Chereads / Nikah kontrak / Chapter 37 - Bab 36 ( Acara Makan Malam )

Chapter 37 - Bab 36 ( Acara Makan Malam )

Harry mendengarkan semuanya dalam keheningan.

Jadi benar wanita itu tidak menggunakan uang miliknya sepeserpun? Dan dia murni menggunakan uangnya sendiri untuk berbelanja segala keperluan temannya, seperti yang baru saja ia ketahui ini?

Lalu mengapa dia tidak mengatakan apapun padanya?

Ada sedikit kilatan di dalam mata Harry setiap kali ia memikirkan segala ketidaksesuaian ini.

Jika benar seperti itu mengapa ia tidak langsung menjelaskannya? Mengapa ia harus membuat Harry berputar-putar dan repot memeriksa segala sesuatu tentangnya lebih jauh? Padahal ia sebenarnya sangat malas mengurusi segala hal yang menurutnya tidak penting.

Lantas, tidakkah memberitahukan semua membuat segalanya menjadi lebih mudah?

Tapi ketika Harry mengingat kembali bagaimana ia menolak apapun yang ingin dikatakan wanita itu. Dan bagaimana dia begitu bersikeras ingin bicara padanya. Harry mau tidak mau menghentikan semua ketidaksenangannya itu.

Bukan Cleo yang tidak mau menjelaskan. Tapi Harry yang tidak mau mendengarkannya. Itu adalah fakta yang sesungguhnya.

Seperti kata Reihan, Harry memang terlalu mengunderestimated istri kontraknya. Karena itu segala penuturan dan pembelaan yang mungkin akan diucapkan wanita itu, Harry serta merta mengabaikannya.

Lalu, apa yang harus dilakukannya sekarang?

Sambil memikirkan ulang apa yang akan dilakukannya terhadap Cleo, Harry meminta Dirga untuk menghubungi Cleo dan menyuruhnya bersiap-siap untuk menghadiri acara makan malam bersama dengan neneknya nanti malam.

Dirga langsung menyanggupi.

***

Tidak perlu menunggu waktu yang lama untuk hari berganti menjadi malam. Ketika Dirga menghubungi Cleo untuk bersiap-siap menemani Harry pergi ke tempat neneknya untuk makan malam bersama, Cleo dengan gerakan cepat langsung bergegas berbenah diri dan bersiap-siap.

Sejak pagi Cleo memang tidak banyak melakukan pekerjaan apapun. Ia hanya bermalas-malasan di kamar setelah berolahraga pagi di taman dekat rumah. Dan karena bingung harus melakukan apa, Cleo lantas hanya bersantai-santai saja di dalam kamarnya sambil membaca novel.

Hingga sebuah sambungan telepon dari Dirga langsung membuat badannya terangkat. Dan bergerak dengan bebas ke sana ke mari untuk melakukan segala protokol yang diperlukan untuk bertandang ke rumah nenek mertuanya.

Walaupun tiga hari sudah berlalu sejak ia menerima surat gugatan yang mengharuskannya mengganti sejumlah kerugian yang bagaimanapun juga tidak akan mungkin mau Cleo ganti, Cleo belum juga melihat batang hidung Harry sejak hari itu.

Menurut informasi ia dapat, Harry sedang melakukan perjalanan bisnis sendirian di luarkota. Dan pria itu baru akan kembali keesokan harinya di tengah malam saat Cleo sudah tertidur pulas.

Sampai pada keesokan paginya, Harry ternyata sudah berangkat pagi-pagi sekali ke kantor sebelum Cleo membuka matanya.

Sehingga jangankan membahas kembali soal gugatan itu, Cleo justru tidak punya waktu untuk bertegur sapa dengan pria yang bagai hantu berjalan itu. Menghilang entah kemana dan datang entah darimana.

Yah.. walaupun tentu saja setelah kejadian itu, Cleo mulai malas berurusan dengannya. Tapi demi kelangsungan rumah tangganya selama dua tahun, Cleo mau tidak mau harus berdamai dengannya.

Mungkin saja karena Harry belum tahu dengan jelas apa masalahnya, dia jadi berasumsi yang tidak-tidak. Karenanya, sebuah penjelasan sangat diperlukan dalam hal ini. Dan kesempatan itu kini tiba, saat Nyonya Sofia meminta mereka berdua untuk datang bersama.

Bukankah Nyonya Sofia bisa membantunya menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi pada cucunya?

Sambil bersenandung kecil, Cleo menyambut kedatangan mobil jemputannya itu dengan sedikit senyum-senyum sedikit. Ia ingin melihat bagaimana reaksi pria itu nanti, setelah tahu duduk perkara yang terjadi.

Mungkinkah pria itu akan mengaku salah dan meminta maaf? Sejujurnya, Cleo sedikit meragukan itu.

Tapi begitu ia masuk dalam mobil dan bertemu pandang dengan suami yang bukan suaminya. Jangankan sekedar menyapa atau mungkin berbasa-basi, Harry justru tidak menatap ke arahnya satu kalipun.

Dia hanya sibuk memejamkan mata untuk tidur di pinggiran tempat duduk. Dan memberi aba-aba singkat pada sang supir untuk mengantarkan mereka, ketika terdapat suara pintu mobil samping Cleo ditutup.

Melihat itu, Cleo hanya bisa mengerutu dalam hati.

What?? Kenapa lagi dia? Apa dia masih marah karena insiden kartu kredit?

Merasakan aura dingin yang dipancarkan Harry, ia tahu situasi mereka sedang tidak baik. Tapi bukankah ini terlalu kekanak-kanakan? Jika dia bersikap dingin seperti ini, bagaimana Cleo bisa memulai penjelasannya??

Sambil membuang muka ke sisi lain, Cleo menikmati saja perjalanan mereka yang hening dengan tenang. Hingga begitu mereka tiba di kediaman Sofia dan menyapanya dengan gembira, Sofia sudah menyambut mereka dengan antusias.

"Senang bisa melihat kalian kembali," sapa Sofia senang ketika melihat tamu yang sangat dinantikannya itu muncul dan menatap cucu dan cucu menantunya itu bergantian dengan ramah.

Cleo menanggapi Sofia dengan senyuman. Dan Harry seperti biasa, hanya diam.

Ketika tatapan Sofia jatuh kembali pada Cleo, ia mulai tersenyum penuh kebahagian dan berujar.

"Aku sudah meminta para juru masak untuk menyiapkan semua makanan yang pastinya akan kau sukai. Karena itu, ayo! Kita berkumpul di ruang makan," ajak Sofia bersemangat.

Mereka berjalan menuju ke ruang makan keluarga. Dan Cleo sibuk mengamati ruangan sekitar yang mereka lewati satu persatu dalam diam.

Rumah Nyonya Sofia sangat besar. Layaknya penampakan luar, penampakan dalamnya pun tak kalah membuat Cleo takjub. Tapi ia tetap berusaha untuk tidak menunjukkannya.

Hingga mereka akhirnya sampai di sebuah ruangan yang sudah berisikan meja panjang besar dan beberapa kursi. Serta, banyak sekali bermacam makanan yang beraneka ragam dan sangat terlihat enak untuk dimakan.

Cleo tanpa sadar menelan air liurnya sejenak. Mengontrol rasa penasaraan yang begitu besar karena ingin sekali mencicipi semua makanan itu. Dan mengabaikan segala rasa ketertariknya pada semua makanan menggiyurkan seleranya itu.

***