"Ayah dan ibu belum turun?" tanya sebuah suara dari belakang yang langsung membuat semua orang menoleh.
Seorang gadis muda berperawakan cantik dan muda menyapa semua tamunya dengan sikap yang santai tapi juga ramah. Setelah sebelumnya menatap semua orang secara bergantian. Gadis itu menyapa anggota keluarganya yang lain yang baru saja tiba.
"Hai Kak Harry, Kak Cleo," sapanya sopan.
Cleo membalas dengan anggukan dan tersenyum. Sementara Harry melirik sekilas gadis yang sudah dikenalnya itu.
Dia adalah Christina. Cucu perempuan satu-satunya keluarga Theodore dari pihak paman Harry yang merupakan anak kedua dari Nyonya Sofia. Dan bisa dikatakan juga, dia adalah sepupu Harry. Seorang gadis muda dan cantik yang saat ini masih duduk di bangku kuliah semester awal.
Melihat cucu perempuannya turun seorang diri, Sofia segera meminta Christina untuk memanggil kedua orangtuanya.
"Panggil ayah dan ibumu turun. Panggil juga Si Bungsu," pinta nenek.
Christina mengangguk. Tapi ketika ia berbalik dan ingin memanggil kedua orangtuanya, kedua orangtuanya ternyata sudah datang bersama dengan Kiky, adiknya, masuk ke ruang makan.
Tanpa berbasa-basi, ayah Christina segera menjawab.
"Kami sudah di sini, Bu." Ujar Daniwan. Ayah Chistina sekaligus paman Harry.
"Apa kabar, Kak?" sapa Si Bungsu, Kiky, dari belakang ibunya. Menyapa Harry dan Cleo secara bersamaan dengan senyum cerianya.
Harry ikut memberi salam pada kedua paman dan bibinya.
"Paman bibi," sapa Harry.
Daniwan, merespon dengan anggukan kecil. Dan istrinya, Lilyana merespon dengan senyuman yang lebih ramah.
Melihat semua orang telah saling menyapa dan memberi salam, Cleo ikut menyapa dengan sopan.
"Malam, Tuan Dani dan Nyonya Lily!" sapa Cleo yang langsung membuat Nyonya Lilyana menatap ke arahnya.
"Ya ampun, Cleo. Jangan memanggil kami seperti orang lain. Kau boleh memanggil kami paman dan bibi. Sama seperti Harry memanggil kami. Bukankah kita sudah jadi satu keluarga sekarang?" ujar Lilyana mengingatkan. Sofia pun mengangguk setuju.
Cleo tersenyum canggung. Ia langsung melarat ucapannya.
"Paman Bibi," koreksinya.
Lilyana dan Sofia pun tertawa mendengarnya.
"Baiklah! Karena semua sudah berkumpul, bagaimana kalau kita langsung saja makan?" tanya Sofia. Mengajak semua orang untuk duduk dan makan bersama dengannya.
Semua orang mengikuti.
"Aku harap kau akan menyukai makanannya," Sofia menatap Cleo yang baru saya duduk.
"Tentu saja aku akan menyukainya, Nek! Ini lebih dari enak! Wanginya saja sudah sangat menggugah selera. Aku yakin rasanya jauh.. jauh lebih dari enak!!" ujar Cleo sengaja melebih-lebihkan.
Christina langsung menimpali.
"Kak Cleo, memang ada makanan yang tidak kau sukai?!" goda Christina setengah bergurau.
Semua orang tertawa geli. Kecuali Harry, yang tentu hanya diam di tempat. Dan tidak memberikan reaksi apapun.
Sementara Cleo yang melihat Christina mengodanya dengan lelucon, Cleo membalas candaannya itu dengan gurauan juga.
"Tentu saja tidak ada! Selama ini, aku tidak pernah pilih-pilih makanan. Semua makanan menurutku enak! Bukankah begitu?" balas Cleo berpuas diri sambil terkekeh.
Ia tidak menyadari ekspresi Harry yang terasa lain. Karena entah bagaimana Harry merasa ucapan Cleo itu terdengar sangat sama persis dengan apa yang pernah diucapkannya dulu pada nenek soal selera makan istrinya.
Walau menjawab dengan asal. Tapi jawaban itu sangat kompak. Seolah Harry memang sudah mengetahui dan memahami itu sejak awal. Dan melihat jawaban Cleo itu membuat nenek lantas berpuas diri, Harry kembali menampilkan ekspresinya yang biasa.
"Bagus jika kau tak pilih-pilih makanan. Kurasa, Christina perlu belajar banyak darimu. Banyak sekali makanan yang tidak disukainya," balas Sofia sambil melirik Christina.
Christina langsung terkekeh.
Sofia menatap Cleo kembali, "Ayo! Makanlah sebanyak apapun yang kau mau. Jika masih ada yang kurang, aku akan meminta orang untuk menambahkannya."
Cleo tersenyum senang membalasnya.
"Cukup, Nek. Aku rasa yang kurang hanya satu. Yaitu, tampungan makanan di dalam perutku. Akan lebih baik jika perutku ini elastis dan bisa menampung sebanyak apapun makanan yang ada di sini," celetuk Cleo setengah bergurau.
Semua orang pun tertawa.
Bercanda gurau sedikit dan saling bercerita tentang apapun. Hingga sebuah pernyataan yang asal disebutkan mengusik ketenangan Cleo di tengah acara bincang-bincang bersama semua.
Semua orang menarik perhatian mereka ke pernyataan itu.
"Tidakkah kalian terlihat cukup kaku untuk dikatakan sebagai seorang pasangan suami-istri?" tanya Christina yang tanpa maksud tertentu, tapi sukses membuat Cleo dan Harry menatapnya serius.
"A-apa maksudmu?" tanya Cleo dengan tetap mempertahankan senyumnya.
"Bukankah kalian ini sudah berpacaran cukup lama dan kini sudah menjadi pasangan suami istri? Lalu, kenapa aku tidak melihat kalian seperti pasangan pada umumnya?"
Jujur, perkataan Christina memang mungkin hanyalah sebuah bentuk rasa penasarannya saja. Christina tidak mungkin curiga pada hubungannya dengan Harry.
Tapi perkataannya itu sangat mengena hingga ke jiwa raga Cleo tanpa bisa ia cegah. Karena itu Cleo serta merta menjadi panik dan kehilangan kata-kata.
Tidak seperti pasangan pada umumnya? Memangnya apa yang anak masih kuliahan ini tahu soal pasangan suami istri pada umumnya? Asal dia tahu saja, mereka tentu tidak bisa dikategorikan sebagai pasangan kekasih pada umumnya karena mereka hanyalah pasangan suami-istri dalam kontrak!!
Lantas, apa yang diharapkan sepupu iparnya ini dari mereka? Saling mendekap mesra dan berpelukan penuh kasih di depan semua orang layaknya pasangan pada umumnya??!
Jika itu Cleo lakukan, Harry pasti akan langsung mengubur Cleo hidup-hidup saat itu juga!!
Dalam surat perjanjian jelas dituliskan, pihak kedua tidak diizinkan sembarangan saja menyentuh pihak kedua sesuka hati. Begitu pula sebaliknya.
Jika terdapat kondisi yang dibutuhkan, mereka harus saling meminta izin dan mendapat izin. Itulah serangkaian protokol yang konyol dan tidak masuk akal memang, tapi sangat perlu untuk dipatuhi karena salah satu pasal itu tertera dengan sangat jelas di dalam surat kontrak mereka.
Karena itu, Cleo memilih melirik Harry sedikit dengan cukup serius. Tidakkah pria itu ingin melakukan sebuah sanggahan yang sangat diperlukan? Tidak mungkin 'kan, harus Cleo terus yang memutar otak untuk menangkis semua serangan yang datang pada mereka?
***