Bukan Mama tapi aku...
Malam ini membuat aku merasakan suntuk yang menyengat, napas kupun terasa berat.
Membayangkan semua permasalahan yang terjadi akhir akhir ini.
Rasanya ingin sekali aku cepat cepat menyelesaikan sekolahku, dan pergi dari tempat ini, karena tempat ini seperti kuburan bagiku. Tempat yang hanya bisa mengurung dan memasung diriku. Aku hanya bisa melihat dengan mataku dan harus mampu memendam rapat rapat semua kenyataan ini.
Aku hanya bisa berharap semua ini akan berlalu bersama waktu. Kutatap langit langit ruang kamarku dengan kebisuan yang menyengat dan pandangan yang hampa.
" Paa... jangan pergi pa..! jangan tinggalkan kami pa...
Tiba tiba aku mendengar suara teriakan mama yang di iringi dengan tangisan dari arah ruang tamu.
Aku pun langsung berlari dan menghampiri mama.
Ku lihat mama menarik narik lengan papa...
Berharap agar papa tidak pergi lagi meninggalkan kami dimalam ini.
Dan kejadian ini benar benar membuatku muak...
" Ma..! lepasin papa ! biarkan papa pergi kemana dia suka....
kalo mama tidak mau papa pergi, biar aku saja yang pergi dari rumah ini..!
Amarahku memuncak , tak lagi kubiarkan masalah seperti ini terjadi dan terjadi lagi.
Aku benar benar marah dalam kekalutan yang dilapisi emosi ku, tak lagi kuhormati kedua orang tuaku. Aku hanya tidak mau mama selalu menangis dan aku juga tidak mau melihat papa yang selalu membuat mama menangis.
sifat arogan dan keegoisan papa benar benar sudah membuat kesabaran ku habis.
Akupun berteriak kepada mama.
" Anjani.... hiks hiks... jangan buat papamu pergi meninggalkan kita...
mama ngga sanggup Anjani... ngga sanggup..hiks hiks..
Mamapun terjatuh di hadapanku sambil meratapi papa.
" Papa.. silahkan pergi, dan jangan kembali kerumah ini lagi ! Aku sudah muak dengan tingkah laku kalian !
Kenapa kalian harus menikah dan kenapa kalian harus melahirkan aku..!!!
Kalau tau akhirnya aku hanya melihat kalian seperti ini..!! kalian tak kurang sama halnya seperti binatang..!!
Ku ucapkan nada nada keras dan tak sopan kepada papa dan mama..
karena aku benar benar sudah kesal akan tingkah polah mereka.
" Plaak....! tiba tiba tamparan tangan papa mendarat di pipi kananku.
" Dasar anak durhaka ! tidak tau sopan santun!
Begitu caramu bicara kepada orang tua yang membesarkanmu HAH...!!
Teriakan suara papa kudengar dekat sekali di wajah dan telingaku...
Ku tatap papa dengan kebencianku yang terdalam.
" Pa.. kalo papa puas menamparku dan memukulku..silahkan !
Tapi jika tangan papa menampar dan memukul mama ! aku kali ini BERSUMPAH....!!!
Aku akan buat papa membusuk di PENJARA..!!
Nada keras kupun membalas kepada papa...
tidak ada setitikpun air matapun yang keluar dari mataku.
Yang ada di mataku kini adalah tatapan kebencianku kepada papa.
" Dasar anak KURANG AJAAR..!!!"
Hampir tangan papa ingin menampar wajahku lagi...tapi tiba tiba mama merangkulku... dan memohon kepada papa...
" Paaa...jangan paa...dia anak kita... dia buah cinta kita satu satunya..."
Jangan kau buat dia menderita bathinnya..cukup aku aja paaa..."
Rengekan mama ini sungguh sungguh membuat ku menjadi merasa jijik...
Aku tak mengerti mengapa mama rela melakukan hal seperti ini.. mengapa mama tidak mau melepaskan papa..yang kenyataannya selalu membuatnya menangis.
Apakah ini yang namanya mencintai....
" Aku muak dengan kalian berdua..!!!
kulepaskan tangan mama yang merangkul tubuhku. Dan aku berlari kekamarku.
Ku ambil semua barang barangku dan ku taruh semua ke dalam koperku.
Akupun sungguh sungguh tak tahu apa yang akan terjadi nanti..kini tekadku hanya satu..
Aku harus pergi dari rumah ini dan meninggalkan mereka berdua.
Jiwa ini rasanya sudah panas dengan amarah dan kebencian, masih kulihat mama menangis tertunduk di sofa, dan papa tetap berdiri mematung dengan pandangan menuju langit yang hitam tak berbintang.
" Cukup sampai disini..!
Aku merasa sudah muak dengan kalian berdua dan aku benar benar menyesal dilahirkan oleh kalian berdua !
Aku memang anak yang kurang ajar !
Aku memang anak durhaka..!!
tapi aku bertanya kepada kalian pantaskah kalian berbuat ini kepadaku..!!
Cukup puas rasanya hati ini, Kata kata terakhir yang mampu keluar dari mulutku, kuungkapkan kepada mereka.
Lalu akupun berlari meninggalkan mereka tanpa menoleh dan tanpa ingin tahu apa yang akan terjadi kepada mereka selanjutnya.
Aku berlari dan terus berlari bersama jeritan amarah dan kebencian didalam hatiku.
Akhirnya akupun terduduk, akupun menangis...
" Maa.... Paa... maafkan Anjanii..."
Aku menyesali perbuatanku, tapi aku tidak ingin kembali kerumah itu lagi, Aku tidak mau kembali dengan suasana seperti itu lagi..
Kulihat langit yang mulai gelap gulita..
Tidak ada bintang dan bulan dimalam ini, rasanya kelam sekelam jiwa dan bathinku saat ini...
Kulihat sekelilingku, dan kini hatiku mulai bertanya...
Kemanakah aku akan pergi....
dan Esok aku harus bagaimana....
Apakah aku terlalu berani mengambil tindakan seperti ini,
"Ooooh Tuhaan.... harus apa aku ini..."
Ku berdoa dalam hati, bersama langkahku yang tak pasti, aku berharap Tuhan memaafkanku dan membimbing langkahku...
"Drrrrrtt.... Drrrrtt....Drrrrtt.."
tiba tiba ponsel di sakuku bergetar.
" Woi ... Anjani... !! dimana lo !
nyokap bokaplo nih nyariin lo dimari..
Lo ngelayap kemane sih ga pulang pulang !
dah jadi bininye bang Toyib lu yee..
dimana lo Anjani... jawab napee..gue tanya jugaa..
gue jemput yee.. dimane sih lo... kasian napa wooii ... emaklo ampe nyesektuh mewek gara gara lo... dan bokaplo... juga khawatir tentanglo..Anjani.. jangan ambekan gituu , gak baek tauu... Ayoo pulang..gue jemput dimana...
Aku hanya mendengarkan suara Oman, tak sepatah katapun kujawab pertanyaannya...
Yang pasti ada perasaan bahagia disaat aku mendengar keterangan yang Oman utarakan kepadaku..
Ternyata, aku tidak salah akan langkah dan keputusanku.
Ku matikan ponselku, menghentikan pembicaraan Oman.
Lalu, akupun melangkah dengan damai dengan sesungging senyum di bibirku.
" Tuhan... terima kasih "
" Kuserahkan semua ini didalam tanganmu..."
Kembali kulangkahkan kaki dan mencari tempat peristirahatan sejenak bagiku.
Kulihat diujung jalan sana ada supermarket dan cafe kecil di depannya.
Aku berniat ingin membeli minum dan roti, karena perutku terasa lapar dan tenggorokan ini terasa kering karena lelah ku dalam pelarian .
" Anjani... mau kemana ?
Malam malam begini bawa koper ?
kamu mau kemana...
Tiba tiba dia berdiri tepat di hadapanku membuatku terkejut, dan aku tidak tau apa yang harus ku jawab kepadanya...
Aku mencoba tak menggubrisnya..
Aku tetap masuk ke supermarket dan membeli apa yang kubutuhkan.
Bagiku dia bukan siapa siapa, jadi tidak usah perlu tahu dan ikut campur dalam hidupku.
Sedikitpun aku tak mau melihat mukanya.
Tapi.... pikiran dan perasaan ini rasanya tak bisa ku bohongi.
Sesungguhnya aku membutuhkan bantuannya, dan hanya dia orang yang kukenal pada saat saat seperti ini.
Jujur, perasaan ini mulai berkecamuk di bathinku.. aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Sedikit gila di pikiran ku..
Kuanggap dia adalah malaikat penolongku dimalam ini.
karena arah dan tujuan ku pergi tidak pasti.
Tuhan malah membuat aku bertemu dengannya disini...
" Tuhan, apakah aku harus jujur kepadanya, apakah aku harus bercerita dengannya...
" Tuhan.... apakah ini baik bagiku, tolong jawab aku Tuhan...
Ku bertanya kepada Tuhan didalam hati, karena aku benar benar tidak tahu apa yang harusnya aku lakukan setelah ini.
Kekacauan yang telah ku buat tadi membuatku berlari dan tidak tau tujuan lagi, harus apa aku ini...
" Anjani... ok , gue tau lo ga mau cerita, tapi ijinkan gue nemenin lo ye...
gue mohon.... gue mau jagain lo malam ini "
Dia menghampiriku, dia berbicara sambil memegang koperku.
Kulihat tatapan matanya penuh kesungguhan,
keinginannya dan keseriusannya ingin menjagaku. Akhirnya, kujawab dia dengan anggukan kepalaku dan sedikit senyum dibibirku.
Aku hanya berfikir, aku memang butuh dia dimalam ini. Aku tidak boleh angkuh kepadanya.
Karena hanya dia orang yang kukenal saat ini.
Orang yang bisa kuharapkan di saat ini.
ku tarik nafasku dalam dalam...
dan ku ucap kata dalam hati..
" terima kasih "
========= °°° =========