Chereads / THE PUZZLE GIRL / Chapter 12 - FIGHT BACK

Chapter 12 - FIGHT BACK

MISSING 7 (Fight Back)

Eve menghentikan motornya, ia segera turun dan dengan waspada, Eve menghampiri orang itu.

"Maaf, apa kau tidak apa-apa?" Tanya Eve kepada orang yang hampir saja di tabraknya. 

Orang tersebut menggunakan penutup wajah dari kain hitam, tiba-tiba ia mendekat dan langsung mencengkram erat pergelangan tangan Eve. Cengkramannya sangat kuat mengunci, Eve mencoba melepaskan genggaman dengan bantuan tangannya yang lain, tapi orang itu terlalu kuat.

"Siapa kamu?"

"LEPASKAN AKU!!!"

Tidak mempedulikan perkataan Eve, orang itu mengangkat dagunya dan dengan lantang berteriak.

"Hei… aku menemukan yang satunya lagi!!! " 

Eve mengerutkan dahi mendengar perkataannya. Jantungnya berpukul kencang.

Tiba-tiba datang empat orang lainnya menggunakan motor, mereka memain-mainkan gas motor dan melingkari Eve dan orang tersebut, bunyi gas motor sangat berisik dan asap kenalpot menggembul mengaburkan pandangan Eve. Mereka terus melakukannya, berkendara melingkar, menutup jalan Eve agar tidak bisa kabur. 

Mereka terus berputar-putar sambil tertawa... meneror Eve dengan tawa jahat.

Eve memandangi mereka satu persatu. Kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Setelah puas bermain-main. Mereka menghentikan motor , dan salah seorang turun dan langsung menodongkan senjata ke kepala Eve.

Cekrekkk…

"Siapa kalian?" tanya eve dengan napas tak beraturan.

"Diam!" kata orang itu sambil menurunkan senjatanya lalu mendorong bahu Eve dengan menggunakan ujung pistol.

Eve terdiam…

Dua orang dari mereka menggunakan topeng, sedangkan 3 yang lainnya menggunakan Kain hitam untuk menutupi area mulut dan hidung, juga kacamata hitam agar tidak mudah dikenali.

"Ikat dia!!!" kata orang yang tadinya menggenggam pergelangan tangan Eve,

Salah seorang yang menggunakan topeng mengikat kedua tangan Eve ke belakang.

3 orang lain segera pergi menggunakan motor. Mereka mengarah ke rumah tempat persembunyian Eve dan Joe.

2 orang lainnya mengarahkan Eve sambil berjalan kaki ke rumah itu.

"ayo Jalan!!! " Orang itu berkata sambil menodong punggung Eve dengan pistol. 

Eve hanya bisa berdiam dan pasrah mengikuti perintah mereka. Nyawanya terancam, dan Eve begitu mengkhawatirkan Joe.

Sesampainya di rumah itu..

Mereka mendorong Eve dengan kasar sampai tubuhnya terjatuh kesamping Joe.

Terlihat tangan dan kaki Joe terikat sambil bersandar di dinding.

"Joeeee… kau tidak apa-apa?" ucap Eve semas menatap Joe.

"Tenanglah.. aku tidak apa-apa.." ucap Joe menenangkan Eve. 

Eve mengangkat tubuhnya dan menatap orang-orang tersebut. 

"heh!!! Sulit juga mencari kalian!! Siapa menyangka kalian berada dirumah yang hancur begini, Ck..!! kalian memang pintar menutup jejak, tapi sayangnya, kota ini kosong! sehingga sangat mudah menemukan kalian.. ha ha ha" kata orang yang menodongkan senjatanya.

"SIAPA KALIAN?? APA MAU KALIAN?? LEPASKAN KAMI!!" teriak Eve..

"DIAMMMMM!!! Atau ku tembak mulutmu, sehingga kau tidak bisa menggunakannya lagi GADIS MANIS!!" jawab orang tersebut dengan membentak dan di tutup dengan nada menggoda.

"Aku rasa sudah lengkap.." kata orang menggunakan topeng.

"Apa yang akan kita lakukan pada mereka sekarang?" lanjutnya

"Hmmmmm,, biarkan saja dulu disini!" sahut orang yang memegang senjata itu.

" hei Wolve! kau dan aku, akan menjaga mereka! Jangan sampai kabur lagi!" lanjutnya mengajak seorang yang menggunakan kain hitam.

"Sisanya pergilah sesuai rencana, kita tak punya banyak waktu! Kita tak tau kapan! Tapi mungkin Beberapa hari lagi tim patrol akan datang kesini!"

Mendapatkan kesepakatan, dua orang yang lainnya segera pergi menggunakan motor, dan 2 orang sisanya menjaga Eve dan Joe . Orang yang tertinggal satunya menggunakan Topeng dan satunya lagi menggunakan kain Hitam penutup wajah yang sempat dipanggil dengan sebutan Wolve.

"hmmmm.. sepertinya kau mengumpulkan makanan yang enak.." Ucap pria itu sambil membongkar Kantong plastik yang di bawah Eve dari supernmarket.

"kau pintar berbelanja juga rupanya nona manis!" kata pria yang menggunakan topeng sambil menggosokan senjata ke pipi Eve.

"Kasihan..!! Sepertinya kau lapar! Ini makanlah!" Pria itu melemparkan makanan kaleng yang sudah dibukanya.

Eve dan Joe menurut dan memakan makanan tersebut, dengan tangan yang terikat di depan.

"hmmm anak pintar…!" lanjut pria bertopeng melihat Joe dan Eve.

Mereka kemudian duduk di ruangan tersebut, si pria bertopeng asik memainkan handphonenya, sementara "Wolve" hanya diam dan tidak bersuara, Ia terlihat cukup waspada menjaga pergerakan Eve dan Dean.

Jadi mereka ada 5 orang, dan 'Wolve?' sepertinya mereka menggunakan nama samaran agar kami tak mengenalinya, kata Eve dalam hati sambil menganalisa.

"Hei Wolve, aku mau pergi buang air…" kata pria bertopeng yang memainkan handphone.

Pria satunya mengancungkan jempolnya.. Tanda konfirmasi. Ia kemudian berjalan ke depan pintu rumah dan berjaga di sana.

"hei Eve… Eve..! psssttt! " Bisik Joe sambil memiringkan badannya.

"Lihat lemari di sampingmu… Pisau yang kau berikan tadi padaku… Ada di bawah lemari itu… Tadi aku melemparnya dengan kaki saat mereka tiba dan menodongku dengan senjata… Apa kau bisa menjangkaunya, Eve?"

Eve mengangguk tanpa suara tanda konfirmasi..

Dengan hati yang berdebar karena gugup. Eve mencoba menggeserkan dirinya perlahan-lahan ke samping sampai menyentuh kaki lemari, Eve mencoba menggapai pisau tersebut.

Tangan Eve benar-benar gemetaran… Ia benar-benar ketakutan dengan kondisi saat itu. Bila ketahuan melakukan pergerakan yang mencurigakan, maka nyawanya dan Joe yang mungkin menjadi taruhan.

Perlahan dan tetap waspada, Eve akhirnya berhasil meraih ujung pisau. Ia menariknya keluar melepaskan sarung pisau dengan giginya, kemudian dengan cepat namun gemetar mengarahkan pisau ke tali di tangannya dan mengiris ikatan di tangannya dengan cepat. Setelah ikatan terlepas, Eve segera mengiris ikatan tali di kakinya.

Eve benar-benar gugup dan ketakutan, napasnya keluar dari mulut. Untungnya Wolve berada diluar sehingga tidak menyadari pergerakan Eve.

Begitu tali terlepas… Eve bergegas beralih untuk membuka tali ikatan Joe.

"JANGAN!!!" bisik Joe tegas menghentikan pergerakan Eve.

Eve menatap heran ke arah Joe.

"Aku hanya akan memperlambatmu Eve..!" kata Joe dengan senyum tipis.

Wajah Eve begitu serius menanggapi Joe.

"Aku tidak mungkin meninggalkanmu di sini!" kata Eve berisik

"Tidak Eve! Selamatkanlah dirimu, pergi dan lapor polisi, kita tidak akan selamat jika terus bersama, aku hanya akan memperlambatmu! Pikirkanlah! Kau harus selamat untuk menyelesaikan ini semua!, ingat… Bukan kah kau gadis Teka-tekinya? " ucap Joe dengan suara berbisik sambil meyakinkan Eve.

"Tapi Joe….?" Kata Eve beriring suara tangis..

"Hei! Kuatkan dirimu,,, Kau wanita yang kuat.. Bahkan kau tahan dibully saat kita masih kecil.. ingat??" Joe tersenyum sambil menyandarkan dahinya ke dahi Eve, memegang pipi Eve dan menghapus airmatanya dengan tangan yang masih terikat.

Eve hanya terdiam dan sesenggukan menahan tangis. Sangat berat untuk mengambil keputusan kalau ia harus meninggalkan temannya yang terluka, apalagi dengan orang-orang jahat itu.

Joe kembali meyakinkan Eve.

"Eve.. kau pasti bisa! Pergi dan carilah Dean, bila idaak bisa menemukannya, kumohon pergilah dari sini! Selamatkan dirimu… dan jangan kembali untukku tanpa bantuan polisi. Kau pasti bisa Eve!" lanjut Joe dengan wajah memelas namun serius.

Eve mengangguk tanda mengerti, dengan mata yang berkaca-kaca, Eve memeluk Joe dengan Erat.

"Its ok Eve…"

Eve melepaskan pelukannya lalu segera bersembunyi di belakang pintu sambil memegang Pisau.

Keringat dingin mulai mengucur di tubuhnya. Ia menunggu di balik pintu untuk ancang-ancang serangan.

Terdengar bunyi langkah kaki masuk, Eve semakin tegang dengan suasana tersebut.

"Hei Wolveeee!!! Di mana wanita itu??" teriak pria bertopeng yang baru saja masuk ke arah tengah ruangan

Wolve yang tadinya berjaga diluar pintu segera masuk dan berdiri di depan pintu, tepat di depan Eve tanpa menyadarinya. Meraka hanya terpisah oleh daun pintu.

Dengan segera Eve keluar dan menancapkan pisau yang di pegangnya, namun pria tersebut berhasil mengelak hingga hanya terkena di lengan. Eve segera berlari keluar sekuat tenaga. Pisau masih menancap di lengan Wolve.

"Aaarrgggggghhhhh" teriak Wolve kesakitan sambil mencabut pisau.

Melihat hal tersebut sang Pria bertopeng segera berlari mengejar Eve.

Sekuat tenaga Eve berlari dan berlari, Pria bertopeng terus mengejarnya,

Aksi kejar-kejaran berangsung sampai Eve bersembunyi di sebuah rumah kosong yang lainnya.

Pria bertopeng kehilangan jejak Eve. Namun ia terus melanjutkan pencariannya.

Ia masuk keruamh tempat Eve bersembunyi dengan langkah pelan dan mengendap.

"heiiii… gadis manis!,, kau pergi kemana?" sambil berjalan mendekati persembunyian Eve

Eve semakin takut, dan bergerak perlahan dan bersembunyi di nakas dapur.

Terdengar langkah kaki masuk kerumah tersebut.. Eve semakin takut dan gemetar.

"heiiiii… gadis manis keluarlah.. aku tidak akan menyakitimu!.." ucapnya perlahan bagai menggoda anak kecil untuk keluar dari tempat persembunyianya. 

"okeeeyyyy… yang kau lakukan pada Wolve itu jahat... Kami bahkan belum sempat menyentuhmu, dan kau menusuknya dengan pisau!.. oh! ayolah… Kami bahkan telah memberimu makan, dan ini BALASANMU PADA KAMI!!!!! HAH???!!!" Pria itu berteriak di ujung kalimatnya sambil berontak dengan membalikan dan membanting meja.

PRRRAAAAAKKKKKKK... 

Eve terkejut dan mengerjap mendengar suara meja yang di banting terbalik, napasnya menjadi tidak beraturan, dan mulai keluar lewat mulutnya… Eve segera menutup mulutnya dengan tangan… Perlahan-lahan Eve merangkak dan berpindah tempat tanpa disadari orang tersebut.

"Kami sebenarnya tidak ingin membunuhmu, bahkan membiarkanmu pergi dari sini… Tapi sayangnya kamu menemukan si Pria muda dan jasad si Wanita bodoh itu di perpustakaan! Kamu yang membuat kami melakukan ini. Percayalah kami terpaksa harus mengeksekusimu juga, gadis manis" lanjut cerita si pria bertopeng

Eve terus berhati-hati dan terus berpindah tempat, merangkak perlahan sampai ke sisi pintu. Pria itu berjalan semakin ke tengah ruangan. Begitu Eve mencapai pintu, ia segera berlari keluar, dengan cepat tanpa disadari pria bertopeng itu.

Eve berlari dengan sekuat tenaga menjauh dari rumah itu, semakin jauh… Ia hanya terus berlari, berlari dan berlari sampai kehabisan tenaga.

Eve masuk kesebuah gang yang gelap dengan napas yang terhengah-hengah, dadanya sesak karena jantung yang berpukul sangat cepat, seakan tak bisa menghirup oksigen lagi.

Eve berpegang pada tembok disampingnya dengan menggunakan sebelah tangan seraya menopang tubuhnya agar tidak terjatuh, sementara tangan yang satunya memegang pinggang dan perut bawahnya yang terasa sakit akibat berlari. Eve terbungkuk dan batuk akibat pernapasan yang tidak beraturan.

Ia, berhenti sejenak, kemudian melangkah sangat pelan dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya, Eve tetap menopang tubuhnya dengan berpegangan di tembok.

Crek.. crekk… crek… bunyi langkah kaki Eve berpantul pantulan menginjak genangan air di gang tersebut. Air merembes masuk ke sepatunya, membasahi ujung-ujung jemari kakinya, ia berjalan pelan terhengah-hengah menuju sisi ujung gang.

Saat itu hari mulai gelap, pemandangan menjadi begitu mencekam, Ia hampir tidak bisa melihat apa-apa karna gelap.

Untunglah ada sinar cahaya rembulan remang-remang yang sedikit menerangi malam yang mengerikan itu. Rasa sedih dan putus asa mulai menghantuinya.

Bagaimana aku bisa keluar dari sini?

Bagaimana aku bisa menolong Joe dan Dean!

Ucap Eve dalam sesal hatinya yang begitu mendalam, ia tak bisa berbuat apa-apa…

Saat Eve larut dalam pemikirannya sendiri, tiba-tiba dari arah belakang seseorang membungkam mulutnya mendekapnya erat, hingga tak bisa bergerak, Eve mencoba memberontah , namun orang tersebut menarik badannya ke dalam kembali ketengah gang..

"HMMMMMPPPPPPPPPPHHHHHHHHHHHH… MMMMMMMMMM!!!!!!!!!"

Orang itu terus membungkam mulut Eve, Eve mencoba merontah dengan sisa-sisa energinya.

"Sssssttsssss….. Diamlah gadis manis, jangan kabur lagi!!!"

___________________________________________

TO BE CONTINUED ...

Follow me on Instagram:

@Puzzle_Girl_Novel