"Nyonya, apa Anda yakin akan melakukan hal ini?" tanya Daniar dengan penuh ketidakyakinan dan kecemasan ketika Nyonya-nya menyuruhnya untuk menggantikannya berbaring di rumah sakit sebagai dirinya.
Dengan tujuan agar ia bisa menyelinap keluar tanpa diketahui oleh siapapun, Nyonya Sofia meminta Daniar untuk mengenakan pakaian rumah sakit miliknya. Dan ia sendiri mengenakan pakaian penyamaran yang telah disiapkan oleh Daniar atas perintahnya. Satu stel pakaian lengkap dengan sebuah selendang dan kacamata berwarna hitam.
Daniar tidak tahu bagaimana ide penyamaran ini bisa terbersit di benak Nyonya Sofia. Pasalnya, sekalipun merasa bosan karena telah lama berada di dalam kamar rumah sakit, Nyonya Sofia jelas tidak bisa begitu saja mengorbankan dirinya untuk ikut serta dalam kegiatan tipu-menipu yang dilakukannya ini.
Walaupun ia hanya diminta untuk berbaring saja dan tidak melakukan kegiatan apapun sampai Nyonya-nya itu kembali, tetap saja Daniar tidak punya keyakinan penuh untuk menjamin bahwa kepergian Nyonyanya akan tetap aman dan tidak diketahui oleh siapapun juga seperti yang diharapkannya.
"Nyonya, Saya benar-benar tidak bisa menjamin seluruh penyamaran ini akan berhasil sampai Anda kembali nanti," Daniar kembali merengek meminta pengertian dari Nyonya-nya, "Lagipula, Anda sebenarnya ingin pergi kemana? Tidakkah sebaiknya Anda saya antar? Atau jika tidak, tidakkah sebaiknya Anda menyerah dan pulang ke rumah sehingga Anda bisa bebas berpergian kemanapun yang Anda inginkan? Saya yakin, semua keluarga Anda pasti sangat cemas dan khawatir sekarang."
Bujukan Daniar tidak mengoyahkan Nyonya Sofia. Ia justru mengangkat kedua alisnya dengan sembarang.
"Kau mengguruiku?" tanyanya dengan ekspresi yang sama sekali tidak senang.
Daniar langsung menyangkalnya.
"Tentu saja saya tidak berani," jawab Daniar dengan cepat, "Hanya saja. Seperti yang sudah Saya katakan, saya tidak bisa menjamin jika penyamaran kita ini tidak akan ketahuan. Anda tahu sendiri saya tidak pandai dalam berbohong."
Mendengar ketidakyakinan dari asistennya, Nyonya Sofia menghela napas panjang. Ia tahu betul bagaimana asistennya selama ini. Jika Daniar adalah seorang bawahan yang suka berbohong atau membuat ulah, tentu saja dia tidak akan mungkin bekerja padanya untuk waktu yang cukup lama dengannya.
"Ya. Kau memang tidak pandai berbohong. Tapi kau sangat cerewet. Aku 'kan hanya memintamu untuk bersantai dan berbaring saja di tempat tidur sampai aku kembali. Bukankah itu adalah hal yang mudah? Jika kau ikut denganku, lantas siapa yang akan melakukan semua pekerjaan itu untukku? Cepat pakai wig-mu! Dan jangan menyita waktuku lebih banyak lagi," sanggah Nyonya Sofia dengan tegas dan tidak terbantahkan.
Daniar melirik ke arah sebuah wig palsu berwarna putih yang menyerupai rambut putih milik Nyonya Sofia yang pendek. Wig itu memang sengaja ia siapkan untuk dirinya sendiri atas perintah Nyonya-nya. Sehingga kemudian dengan malas, ia mengambil wig tersebut dan langsung mengenakannya ke kepalanya.
Alhasil, kini penampilan Daniar terlihat persis sama seperti Nyonya Sofia secara kasat mata. Jika dilihat secara kasat mata tinggi dan ukuran badan keduanya memang tidak jauh berbeda. Sehingga jika ada oranglain yang melihat Daniar berpenampilan sekarang, pasti tidak akan ada yang tahu jika itu bukan dirinya, selama Daniar tidak menunjukkan wajahnya pada mereka.
"Ingat! Jangan sampai ketahuan! Jika ada yang tahu kau menyamar menjadi diriku dan aku ketahuan keluar secara diam-diam..." Nyonya Sofia menjabarkan sebuah senyum pernuh artinya dengan lebar, "Kau tentu tahu kemungkinan apa yang akan aku lakukan padamu. Kau pastinya tidak akan merasa senang karena hal itu."
Daniar menelan ludah setelah mendengar ucapan Nyonya Sofia barusan.
Walaupun Nyonya Sofia bukan tipe orang yang senang menyiksa bawahannya atau bahkan bersikap kejam. Tapi tetap saja, terkadang Nyonya Sofia senang mengunakan kata-kata yang membuat oranglain terutama para bawahannya tidak bisa berkutik atau bahkan membantahnya.
Akhirnya dengan segala keengganan yang dipunyanya, Daniar membaringkan tubuhnya di atas ranjang lalu menyelimuti sebagian dirinya dengan selimut, tepat ketika seseorang mengetuk pintu dan menyapa.
Seorang wanita tidak dikenal. Berperawakan muda dengan rambut hitam yang panjang dengan poni tipis, masuk dan mulai memperkenalkan dirinya sebagai pacar dari Harry Miles, cucu dari Nyonya Sofia.
Seorang nenek yang telah menunggu-nunggu kedatangan pasangan cucunya itu untuk waktu yang cukup lama.
Dan setelah melihat dan mendengar sendiri semua penuturan wanita itu saat pertama kali mereka melihatnya, tak hanya Nyonya Sofia yang terkejut mendengarnya. Tapi juga Daniar. Dengan mata terbelalak tak percaya, Daniar menatap wanita itu dengan takjub.
"Kau serius, kau itu adalah pacarnya cucuku Harry Miles?? Harry Miles Theodore??" seru Daniar menggantikan Nyonya Sofia yang asli untuk berkata-kata.
Nyonya Sofia, telah memberikan beberapa kali kode pada Daniar untuk tidak mengungkapkan jadi diri mereka untuk sementara waktu. Entah apa tujuannya, Daniar hanya bisa menurut dan mengikuti saja.
Beruntung wanita yang bernama Cleo itu tidak menyadari keanehan apapun dari sikap keduanya.
Setelah mendengar jawaban dari Cleo yang menyatakan dirinya benar adalah pacar dari cucunya, Nyonya Sofia dengan senyum sumringah langsung melangkah maju dan merangkul pacar dari cucunya itu segera.
"Kau benar adalah pacarnya Harry?" tanyanya dengan antusias.
Cleo merespon dengan kening sedikit berkerut.
"Ya... itu benar. Tapi, kalau saya boleh tahu Anda...?" tanya Cleo terlihat bingung melihat keantusiasan Nyonya Aofia yang disangkanya adalah oranglain.
"Ah, Aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Daniar. Aku adalah asisten pribadi Nyonya Sofia," jawab Nyonya Sofia dengan sengaja mengunakan nama Daniar untuk mengungkap jati dirinya pada Cleo.
"Ah.. Senang bertemu dengan Anda," balas Cleo dengan sopan.
"Kau datang sendiri kemari?" tanya Nyonya Sofia dengan menebak.
Cleo tersenyum, "Em, iya. Saya datang kemari sendiri. Dan kebetulan saya membawa sedikit buah-buahan untuk Nyonya Sofia. Apa saya bisa memberikan ini padanya?"
Cleo mengangkat sedikit parsel yang dibawanya lalu melirik ke arah Daniar yang dikiranya Nyonya Sofia. Meminta persetujuan.
"Tentu saja! Sini! Berikan padaku. Aku yang akan meletakkannya di atas meja," balas Nyonya Sofia dengan segera sambil meraih parsel milik Cleo dan meletakkannya di atas meja yang ada di samping tempat tidur pasien.
Tepat ketika ia meletakkan parsel itu di atas meja, Nyonya Sofia berbisik pelan pada Daniar.
"Tanya dia kenapa dia baru datang kemari sekarang, menemuiku," bisiknya pelan lalu menjauh. Kembali pada posisinya yang semula.
Daniar menatap Cleo lalu menghela napas panjang sejenak.
"Aku senang kau datang kemari. Tapi bisakah kau katakan padaku, apa alasanmu menyembunyikan hubungan kalian dan baru sekarang datang menemuiku?" tanya Daniar dengan nada cukup tegas tapi juga sedikit marah.
Ia agaknya perlu berusaha untuk menirukan gaya bicara Nyonya Sofia yang dipikirknya akan dilakukannya dalam situasi yang seperti ini.
Cleo terdiam sejenak dan berpikir. Sejak awal ia memang sudah menduga Nyonya Sofia akan melontarkan pertanyaan itu padanya. Karena itu ia telah mempersiapkan jawaban yang akan ia katakan padanya.
"Saya benar-benar tidak bermaksud menyembunyikannya. Atau mungkin lebih tepatnya terpaksa. Saya... saya terpaksa melakukan itu karena saya punya alasan tersendiri. Mungkin bagi Anda itu bukanlah hal yang penting. Tapi bagi saya itu sangat penting," seru Cleo.
Membuat Daniar dan Nyonya Sofia semakin menatapnya lebih dalam.
"Apa yang kau maksudkan?" tanya Daniar.
Raut wajah Cleo menjadi berubah serius.
"Saya adalah anak yatim-piatu."
"Apa?" Nyonya Sofia dan Daniar terkejut secara bersamaan.
"Orangtua saya telah meninggal saat saya masih kecil. Dan satu-satunya keluarga yang saya punya, yaitu paman saya. Beliau baru saja meninggal sekitar dua tahun yang lalu," papar Cleo secara perlahan.
"Karena itu, saya tidak memiliki kepercayaan diri yang besar untuk menunjukkan diri saya, di depan Anda. Sama halnya dengan banyak orang yang memandang saya dengan sebelah mata, saya juga takut keluarga Harry akan mengganggap saya sama seperti itu."
Walaupun Cleo telah berbicara dengan sangat alami dan lancar, sesungguhnya dalam hati Cleo berdegup dengan kencang. Ia tahu dirinya telah memulai beberapa kebohongan. Tapi terlepas dari itu, sebagian yang ia katakan adalah benar.
Selama ini, ia memang telah banyak dipandang dengan sebelah mata oleh beberapa orang karena statusnya yang hanya seorang anak yatim-piatu. Di lingkungan tempat tinggalnya, oleh sejumlah tetangga, lingkungan sekolahnya dulu, oleh beberapa teman yang dikenalnya dan beberapa guru, atau bahkan di lingkungan tempat ia pernah bekerja.
Banyak diantara mereka memandang Cleo dengan remeh karena ia tidak memiliki orangtua. Sementara anak-anak yang lain, mereka yang memiliki keluarga yang lengkap, cenderung lebih mendapat perhatian lebih serta tanggapan yang lebih positif dari oranglain.
"Saya harap Anda tidak menyalahkan Harry. Dia melakukan semua ini karena saya yang memintanya. Jika bukan karena dia ingin membuat saya merasa aman dan tenang, Harry tidak akan mungkin merahasiakannya dari Anda. Ini sungguh adalah atas permintaan saya yang egois. Karena itu saya benar-benar meminta maaf pada Anda dengan sangat," lanjut Cleo dengan memasang wajah sedih dan perasaan bersalah.
Bukan perasaan bersalah karena telah meminta Harry untuk merahasiakan dirinya karena tentu saja itu semua tidak benar. Tapi lebih kepada, perasaan bersalah karena telah mulai memupuk dosa karena telah membohongi orang yang bahkan jauh lebih tua darinya.
Sementara kedua wanita yang lain hanya bisa diam dan terus mengamati. Sepertinya mereka sedang bersiap-siap untuk memikirkan langkah selanjutnya yang akan mereka lakukan.
"Jadi, karena itu kau merahasiakan hubungan kalian dariku? Karena kau... takut padaku? Kau takut aku tidak merestui hubungan kalian?" tanya Daniar setelah mendapat kode dari Nyonya Sofia.
Cleo mengangguk dengan sedih.
"Anda benar. Bagaimanapun juga saya sangat mencintai cucu Anda. Saya tidak ingin berpisah dengannya."
Cleo hampir saja muntah mendengar ucapan menggelikannya sendiri. Mencintai Harry dan tidak ingin berpisah? Pada pria yang bahkan tidak dikenalnya baik itu?
Ya... Harry memang adalah pria yang memiliki wajah tampan dan mampuni. Tapi itu tidak menjadikan alasan bagi Cleo untuk bisa langsung menyukai pria itu begitu saja.
Perlu banyak seleksi yang ketat untuk hati Cleo menyukai pria semacam itu, sekalipun pria itu disukai oleh banyak orang.
"Kalian saling mencintai???" tanya Nyonya Sofia tidak percaya. Pasalnya, sejak awal Nyonya Sofia berpikir bahwa Harry mungkin saja berbohong padanya soal kekasihnya itu, lantaran ia ingin menolak perjodohkan darinya.
Tapi, setelah melihat dan mendengar sendiri kekasih cucunya itu datang dan menunjukkan diri, serta menjelaskan semua kesalahpahaman yang terjadi, apa yang bisa dilakukan Nyonya Sofia selain merasa takjub dan terpesona?
Nyonya Sofia tahu bagaimana sifat cucunya. Dia adalah pria yang dingin. Selama ini ia sudah melihat betapa sangat sulitnya bagi sebagian banyak wanita untuk mendapatkan hati dan perhatian dari cucunya yang hanya perduli pada pekerjaan dan dirinya sendiri.
Lalu.. apa yang baru saja diucapkan Cleo? Mereka saling mencintai dan tidak ingin berpisah?
Pantas saja Harry begitu kuat menjaga wanita itu darinya. Inikah alasannya?
Cleo tidak bisa membaca ekspresi apapun di wajah Nyonya Sofia ataupun Nenek Daniar. Tapi ia tetap mencelotehkan cerita khayalannya lagi pada mereka.
"Ya, tentu saja kami saling mencintai. Jika tidak, mengapa kami masih tetap bersama selama kurang lebih dua tahun ini? Mungkinkah Harry hanya bermain-main dengan saya?" sahut Cleo dengan menampilkan ekspresi terkejut dan tersiksa.
"Ah, tidak. Tentu saja aku tidak bermaksud mengatakan itu. Aku hanya tidak percaya saja," ralat Nyonya Sofia dengan cepat.
Detik berikutnya ia tersenyum senang.
"Jika apa yang kau katakan adalah benar... bagaimana jika kita membicarakan hal ini di luar saja?" Nyonya Sofia melirik sedikit ke arah Daniar, " Nyonya Sofia pasti sangat lelah saat ini. Karena itu ia perlu banyak beristirahat. Sebaiknya saya menemani Anda berbincang-bincaang sebentar di luar. Cuacanya sedang bagus sekarang, aku yakin kita akan merasa nyaman berbicara di taman. Bagaimana?" tawar Nyonya Sofia.
"Ya?" Cleo memasang wajah tak berdaya.
Kenapa ia harus berbicara dengan asistennya Nenek Harry? Apa ini pengusiran secara halus? Ia telah dinyatakan gagal pada tahap awal?
"Mari kita keluar," ajak Nyonya Sofia lagi.
Nyonya Sofia menarik sebuah selendang di dekatnya lalu memakainya di kepala. Tidak lupa, ia mengambil juga sebuah kacamata hitam dan mengenakannya. Cleo memandangnya dengan ngeri.
"Tapi, saya belum berbicara banyak dengan Nyonya Sofia," seru Cleo sedih.
Ia melirik ke arah Daniar yang dikiranya adalah Nyonya Sofia. Yang justru tidak berbicara banyak dan malah menyuruhnya untuk mengikuti asistennya, yang tentu saja adalah Nyonya Sofia sendiri.
"Aku lelah. Kalian berdua berbicaralah diluar," seru Daniar dengan singkat.
Apa??
Cleo menatap Daniar dengan tidak percaya. Ini memang adalah bentuk pengusirannya secara halus. Dengan lemas ia berjalan keluar mengikuti Nyonya Sofia tanpa adanya semangat hidup.
***