Malam yang hening tiba. Semua tahanan telah terjaga kecuali Beno, Candra dan Andre. Mereka sedang bersiap-siap untuk pergi. Setelah siap, Candra dan Beno memberitahukan bahwa mereka telah siap dengan semua peralatan yang akan dibawa kepada Andre lewat handy talky yang mereka punya.
Di bagian lain, Dokter Ben tengah membersihkan bagian ruangan para penjaga. Para penjaga mulai lelah, orang-orang yang bekerja di depan monitor pun sama. Dokter Ben hanya bekerja sendirian disana. Menyapu. Membersihkan bagian yang kotor. Membuang sampah ke tempat pembuangan sementara.
Dokter Ben telah diberi earphone yang dipasangkan di telinganya oleh Andre. Dan tiba-tiba earphone itu mengeluarkan suara yang berasal dari handy talky Andre,"Andre disini, Semua sudah siap dok".
Dokter Ben tak berbicara apa-apa. Ia segera pergi menuju meja yang dipenuhi tombol seperti yang diceritakan Candra. Ketika penjaga itu lengah, Dokter Ben menekan tombol untuk mematikan cctv agar semua yang mereka lakukan tak terekam namun tetap muncul di layar besar. Setelah itu Dokter Ben menekan tombol di sisi lain. Banyak sekali tombol berkode disana. Ia sudah diberi catatan kode mana saja yang harus ditekan, yaitu kode sel Beno, Andre, dan Candra. A-32 untuk Candra dan A-33 untuk Beno, lalu untuk nomor sel Andre? Yang mana?.
Dokter itu tak mau berlama-lama disana. Ia mencoba berbicara pada Andre lewat earphone yang dipakainya. Namun setelah ditanya, Andre tak tahu. Ia berusaha mencarinya, namun Andre tak berhasil menemukannya.
Tak mau membuang-buang waktu, ia menekan terlebih dahulu tombol kode Candra dan Beno, A-32 dan A-33.
Terbukalah pintu besi yang mengurung Beno dan Candra itu. Sebelum keluar, mereka melihat sekelilingnya, dan Aman... Mereka pun keluar. Pergi mendekat ke Dokter Ben di ruang pengendali.
Di ruang pengendali, penjaga ataupun pengendali tertidur pulas, setelah Dokter Ben memberi mereka teh hangat yang telah dicampur obat tidur. Sehingga mereka bisa lebih bebas menjalankan aksinya. Tapi saat tiba disana, Andre belum terlihat. Saat Beno bertanya kepada Dokter Ben tentang keberadaan Andre, ia menjawab, " Aku tidak tahu kode sel Andre, jadi aku belum bisa membebaskannya".
Beno langsung berlari menuju sel Andre, meninggalkan Candra dan Dokter Ben. Beno akan melihat berapa kode sel Andre. Ia menuju ke bagian paling belakang penjara. Penuh kewaspadaan dan kehati-hatian. Setibanya disana, ada penjaga berdiri tegap di depan sel Andre.
" Mampus deh, ada penjaga lagi", gerutunya.
Ia mencoba memberanikan diri, karena memang ia pemberani. Malam itu begitu gelap tanpa penerangan, bulan pun terhalang awan, sehingga cahayanya tak benderang. Beno mulai mengendap-endap. Penjaga tak begitu memperhatikan ke arahnya. Namun ke arah lain. Kini Beno tinggal beberapa langkah lagi untuk mencapai sel Andre. Dan Penjaga masih belum mengetahui keberadaannya.
Tiba-tiba, Penjaga itu mulai menyadari ada Beno disana, " Hei siapa itu? ", penjaga mulai ketakutan.
Beno tiba-tiba muncul dihadapannya, memukul wajahnya hingga penjaga itu tersungkur. Penjaga itu tak mau kalah, ia terbangun. Dan Beno dengan sigap memukulnya lagi di bagian perut, penjaga itu jatuh lagi tak sadarkan diri. Ia dengan segera mendekat ke sel Andre. Mengamati lempengan besi yang terukir kode diatasnya. Malam itu begitu gelap, sehingga Beno tak bisa melihat kode itu, namun ia masih bisa merabanya dan bisa menebak berapa kode yang terukir diatasnya. A-76, ya itu kode sel Andre. Sel terakhir.
Beno menyuruh Andre untuk mengatakannya lewat handy talky kepada Dokter Ben. Andre pun melakukan perintah Beno.
Hanya hitungan detik, pintu besar itu terbuka. Andre membawa perlengkapannya. Dan cuss,,,,mereka pergi menuju ruang pengendali.
Malam yang hening tiba. Semua tahanan telah terjaga kecuali Beno, Candra dan Andre. Mereka sedang bersiap-siap untuk pergi. Setelah siap, Candra dan Beno memberitahukan bahwa mereka telah siap dengan semua peralatan yang akan dibawa kepada Andre lewat handy talky yang mereka punya.
Di bagian lain, Dr. Ben tengah membersihkan bagian ruangan para penjaga. Para penjaga mulai lelah, orang-orang yang bekerja di depan monitor pun sama. Dr. Ben hanya bekerja sendirian disana. Menyapu. Membersihkan bagian yang kotor. Membuang sampah ke tempat pembuangan sementara.
Dr. Ben telah diberi earphone yang dipasangkan di telinganya oleh Andre. Dan tiba-tiba earphone itu mengeluarkan suara yang berasal dari handy talky Andre,"Andre disini, Semua sudah siap dok".
Dr. Ben tak berbicara apa-apa. Ia segera pergi menuju meja yang dipenuhi tombol seperti yang diceritakan Candra. Ketika penjaga itu lengah, Dr. Ben menekan tombol untuk mematikan cctv agar semua yang mereka lakukan tak terekam namun tetap muncul di layar besar. Setelah itu Dr. Ben menekan tombol di sisi lain. Banyak sekali tombol berkode disana. Ia sudah diberi catatan kode mana saja yang harus ditekan, yaitu kode sel Beno, Andre, dan Candra. A-32 untuk Candra dan A-33 untuk Beno, lalu untuk nomor sel Andre? Yang mana?.
Dokter itu tak mau berlama-lama disana. Ia mencoba berbicara pada Andre lewat earphone yang dipakainya. Namun setelah ditanya, Andre tak tahu.
Ia berusaha mencarinya, namun Andre tak berhasil menemukannya
Tak mau membuang-buang waktu, ia menekan terlebih dahulu tombol kode Candra dan Beno, A-32 dan A-33.
Terbukalah pintu besi yang mengurung Beno dan Candra itu. Sebelum keluar, mereka melihat sekelilingnya, dan Aman...
Mereka pun keluar. Pergi mendekat ke Dr. Ben di ruang pengendali.
Di ruang pengendali, penjaga ataupun pengendali tertidur pulas, setelah Dr. Ben memberi mereka teh hangat yang telah dicampur obat tidur. Sehingga mereka bisa lebih bebas menjalankan aksinya. Tapi saat tiba disana, Andre belum terlihat. Saat Beno bertanya kepada Dr. Ben tentang keberadaan Andre, ia menjawab," Aku tidak tahu kode sel Andre, jadi aku belum bisa membebaskannya".
Beno langsung berlari menuju sel Andre, meninggalkan Candra dan Dr. Ben. Beno akan melihat berapa kode sel Andre. Ia menuju ke bagian paling belakang penjara. Penuh kewaspadaan dan kehati-hatian. Setibanya disana, ada penjaga berdiri tegap di depan sel Andre.
" Mampus deh, ada penjaga lagi", gerutunya.
Ia mencoba memberanikan diri, karena memang ia pemberani. Malam itu begitu gelap tanpa penerangan, bulan pun terhalang awan, sehingga cahayanya tak benderang. Beno mulai mengendap-endap. Penjaga tak begitu memperhatikan ke arahnya. Namun ke arah lain. Kini Beno tinggal beberapa langkah lagi untuk mencapai sel Andre. Dan Penjaga masih belum mengetahui keberadaannya.
Tiba-tiba, Penjaga itu mulai menyadari ada Beno disana, " Hei siapa itu?! ", penjaga mulai ketakutan sambil menyorotkan senter ke arah Beno.
Beno tiba-tiba muncul dihadapannya, memukul wajahnya hingga penjaga itu tersungkur. Penjaga itu tak mau kalah, ia terbangun. Dan Beno dengan sigap memukulnya lagi di bagian perut, penjaga itu jatuh lagi tak sadarkan diri. Ia dengan segera mendekat ke sel Andre. Mengamati lempengan besi yang terukir kode diatasnya. Malam itu begitu gelap, sehingga Beno tak bisa melihat kode itu, namun ia masih bisa merabanya dan bisa menebak berapa kode yang terukir diatasnya. A-76, ya itu kode sel Andre. Sel terakhir.
Beno menyuruh Andre untuk mengatakannya lewat handy talky kepada Dr. Ben. Andre pun melakukan perintah Beno.
Hanya hitungan detik, pintu besar itu terbuka. Andre membawa perlengkapannya. Dan cuss,,,,mereka pergi menuju ruang pengendali.
Saat Candra melihat Andre dan Beno tengah berlari menuju tempat dimana ia berada, ia bersiap dengan perlengkapannya lalu meminta Dr. Ben untuk menunjukkan dimana letak pintu itu. Dr. Ben membawanya menuju bagian belakang ruang pengendali itu. Dengan napas yang masih tersenggal, Beno dan Andre segera mengikuti langkah Candra dan Dr. Ben.
Pintu berwarna merah terbuat dari besi dibuka oleh Dr. Ben. Lalu Dokter itu membiarkan Andre, Beno Dan Candra untuk masuk terlebih dahulu kemudian ia menjadi yang terakhir masuk kesana sambil menutup rapat kembali pintu itu. Agar sidik jarinya tak meninggalkan jejak, ia memakai sarung tangan dalam setiap aksinya. Semisal membuka pintu dan menekan tombol-tombol.