Chereads / Biarkan Mata Berbicara / Chapter 7 - Aku Bukan Mereka...

Chapter 7 - Aku Bukan Mereka...

Cukup Sampai disini...

Seperti biasa aku selalu menunggu Oman saat pulang sekolah.

Di pintu gerbang sekolah aku biasa berdiri menanti Oman dan motornya keluar dari dalam lingkungan parkir sekolah. Kulihat ke arah sekelilingku tak ada satupun yang menarik perhatian ku.

Kutendang batu batu kerikil yang ada di bawah kakiku, untuk menghilangkan rasa kejenuhanku menunggu.

" Bruumm...bruum..bruumm..."

Tiba tiba ku dengar suara motor didepanku... kupikir Oman sudah di depan ku....tapi, setelah ku lihat.... ternyata dia...

" Anjani , gue antar lo pulang ye..."

Dengan senyuman dia menawarkan diri untuk mengantarku pulang...

Aku hanya bisa terdiam dan memandangi wajahnya...

tidak sedikitpun aku memberi jawaban kepadanya.

jangankan untuk menjawabnya, diri ini berpaling darinya saja , aku tidak sanggup.

Laksana patung aku dihadapannya, antara mau dan tidak mau ....

antara aku ingin ikut bersamanya atau pergi meninggalkannya.

Sungguh aku tidak tau rasa jiwa ini maunya apa...

" Hooohs.... Hoohss... Anjani..!

dengan napas tersengal sengal Oman menghampiriku.

" Sial beet dech aah..!! apes gue hari ini yaa !

" Montor gue bannye kempes ! Lo pulang naik angkot yee... entar kalo lo nunggu gue, klamaan... emak lo entar nyariin... ! gue masih mo minta tolong pompain ban gue dulu ma bang Nata soalnye.. satpam jaga yang di pintu belakang entuu...."

Kulihat mimik muka Oman yang ter bata bata karena kehabisan napas, berbicara kepadaku.

Sejenak aku berfikir, apakah ini kerjaan anak TL5 itu, sehingga hari ini dia niat sekali mengantarku pulang sekolah.

Padahal dia tahu kalo aku setiap hari pulang dan pergi, selalu bareng Oman.

" Hhhmmmm... ya sudah, gue pulang duluan yee Man, lo jangan meweek.. kage ade kang balon soalnye... kalo lo nangis entar, kasian orang orang disini kupingnye pada puntul gara gara suara lo nanti".

Ku jawab Oman dengan candaan.

Kasian kulihat dia sesungguhnya, karena disaat susah aku tidak bersamanya.

Tetapi diakan laki laki, jadi harus mandiri

hehehheheheheh... biarlah di juluki teman kejam. tapi bagiku Oman adalah teman terbaik.

" Ya udeh, sono...TTDJ yee..."

Oman pun berkata sambil pergi meninggalkan ku. Rasanya Omanpun tidak mengetahui jika di sebelah kiriku ini adalah anak TL5 itu.

Tanpa sepatah kata , Akupun berjalan

meninggalkan dirinya, yang sedari tadi telah menunggu diriku untuk pulang bareng dengannya.

Tak berani rasanya mata ini melihatnya, akupun berjalan hanya menunduk menjauh darinya.

" Anjani... naiklah bersamaku, sekali ini aja, biar ku antar pulang...

mau yaaa.... pleasee... for this time.. Anjani "

Langkahku terhenti mendengar suara permintaan dan logat gaya bicara yang berubah darinya.

Jujur hati ini rasanya tidak mampu untuk menolaknya , ditambah lagi rasa penasaran yang ingin ku tanyakan kepadanya.

Dengan tatapan mata yang datar ku membalasnya... dan secara refleks aku menaiki motornya dan duduk di boncengnya.

" Anjani... terima kasih..."

Dia pun tersenyum kepadaku dan akhirnya motorpun melaju dengan seiring angin yang berhembus.

Disepanjang jalan aku tak mengerti dan tidak mendengar apapun yang telah dia utarakan kepadaku.

Karena yang terpenting bagiku, aku harus sampai dirumah tepat waktu.

Aku tak perduli apa yang sesungguhnya dia inginkan dariku, karena aku sudah mencoba membuang semuanya.

Aku tak mau diriku masuk kedalam cerita yang belum saatnya aku merasakan semua.

Aku tak mau menjadi seperti mereka yang akhirnya menangis dan sakit hati hanya karena cinta yang ga jelas.

Aku bukan mereka, jangan samakan aku dengan mereka.

walaupun aku tau seusiaku adalah masa masa terindah, untuk mengenal cinta.

Hmmmmm... cinta monyet.

hahahahahaha....

Akupun tertawa dalam lamunanku. Mengingat semua hal tanya jawab yang berkecamuk dihatiku.

Tiba tiba motorpun berhenti tepat didepan rumahku.

Matakupun melotot , rasa kaget menyelimuti jiwaku..

Dari mana dia tau alamat rumahku ?

rasanya sepanjang perjalanan tadi, tak sepatah katapun aku berbicara kepadanya....

dan ini... ini adalah untuk pertama kalinya dia mengantarku pulang...

" Anjani, sudah sampe... pelukan lo kenceng juga yaa... padahal kan gue ga ngebut loh...!

" Astaga...!"

Kutarik lenganku yang tanpa sadar melingkar ditubuhnya.

Merah dan malu rasanya muka ini dihadapannya. Ternyata aku melakukan satu hal kebodohan kepadanya.

Buru buru akupun turun dari motornya dan tak lupa aku mengucapkan terima kasih kepadanya.

Lalu aku berlari meninggalkan. Aku tidak tau lagi rasanya wajahku ini seperti apa dan jiwa ini rasanya bagaimana.

Selama ini hingga tadi aku selalu mencoba...

Aku telah berusaha untuk menyombongkan diriku.

Aku telah berusaha untuk membuangnya jauh jauh dari pikiran ku, agar aku tidak terjatuh.

Tetapi hari ini,

Aku melakukan satu kebodohan yang tidak pernah aku pikirkan dan aku rencanakan.

" Anjani... gue balik ye, makasih atas momentnye..!

Suara anak itu menghentikan langkahku saat kaki ini mau masuk ke dalam rumahku.

Ku balikan badanku dan kulihat dia pergi menjauh dari pandanganku.

Sungguh apa rasa yang berkecamuk di jiwa ini.

kali ini aku benar benar tak mampu untuk mengendalikannya.

"Hiks.. hiks..hiks... " tiba tiba...

Ku dengar suara tangisan dari arah kamar mama...

" Ma... kenapa ?

Kok mama nangis ada masalah apa ma...

Keduduk di sebelah mama dan kegenggam tangan mama sambil ku bertanya.

" Jawab Anjani ma, kenapa mama nangis...

Sesungguhnya aku tau penyebab mama menangis, karena tangisan mama ini bukan untuk yang pertama kali.

Ini terjadi sudah dari 5 tahun yang lalu, saat mama melihat papa bermesraan dengan perempuan lain.

" Anjani... cukup mama saja ya, semoga kamu tidak pernah merasakan apa yang mama rasakan saat ini.

Semoga kamu bisa melihat mana yang terbaik buat dirimu."

Mama pun memeluk diriku, Ucapan dan kata kata mama ini sudah begitu familiar di telingaku.

Ingin rasanya ku bakar semua baju baju papa, dan mengusir papa agar jangan pulang kerumah ini lagi.

Tapi aku tak bisa, karena mama selalu menunggu dan mengharapkan papa pulang.

dimataku mama adalah ibu yang terbaik, walaupun dia tersakiti tapi dia selalu membalasnya dengan kebaikan dan kelembutannya.

" Maa.. sudahlah, Anjani ga mau lihat mama menangis lagi.

Anjani janji ma, lulus sekolah ini, Anjani akan bawa mama pergi dari rumah ini.

Kita pergi ketempat yang baru ya maa....

Anjani akan bekerja buat kehidupan kita, mama pokoknya harus terus sehat dan selalu berdoa ya ma..."

Ku hapus air mata di pipi mama, dan untuk kesekian kalinya , aku pun berkata kepada mama dengan kalimat yang sama.

dan situasi yang sama.

" Ma... sekarang isirahat ya, Anjani balik kamar dulu, dan siap kan makan siang untuk kita ya ma..."

Ku elus pundak mama, dan aku pun beranjak pergi kekamar ku.

Ku tinggalkan dan kubiarkan mama sendirian di kamar , aku selalu berharap mama tau apa yang ku mau.

Aku sebenarnya sudah muak dengan semua kelakuan papa, karena untuk kesekian kalinya papa melakukan hal ini kepada mama,

Ingin rasanya ku berteriak kepada Tuhan dan ku bertanya kepada Nya , kenapa hidup mamaku selalu seperti ini.

Tapi aku tersadar, siapakah aku ini....akhirnya akupun jatuh berlutut dikamarku.

Air mataku pun menetes dipipi ini, dan kebencian inipun kembali hadir di jiwa ini.

Inilah sebab utama, kenapa aku patri diriku agar aku tidak jatuh seperti mama.

Kututup jiwa ini dan mata ini untuk satu sosok di hidupku.

Aku benci dan aku tidak perduli.

Aku mencoba untuk terus menjadi dingin seperti es yang tidak berharap untuk mencair.

========= °°° =========