikalangan atas dalam soal pekerjaan dan wilayah.

Itu sebabnya Monica tergabung dalam serikat pembela buruh dan rakyat kecil yang ada di kota mereka. Dan hal itu juga yang akhirnya mempertemukan mereka. Karenanya, Hendrik yakin masalahnya ini tidak ada sangkut-pautnya dengan Monica.

Hanya satu orang dari pihak mereka yang paling mungkin melakukan ini semua padanya. Tuan Hendra. Orang yang beringas tapi sangat sensitif jika menyangkut cucu perempuan satu-satunya, Monica. Ia tahu Pak tua itu tidak pernah menyukainya baik sekarang maupun dulu.

Apalagi setelah apa yang sudah ia lakukan terhadap cucunya dengan sangat tidak berperasaan. Kakek itu tentu tidak akan duduk manis dan menutup mata seperti kucing peliharaan.

Sejujurnya terkadang, Hendrik sempat menyesali dirinya yang pernah berpacaran dengan Monica. Monica memang wanita yang luar biasa. Tidak hanya cantik tapi juga pintar dan sangat berempati terhadap orang sekitar. Walau tak bisa dipungkiri sikapnya itu terkadang juga sangat tegas dan kaku. Persis seperti Kakeknya. Mngingat Kakeknya itulah yang sudah menanamkan benih-benih itu dalam diri Monica sejak kecil.

Tapi jika ia tahu situasinya akan menjadi sangat sulit seperti ini, ia tidak akan pernah memiliki keinginan apapun untuk mendekati Monica atau bahkan memacarinya lalu menyakitinya seperti yang sudah ia lakukan dulu. Ini benar-benar sebuah musibah diantara segala musibah.

Ia baru saja merangkak dari bawah. Dan baru merasakan bagaimana kehidupan yang settle itu sebenarnya. Walaupun tentu saja ia hanya berada di taraf menengah ke atas sedikit. Tapi setidaknya itu cukup berada ditingkatan yang membuatnya merasa aman dan damai.

Semua itu sirna begitu saja setelah ia berulah dengan orang yang sama sekali tidak boleh disentuhnya itu. Membayangkan ini semua, bulu kuduk Hendrik jadi merinding. Ia pasti sudah kalap mata dan gila. Ia tidak menyangka kehidupannya itu akan seperti benang yang tipis dan kusut.

Dan tidak ada cara apapun yang bisa dilakukannya melawan kekuasaan yang berada jauh di atasnya itu, selain memohon belas kasihan dari wanita yang menjadi sumber dari semua perkaranya itu. Monica.

Karena itu ia sangat bersyukur bisa bertemu dengan Monica di sini. Padahal awalnya ia berencana menemui Monica besok pagi di kantornya. Tapi wanita ini justru muncul bagai sebuah jackpot yang tidak pernah disangka-sangkanya hadir dan menyapa. Tidak menyapa tentunya. Hanya melintas.

"Monica... kau jelas mengenalku dengan baik. Aku tidak pernah suka berbohong untuk menjatuhkan orang.."

"Ya. Tapi kau berbohong padaku mengenai Sandra," potong Monica dingin yang langsung membuat Hendrik merasa telah sangat salah dalam berbicara.

"..." Hendrik terdiam sejenak karena kehilangan kata-katanya.

Monica tiba-tiba teringat akan perkataan Martha tempo hari tentang keyakinannya terhadap Kakek yang pasti akan berbuat sesuatu setelah tahu dirinya putus dan telah dikhianati. Kepalanya mendadak terasa berat. Itu sungguh pikiran yang mengerikan.

"Monica, kau mungkin saat ini sulit untuk mempercayai kata-kataku ini setelah apa yang kulakukan padamu. Tapi aku mohon kau tidak membiarkan prinsipmu itu terlewati begitu saja setelah kau tahu apa yang sudah terjadi. Aku tidak meminta banyak. Aku hanya memintamu untuk membicarakan ini baik-baik dengan Kakekmu. Katakan padanya aku sudah sangat, sangat menyesal. Dan aku tidak akan mengulangi perbuatan burukku itu lagi. Aku juga tidak akan mengganggumu. Karenanya tolong katakan padanya untuk tidak mempersulitku lagi. Aku mohon. Apa kau bisa melakukannya kali ini saja?" pinta Hendrik yang terlalu memaksa dan semakin membuat Monica gerah.

Ia tidak pernah menyukai jika seorang pria merendahkan harga dirinya di depan seorang wanita. Walaupun memang ia juga tidak suka jika ada seorang pria yang bersikap sombong dan seenaknya padanya. Tapi melihat Hendrik yang terus memohon seperti itu padanya, agaknya itu terlalu tidak pantas menururtnya.

***