= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
THE ROOM 🚪
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =Â
Huuuffftttt… Eve menghembuskan napasnya bersama pipi yang mengembung.
Sepertinya percuma saja jika ia hanya terus berteriak.Â
Eve menyenderkan kepalanya ke daun pintu di belakangnya
Berucap dengan lirih, "Paman… Apa hubunganmu dengan semua ini?"Â
"Oke... Tenangkan dirimu Eve..." Ucap Eve kembali memotivasi dirinya.
"Pasti ada cara lain untuk keluar dari sini…" ucap Eve.
Eve mengelilingi ruangan tersebut, memandang ke atas dan ke bawah, memeriksa apakah ada cara lain agar ia bisa keluar dari tempat itu.
Beberapa saat ia memeriksa, namun menemukan jalan buntu.Â
'AaaArrggghhh .." geram Eve Kesal.
Tak ada yang dapat ia lakukan, selain menunggu apa yang akan terjadi nantinya.
Ia menunggu di tempat tersebut, dan duduk dengan kaki yang ditekuk ke depan..Â
Eve menunggu, sampai kembali tertidur karena lelah tubuhnya.
Cek cek… Suara kunci dibuka.
"Eeeh…" Eve tersadar dari tidurnya. Ia segera berlari ke depan pintu menunggu pintu tersebut dibuka.
.
.
Eve terkejut, ia mendengar suara dibalik pintu.
"ap.. apa yang kau lakukan?? Tempat apa ini??!! Lepaskan aku!!" Suara orang tersebut terdengar bingung dan ketakutan.Â
Saat pintu terbuka sedikit, Eve segera maju menuju celah pintu yang terbuka, namun belum sempat Eve memaksa keluar, tubuhnya terdorong dengan tubuh seseorang yang didorong masuk dengan paksa, pintu itu segera ditutup kembali dan langsung dikunci.
Belum sempat melihat siapa yang masuk orang yang masuk, Eve segera bangkit dan kembali menggedor pintu.
"PAmannnn!!!! Paman buka pintunya!!! Paman!! Apa yang kau lakukan" lanjut Eve menggedor-gedor pintu. Ia terus mencoba memanggil agar paman Jim membuka kembali pintunya.
"Eve?" terdengar suara seorang pria yang memanggilnya dari arah belakang.
Eve memalingkan wajahnya, lalu melihat ke arah orang tersebut.
"Joe??" Ucap Eve mengenali pria itu.
"Eve..???? Eveeee!!! Ya Tuhan Syukurlah kau selamat!" Joe segera memegang wajah Eve dengan kedua tangannya lalu memeluknya erat.
Eve tersenyum kecil dalam pelukan Joe. Hatinya pun ikut bahagia melihat Joe baik-baik saja.
"Yaaa Joe,,,ini aku, aku tidak apa-apa,, bagaimana denganmu?? Aku sangat mengkhawatirkanmu" ujar Eve sambil melepaskan pelukannya.
"Aku.. aku tidak apa-apa. Sepertinya aku punya 9 nyawa, aku tertembak tapi aku masih hidup sampai sekarang. Aku tertangkap tapi belum juga dieksekusi. Oya, siapa pria brengsek yang membawaku kemari itu?? Kenapa kau memanggilnya paman? Apa kau mengenalnya?? Bukankah dia salah satu dari mereka?" tanya Joe penasaran.
"Bukannya dia yang mengeluarkanmu dari sana??" Eve kembali bertanya.
"Tidak, Eve... Dia menangkapku dalam pelarianku, saat salah satu penjaga itu tertidur, aku mengambil bekas sisi tajam kaleng makanan, melepaskan tali ikatanku, dan mengendap-ngendap melarikan diri."Â
"Saat aku masih berlari, dia menangkapku dari belakang, menodong kepalaku dengan senjata dan membawaku kemari!!"
"Sepertinya kali ini mereka takkan membiarkan kita meloloskan diri lagi!" Joe mendekat ke arah pintu sambil mencoba membuka pintu yang terkunci. Joe menariknya sekuat tenaga.
"Percuma Joe.. tidak ada jalan keluar dari sini.."
Joe menatap Eve.. Menghela napasnya dan menghembuskannya dengan yang terturun..
"Yah.. kau benar.. sepertinya kita akan mati di sini" jawab Joe dengan nada pasrah.
"heh.. Setidaknya kita mati bersama.." Eve menjawab Joe sambil tersenyum kecil
Eve pun bingung tidak tau harus berbuat apa, bahkan Eve hanya bisa tersenyum menanggapi komentar Joe.
Mereka kemudian duduk dan menyandarkan diri ke tembok. Saling bersebelahan menerima nasib.
Eve tampak menunduk, sementara Joe menyandarkan kepalanya ke tembok. Mulai membuka suaranya.
"Eve.. kira-kira apa yang akan mereka lakukan pada kita?? Memangnya apa yang telah kita lakukan sehingga mereka melakukan ini..? Dasar orang-orang Psycho!"
"Jika kenyataannya seperti ini, melihat tingkah dan tanduk mereka, dan apa yang terjadi pada bibi Jean, sepertinya mereka hanya akan mengurung kita di sini sampai mati, atau mungkin..." – Eve menunjuk ke arah pintu, - "Mereka akan masuk dari pintu itu lalu menembak kita.. TAMAT" lanjut Eve menjelaskan sambil tersenyum smirk.
Mendengarnya.. Joe mulai ketakutan..Â
"Apa tidak ada yang bisa kita lakukan Eve? Berpikirlah... Bukannya dari dulu kau hebat dalam hal seperti ini?" tanya Joe.
"hehhh! Meloloskan diri? Itu hanya ada di dalam Game, Joe... Akan selalu saja ada jalan untuk keluar yang sudah didesign khusus dalam permainan Game... Berbeda dengan kondisi kita sekarang... Ini bukan permainan lagi Joe... Ini kenyataan..."
Eve melanjutkan pembicaraannya,
"Kamu tau? Untuk menebak dan mengungkap suatu kasus, kita tetap membutuhkan tenaga ahli lainnya seperti data-data penyelidikan, tim forensic dan fasilitas lainnya yang tersedia."
"Sementara kondisi kita saat ini adalah Korbannya.. Ini adalah teka-teki tersulit dalam hidupku, yang mungkin tak akan bisa aku pecahkan... Aku bukanlah Cenayang atau penyihir yang bisa menerawang segala hal... Aku hanya manusia biasa yang terbatas, aku membutuhkan data, bukti, observasi lapangan dan analisa... Aku tidak seaneh yang kalian bayangkan sejak kecil.. akuuuu…. Akuuuu…"- Eve mulai meneteskan air mata, suaranya terdengar gemetar- "akuuu hanyalah seorang gadis kecil penggila teka-teki yang ditinggalkan ibunya, membuatku terobsesi dan mengurung diri dari dunia, sampai Dean datang dan membuatku kembali .. kembali untuk tertawaaa"Â
sssssshhh… Eve menarik napasnya sambil terisak, ia mengernyitkan hidungnya berusaha untuk menahan air mata agar tidak jatuh lagi.
"ehh... Eve.." – Joe memegang pundak Eve- "Maafkan aku soal dulu.. kau dan aku tidak jauh berbeda.. aku juga kehilangan ibuku… Jadi aku tahu bagaimana perasaanmu..."
Joe masih menaruh tangannya di pundak Eve, menepuknya pelan untuk menenangkan Eve.
"Tapi, hei! Kau tetaplah si gadis aneh yang hebat,, Dan ingat aku pria kerennya! HA HA" Joe meledek Eve, sambil tersenyum lebar.
He.. he… hee.. tawa kecil Eve menanggapi candaan Joe.
Mereka kembali tertunduk sambil mengenang masa lalu…
Eve mengangkat wajahnya sedikit. Ekor matanya melihat gelang di tangan Joe. Seketika ekspresi wajah Eve berubah, Eve tersenyum seakan menemukan ide yang hebat.
"Joeeeee..!! Apa ujung gelangmu itu terbuat dari kawat besi? Ayo Lepaskan dan berikan padaku!"
kata Eve sambil menadahkan tangannya di depan Joe.Â
"hmmm???" Gumam Joe kebingungan sambil melepaskan gelangnya. "Kenapa memangnya?'
Eve tidak menanggapi dan langsung menggigit gelang itu, ia membengkok-bengkokkan kawatnya dengan serius.
"Ap.. apa yang kau lakukan?" Tanya Joe kebingungan.
"kita akan keluar dari sini, Joe..!! " Eve menunjukkan kawat yang sudah dibengkokkan..Â
"haha.. kau memang jenius!!!" Joe segera menangkup ke dua pipi Eve, lalu mencium dahinya dengan kuat karena sangat bahagia.
"ha… ha.. ha.." Eve tertawa bahagia karena berhasil menemukan jalan keluar.
"Ini .. gigit dan tarik ini.. dan pegang yang ini..!" kata Eve melanjutkan mengutak atik kawat tersebut memutuskannya menjadi 2 bagian.
Eve kemudian mendekati pintu, mencoba memasukan kawat ke dalam lobang kunci dengan wajah yang serius dan penuh konsentrasi.
Joe berada tepat di sampingnya,, Menatap Eve dengan serius, berharap cara ini dapat berhasil.
"JOE!!!!,, Bisakah kau tenang sedikit?? Napasmu mengganggu konsentrasiku!" kata Eve memarahi Joe yang gelisah di sampingnya.
"Owh.. okeeyyy.. maaf! Lanjutkanlah..."- Ucap Joe sambil mengangkat kedua tangannya ke depan dada- "Aku hanya... Terlalu bersemangat soal ini!" lanjut Joe sambil mundur ke belakang dan membiarkan Eve bekerja dengan tenang.
Beberapa saat kemudian.. dan setelah beberapa kali percobaan yang gagal.
Cek..cek.. Bunyi dari lobang kunci pintu
Ceklek...
"YESSSSSSSSS!!!!!!!!!!!!!!!" teriak Eve..
"Berhasil?" Tanya Joe penasaran,
Eve mengangguk lalu membuka pintu dengan senyum bangga, "Ayoo!" mengode dengan kepalanya.
Joe tersenyum bahagia, ia segera mengambil senter yang ditinggalkan paman Jim sebelumnya di ruangan itu, Joe mengikuti Eve dengan perlahan karena kakinya yang terluka.
Mereka keluar dan berjalan perlahan dalam gelap saluran bawah tanah...
.
.
.
Tiba-tiba terdengar suara rintihan kesakitan seseorang yang menggema di terowongan tersebut…
.
.
.
"ehhhh… ehhhhh…"
"Tungguuuu…" Kata Eve menghentikan langkah Joe.
"Apa Kau dengar itu??" kata Eve berusaha mendengar kembali suara rintihan tersebut.
.
.
"ehhh.. ehhh" suara rintihan kembali menggema
.
.
"Eve… sebaiknya kita jangan mendekat..!!" Sanggah Joe.
Eve tidak menghiraukan teguran Joe, ia hanya menggeleng sekali dan mendekati suara tersebut dengan langkah perlahan.
"Eveee!!!!!" panggil Joe dengan intonasi tegas namun dengan suara yang berbisik.Â
"Sebaiknya kita berbalik arah!! Terlalu berbahaya!! Bagaimana kalau pamanmu itu kembali dan mengurung kita!" kata Joe meyakinkan Eve. Wajahnya terlihat ketakutan.
"Sssttttsss… Tenanglah Joe.. Suaranya terdengar seperti sedang kesakitan.. Bagaimana kalau itu Dean??" Ucap Eve sambil menatap mata Joe dengan berkaca-kaca.
"Tapi Eve... "Â
Belum sempat Joe menyelesaikan kata-katanya, Eve malahan tidak memedulikannya dan langsung membalikkan badannya dan kembali berjalan ke arah suara tersebut. Joe membuang napas pasrah dan terpaksa mengikuti Eve dari belakang.
.
.
"eehhh…" Suara itu terdengar semakin dekat
.
.
"ehhhhh… ehhhh.."Â
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =Â
To be Continued...
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Stay tuned on "The Puzzle Girl"