Chereads / Pulau yang Hilang / Chapter 17 - Bayangan Penuntun

Chapter 17 - Bayangan Penuntun

Di sisi lain, Beno dan Candra terus berusaha mencari jalan keluar. Hingga tibalah mereka di tempat yang berbukit-bukit. Di Bukit itu hanya terdapat hamparan rumput luas saja ditambah dengan beberapa pohon. Itu luas sekali. Tapi pemandangan kali ini begitu memanjakan mata mereka. Dan tiba-tiba handy talky mereka mengeluarkan suara,

" Dr. Ben disini, Beno!Candra! Tolong kami! kaki Andre terluka parah....", ucap Dr. Ben dalam handy talky itu namun tiba-tiba sambungannya terputus,

tuuttt..

tuuttt..

tuttt..

Mereka khawatir dengan keadaan Andre tapi tak tahu dimana mereka berada karena tiba-tiba saja handy talkynya mati. Mereka mencoba menghubungi Dr. Ben lagi. Tapi tak ada jawaban sama sekali. Mereka bingung apa yang harus mereka lakukan. Mereka telah berusaha mencari penduduk disana, tapi tak ada seorang pun disana.

Uhh.. lelah sekali, kesana kemari mencari pertolongan namun tak ada jua. Hari semakin gelap, lagi-lagi mereka harus beristirahat di padang rumput seperti kemarin. Mereka mencari pohon rindang lagi. Tidur dibawah rindangnya pohon itu. Sejuk sekali.

Malam pun tiba, Beno dan Candra membuat api unggun untuk menghangatkan tubuh mereka dan membakar jagung yang mereka temukan di ladang yang mereka lewati tadi siang. Setelah perut mereka terisi, mereka pun akhirnya bisa tertidur lelap. Tapi saat Beno tengah terlelap, ia terbangunkan oleh suara yang sangat mengganggu telinganya. Saat ia bangun, suara itu masih terdengar, begitu mengganggu. Tapi anehnya, Candra begitu lelap seakan suara itu tak terdengar olehnya. Ya sudahlah, Beno mencoba menghiraukannya. Saat ia mencoba tertidur lagi, lagi-lagi suara itu mengganggunya.

" Suara apaan sih, berisik banget", gerutunya.

Tiba-tiba sesosok bayangan hitam, tinggi besar menarik lengannya. Beno yang melihatnya secara langsung, ia berteriak. Tapi,,, suaranya tak ada, hilang, ia tak bersuara. Beno tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa pasrah sambil komat kamit baca doa, tak peduli itu doa apa, yang pasti ia meminta pada Alloh SWT, sebagai Tuhannya untuk membantunya.

Beno masih terseret oleh makhluk itu. Matanya terpejam ketakutan. Do'a-do'a masih dibacanya meski tak bersuara. Hingga tiba-tiba makhluk itu melepaskan lengannya. Beno penasaran, apa yang terjadi. Lalu Ia membuka matanya, melihat ke sekitarnya dan makhluk itu sudah tak ada. Kemana makhluk itu? Dan dimana ia?

Ia ada di sebuah mesjid, begitu indah, penuh ukiran kaligrafi di dindingnya. Namun mengapa makhluk itu menyeretnya kemari? Tapi Beno senang, ia bisa terbebas dari makhluk tinggi besar itu. Ini pasti karena Alloh mendengar Do'a-do'a yang dibacanya meski mungkin do'anya tak sesuai.

" Terima kasih, Yaa Alloh", ucap Beno sambil bersujud di sajadah mesjid itu.

Selama perjalanan, Beno tak pernah shalat, itu pun karena ia tak tahu kapan masuk waktu shalatnya. Kini ia mulai tersadar, mungkin makhluk itu menyeretnya kesini, agar kembali mengingat Alloh SWT.

Kemudian Beno mengambil air wudhu, setelah itu menunaikan shalat malam disana. Selesai shalat, ia berdo'a pada Alloh swt, " Yaa Alloh, tolong hamba-Mu yang telah melakukan banyak dosa, hamba-Mu yang hina ini. Tolong kami agar bisa bertemu dengan teman kami yang lain. Bantu kami juga untuk bisa melewati setiap rintangan untuk mencapai tujuan kami dengan mudah. Tunjukkan jalannya kepada kami Yaa Alloh. Maafkan dosa-dosa hamba-Mu ini Yaa Alloh, kabulkan pula permohonan kami".

Baru kali ini Beno berdo'a sambil berlinang air mata, minta ampun pada Tuhannya. Setelah berdo'a Beno mengusap wajahnya dengan kedua tangan yang tadi ia tengadahkan. Saat tangan itu diturunkan, tiba-tiba saja Beno ada di bawah pohon rindang yang tadi ia gunakan untuk istirahat, di samping Candra tepatnya. Beno hanya terheran dengan apa yang terjadi.

Candra tiba-tiba terbangun, lalu melihat Beno yang melamun atas kejadian tadi.

"Kenapa kamu Ben?", tanya Candra dengan nada mengejek.

Beno hanya menatap dengan tatapan kosong, lalu meyakinkan Candra kalau dia baik-baik saja. Candra percaya begitu saja, ia pun meneruskan tidur nyenyaknya lagi.

Setelah kejadian semalam Beno tak bisa tertidur lagi. Hingga matahari pun terbit menyilaukan mata Candra yang sedang enak-enaknya terlelap.

"Udah siang, ya? ", tanya Candra pada Beno yang tak pernah mengubah posisinya dari semalam.

Beno hanya terdiam kemudian berkemas. Membersihkan sisa-sisa pembakaran semalam. Candra membantunya. Lalu mereka pun pergi meneruskan perjalanan mereka.

Saat mereka berjalan, Beno melihat bayangan hitam yang semalam menuntunnya, tapi bayangan itu tak menarik lengannya lagi. Ia hanya terdiam di balik rimbunnya pepohonan yang terletak di samping mereka. Hal itu membuat Beno penasaran, bayangan benda apa sih itu. Beno pun berbelok mendekati bayangan itu. Candra yang tadinya berjalan santai sambil menikmati buah rambutan yang mereka bekal menjadi berbelok mengikuti langkah Beno.

Langkah mereka semakin menjauh masuk ke dalam hutan.

"Ben, kita mau kemana sih, kok masuk hutan segala", tanya Candra yang mulai merasa ada yang tidak beres dengan Beno ditambah lagi ia tak pernah bercakap sejak malam tadi.

Beno tak berdalih tentang pertanyaan Candra, ia hanya berjalan dan terus berjalan mengikuti gerak bayangan hitam itu. Semakin masuk ke dalam hutan. Aliran sungai pun mereka lewati. Tanjakan terjal, hingga semak belukar mereka lampaui. Hingga akhirnya mereka keluar dari hutan, dan masuk ke sebuah kompleks, penuh dengan rumah mewah dan banyak manusia juga disana. Tapi bayangan hitam itu, ia tak ada, hilang entah kemana.

"Wahh,, banyak orang tuh, yuk kita kesana", kata Candra sambil berlari kegirangan.

Beno heran mengapa ia ada disini. Beno tak sadar bagaimana ia bisa sampai disini, dimana ia, pertanyaan itu memenuhi otaknya.

Tapi yang penting kali ini, mereka bisa bertemu dengan kumpulan manusia yang semoga saja diantara mereka ada yang bisa membantu.